Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melontarkan tanggapannya terkait isu artis Baim Wong yang mendaftarkan merek dagang Citayam Fashion Week. Melalui laman Instagram dan Twitter-nya, Ridwan menyinggung soal budaya ‘haute couture’, apa itu artinya?
Singgung Baim Wong, Ridwan Kamil: Biarkan Tetap Slebew Bukan Haute Couture
Sumber: Instagram/@ridwankamil
Tanggapan ini muncul ketika warganet tengah memanas akibat pendaftaran Citayam Fashion Week ke dalam HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Artinya, merek dagang Citayam Fashion Week akan dipegang oleh satu pihak.
Gubernur Ridwan Kamil pun menulis perspektifnya melalui laman media sosial,
“Dear Baim Wong dkk,
Nasehat saya, tidak semua urusan di dunia ini harus selalu dilihat dari sisi komersial. Fenomena #CitayamFashionWeek adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuhkembangnya harus natural dan organik pula.
Sekalinya diformalkan dan dimewahkan, apalagi oleh orang luar, malah akan hilang tujuan dan maksudnya. Dan biasanya gerakannya akan mati muda.
Biarkan ini jadi cerita, bahwa fashion jalanan tetap adanya di jalanan. Bukan di Sarinah, bukan di podcast, bukan pula harus menginternasional.
Biarkan tetap Slebew bukan Haute Couture …”
Artikel Terkait: Tuai Kritik Setelah Patenkan Citayam Fashion Week, Baim Wong Buka Suara
Apa Itu Haute Couture yang Dimaksud Sang Gubernur?
Beberapa warganet mengapresiasi pemilihan diksi Gubernur Ridwan Kamil yang menyisipkan istilah fashion ternama.
Namun, apa itu sebenarnya Haute Couture?
Secara harfiah bahasa Prancis, couture berarti jahitan sedangkan haute berarti tinggi.
Namun pada dasarnya, istilah ini merujuk pada pakaian yang dibuat hanya untuk klien dan bersifat eksklusif.
Anda pasti sudah menebak bahwa pakaian ini tentunya juga mahal dan mewah, bukan? Tepat, karena dalam bahasa Indonesia Haute Couture berarti adibusana.
Haute Couture dalam Budaya Populer
Sumber: Wonderful Indonesia
Charles Frederick Worth dari Inggris dinobatkan sebagai Bapak Haute Couture dengan rumah Haute Couture yang dipilih Chambre Syndicale de la Haute Couture.
Seorang desainer sendiri tidak bisa sembarangan mengklaim rumah busananya disebut sebagai Haute Couture, lo!
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi rumah Haute Couture antara lain:
- Desainer harus merancang pakaian berdasarkan pesanan klien pribadi
- Rancangan harus lebih dari satu fitting
- Memiliki atelier atau bengkel busana yang memperkerjakan setidaknya lima belas staf penuh waktu
- Memiliki 20 pekerja teknis penuh waktu di salah satu bengkel
Selain itu ciri khas lainnya adalah rumah Haute Couture harus menghadirkan koleksi minimal 50 desain asli dari desain rumah tersebut.
Baik pakaian siang maupun malam, all season, pada bulan Januari dan Juli. Wah panjang sekali ya persyaratannya!
Artikel Terkait: 10 Desainer Indonesia yang Mendunia, Ada Anak Prabowo Subianto Lho!
Apakah Indonesia Memiliki Rumah Haute Couture?
Rupanya banyak desainer Indonesia yang tergolong dalam rumah adibusana. Mayoritas bertempat di Jakarta.
Sebut saja seperti Ghea Panggabean dengan keahlian kain asli Indonesia, Iwan Tirta yang terspesialisasi di batik, hingga Tex Saverio yang menampilkan desain eksperimental yang indah.
Demikianlah penjelasan mengenai istilah Haute Couture yang disinggung Ridwan Kamil. Bagaimana, apakah Parents setuju dengan penyataan sang Gubernur?
***
Baca Juga:
9 Potret Ridwan Kamil di Citayam Fashion Week, Pakai Jas dari Brand Legendaris
8 Model dan Artis yang Ikut Meramaikan Citayam Fashion Week, Terbaru Paula Verhoeven
Nggak Main-main Harganya, Ini OOTD Paula Verhoeven di Citayam Fashion Week!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.