Anemia terjadi dalam tubuh seseorang saat jumlah sel darah merah pembawa oksigen terlalu rendah. Salah satu jenis anemia yang patut diwaspadai terjadi pada anak adalah anemia hemolitik.
Anemia hemolitik ini terjadi ketika sel-sel darah merah dihancurkan lebih cepat daripada sel-sel yang bisa dihasilkan oleh sumsum tulang. Hemolitik atau hemolisis sendiri merupakan istilah medis untuk penghancuran sel darah merah.
Kondisi ini tentu bisa berakibat fatal jika terjadi pada si kecil. Tanpa sel darah merah yang cukup, oksigen tidak akan sampai ke organ tubuh. Tanpa jumlah oksigen yang memadai, organ-organ pun tidak akan bekerja dengan baik.
Penyebab Anemia hemolitik
Ada dua kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya jenis anemia ini pada anak, di antaranya :
Intrinsik
Kondisi ini bisa terjadi karena terdapat cacat dalam eritrosit atau sel darah merah. Eritrosit yang dihasilkan tidak bisa bertahan hidup selama sel darah merah yang normal pada umumnya.
Pada kasus ini, anemia terjadi karena faktor genetik, seperti halnya anemia sel sabit, talasemia, atau eritrositosis.
Baca juga : Penyakit Thalasemia tidak bisa disembuhkan tapi bisa dicegah, ini caranya
Ekstrinsik
Selain faktor genetik, ada juga penyebab lain yang berasal dari luar sel. Kondisi ini disebut dengan anemia hemolitik autoimun. Beberapa penyebabnya adalah:
- Infeksi bakteri atau virus.
- Gangguan autoimun seperti lupus eritematosa sistemik (SLE atau lupus), radang sendi, sindrom Wiskott-Aldrich, atau kolitis ulserativa.
- Hipersplenisme, suatu kondisi saat limpa menghancurkan lebih banyak sel darah merah daripada kondisi normal.
- Obat-obatan seperti antibiotik misalnya penisilin atau sulfonamid, obat-obatan untuk malaria, atau asetaminofen.
- Kanker seperti leukemia, limfoma, atau tumor lainnya.
Beberapa jenis anemia hemolitik ekstrinsik ini bisa bersifat sementara dan hilang selama beberapa bulan. Namun pada beberapa kondisi, anemia ini bisa sampai kronis, berulang, dan membahayakan.
Oleh karena itu mengetahui berbagai gejalanya penting bagi setiap orangtua.
Gejala-gejala
Ada berbagai gejala anemia hemolisis yang terjadi pada anak. Gejala-gejala yang umum terjadi di antaranya :
- Kulit pucat
- Demam
- Kelemahan
- Pusing
- Kebingungan
- Intoleransi terhadap aktivitas fisik, menjadi sangat lesu
- Penyakit kuning, terlihat dari kulit dan mata yang menguning
- Urin berwarna gelap
- Pembesaran limpa dan hati
- Detak jantung cepat
- Murmur jantung
Gejala anemia hemolitik ini secara umum tidak menimbulkan gejala sangat khas. Oleh karena itu saat si kecil mengalai gejala di atas sebaiknya segera periksakan ke dokter.
Komplikasi
Saat tak tertangani dengan baik, komplikasi pun bisa terjadi. Mengingat dengan risiko yang sangat berbahaya, setiap orangtua sebaiknya memerhatikan berbagai komplikasi yang bisa terjadi pada anak.
Beberapa kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi di antaranya :
- Batu empedu atau batu di kantong empedu
- Gumpalan darah di paru-paru (emboli paru)
- Gagal ginjal
- Gagal jantung
Melihat komplikasi tersebut sebaiknya diagnosis dan penanganan yang dilakukan haruslah tepat. Semakin cepat terdeteksi, diharapkan penanganannya pun akan menjadi lebih maksimal.
Diagnosis
Ada beberapa tes yang umumnya dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini :
- Hemoglobin dan hematokrit pemeriksaan hemoglobin dan sel darah merah dalam darah
- Tes urin. Tes-tes ini dapat memeriksa hemoglobin dari penguraian sel darah merah.
- Complete Blood Count (CBC). Tes ini dilakukan untuk memeriksa sel darah merah dan putih, sel pembekuan darah (trombosit), dan sel darah merah muda (retikulosit) serta banyak detail mengenai sel darah merah.
- Peripheral smear berupa pengujian sel darah di bawah mikroskop untuk melihat normal atau tidaknya sel.
- Tes-tes untuk memeriksa laktat dehidrogenase, bilirubin, dan haptoglobin yang dapat menyebabkan hemolisis berkelanjutan.
- Pemeriksaan sumsum tulang, Sejumlah kecil cairan sumsum tulang dan jaringan sumsum tulang diperiksa untuk mengetahui padat (disebut biopsi inti) seringkali dari tulang pinggul, atau keduanya diperiksa untuk mengetahui jumlah, ukuran, dan kematangan sel darah. Tes ini juga dapat mencari sel-sel abnormal.
Penanganan
Perawatan dan penanganan yang dilakukan akan disesuaikan dengan gejala, usia, dan kondisi kesehatan si kecil. Dokter pun akan menilai seberapa parah kondisi ini terjadi pada anak.
Beberapa anak tidak memerlukan perawatan intensif, namun ada yang butuh ditangani oleh ahli hematologi atau ahli kelainan darah. Biasanya bentuk perawatan yang diberikan, seperti :
- Transfusi darah
- Rituximab, obat untuk mengendalikan sistem kekebalan tubuh
- Antibiotik untuk mengobati infeksi jika itu penyebabnya
- Obat-obatan kortikosteroid atau steroid
- Globulin imun intravena (IVIg)
- Obat-obatan lain, tergantung pada jenis anemia hemolitik
Nah Parents yuk peka terhadap gejala si kecil. Segera konsultasikan bila ia mengalami berbagai gejala di atas.
Sumber : stanforchildren, kidshealth
Baca Juga :
Perhatikan gejala anemia sel sabit pada bayi, salah satunya bisa membahayakan jiwa!