Tahukah Bunda, mengutip dari studi Southeast Asian Nutrition Survey (SEANUT) tahun 2013, 1 dari 2 anak Indonesia usia 6-23 bulan mengalami anemia. Penyebab utama dari anemia yaitu karena kekurangan asupan zat besi untuk anak. Dapat terlihat bahwa ternyata masih banyak anak Indonesia yang mengalami kekurangan zat besi. Padahal zat besi merupakan salah satu mikronutrien penting yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang si Kecil.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak usia 0-5 tahun merupakan kelompok usia paling tinggi yang mengalami kekurangan zat besi. Saat kekurangan zat besi, maka pertumbuhan dan perkembangan si Kecil akan terganggu. Kekurangan zat besi tak hanya menyebabkan anemia, tapi juga dapat menganggu perkembangan otak anak, menggangu sistem imun sehingga menyebabkan si Kecil mudah terkena infeksi penyakit, mengganggu pertumbuhan organ tubuh karena berkurangnya oksigen yang dibawa ke seluruh tubuh, hingga berdampak pada berat badan si Kecil. Inilah mengapa si Kecil tak boleh kekurangan asupan zat besi.
Sebenarnya, si Kecil yang baru lahir memiliki cadangan zat besi yang tinggi. Ini karena bayi baru lahir mendapatkan aliran zat besi dari Bunda lewat plasenta. Setelah lahir, Si Kecil juga mendapatkan zat besi dari ASI. Namun ketika usianya menginjak 6 bulan, ASI saja tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan zat besi bayi dan cadangan zat besi juga sudah berkurang, sehingga Si Kecil membutuhkan asupan zat besi tambahan untuk anak dari makanan pendamping ASI (MPASI).
Menurut Angka Kecukupan Gizi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, Si Kecil yang berusia 6-11 bulan membutuhkan asupan zat besi sebanyak 11 mg per harinya. Jumlah ini tentu sangat besar jika dibandingkan kebutuhan bayi usia 0-5 bulan yang hanya 0.3 mg per harinya. Dengan kebutuhan zat besi yang besar, wajar jika si Kecil yang sudah memasuki 6 bulan butuh asupan zat besi yang cukup dari MPASI yang ia makan setiap hari.
Namun, apakah Si Kecil yang sudah mulai mendapat MPASI sudah pasti kebutuhan zat besi hariannya terpenuhi? Ternyata belum tentu. Meski Bunda sudah memberikan MPASI untuk si Kecil, bisa saja kandungan nutrisi di dalam MPASI yang Bunda berikan belum dapat mencukupi kebutuhan zat besi si Kecil. Sebagai contoh, untuk memenuhi kebutuhan 11 mg zat besi per hari, dibutuhkan sekitar 400 gr daging sapi. Namun, tentunya sulit bagi Si Kecil untuk menghabiskan sapi sebanyak ini karena kapasitas lambungnya kecil. Kadar nutrisi di dalam bahan baku MPASI buatan sendiri juga tak mudah diukur sehingga asupan zat besi untuk anak bisa jadi tidak terpenuhi. Lalu bagaimana solusinya?
Untuk memenuhi kebutuhan asupan zat besi harian si Kecil, selain memberikan MPASI buatan sendiri, MPASI yang difortifikasi bisa jadi pilihan tepat bagi Bunda. Fortifikasi adalah proses penambahan kandungan satu atau lebih zat gizi mikro (yaitu, vitamin dan mineral) dalam makanan atau bumbu untuk meningkatkan kualitas gizi yang dibutuhkan ke dalam sebuah makanan. Jadi, MPASI yang difortifikasi dengan zat besi dan zat gizi lainnya dapat bantu Bunda memenuhi asupan nutrisi si Kecil.
MPASI fortifikasi dapat membantu menurunkan risiko kekurangan zat besi pada bayi usia 6-23 bulan. Lewat studi ini, ditemukan hasil bahwa konsumsi MPASI fortifikasi 1-2 kali sehari pada bayi usia 6-23 bulan terbukti mengurangi risiko kekurangan zat besi dan masalah anemia yang disebabkan kekurangan zat besi.¹
Bubur bayi CERELAC bisa jadi pilihan MPASI fortifikasi yang bergizi dan cocok untuk si Kecil. Terbaru dari CERELAC, Nestlé CERELAC Homestyle Tim Daging Sayur! Nestlé CERELAC Homestyle Tim Daging Sayur adalah MPASI bubur tim baru dari CERELAC yang memiliki kandungan zat besi tinggi, dengan 3 kali sajian perhari dapat bantu memenuhi kebutuhan zat besi si Kecil usia 8 bulan ke atas. Nestlé CERELAC Homestyle Tim Daging Sayur juga tinggi protein, mengandung 10 vitamin dan 5 mineral, mengandung omega 3 & 6, serta memiliki rasa yang gurih nikmat untuk si Kecil. Tekstur Nestlé CERELAC Homestyle Tim Daging Sayur terinspirasi dari masakan Bunda sehingga cocok diberikan untuk si Kecil yang sedang belajar mengunyah.
Yuk, lengkapi nutrisi si Kecil dengan #SemangkukNutrisiPenuhKebaikan bersama CERELAC. Dengan Nestlé CERELAC Homestyle Tim Daging Sayur yang tinggi zat besi, Bunda dapat bantu penuhi asupan kebutuhan zat besi si Kecil, sehingga tumbuh kembang si Kecil pun menjadi lebih optimal. Dapatkan segera Nestlé CERELAC Homestyle Tim Daging Sayur di minimarket, supermarket, hypermarket, and e-commerce kesayangan Bunda, ya!
1. Prieto-Patron A, et al. Int J Environ Res Public Health. 2022 Apr 29;19(9):5416
2. IDAI. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia : Suplementasi Besi Untuk Anak. Badan Penerbit IDAI. 2011
3. Maggini, S., Pierre, A., & Calder, P. C. (2018). Immune Function and Micronutrient Requirements Change over the Life Course. Nutrients, 10(10), 1531. https://doi.org/10.3390/nu10101531.
4. IDAI. Anemia Kekurangan Zat Besi. 2016. Dari: https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-kekurangan-zat-besi. Diakses pada 8 November 2022.
5. Saloojee, H., & Pettifor, J. M. (2001). Iron deficiency and impaired child development. BMJ (Clinical research ed.), 323(7326), 1377–1378. https://doi.org/10.1136/bmj.323.7326.1377
6. IDAI. Pastikan Bayi Anda Cukup Zat Besi. Dari : https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi. Diakses pada 8 November 2022
7. Menkes RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia.
8. IDAI. (2018). IDAI | Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). IDAI | Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Retrieved November 3, 2022, from www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi
9. IDAI. Apakah makanan pendamping ASI (MPASI) komersial berbahaya buat bayi?. Dari : https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/apakah-makanan-pendamping-asi-mpasi-komersil-berbahaya-buat-bayi. Diakses pada 8 November 2022
10. WHO. Food Fortification. Dari : https://www.who.int/health-topics/food-fortification#tab=tab_1. Diakses pada 8 November 2022