alami ruam merah! Apakah ini campak?
Eitssss, tunggu…. jangan dulu self diagnosis, yuk. Saat melihat banyak ruam merah di tubuh anak, sebenarnya tidak selalu menandakan campak, kok. Tapi sepahaman saya, kalau memang campak dan anak yang belum imunisasi, gejala dan indikasinya cukup mengkhawatirkan.
Di masa sekarang ini, apa sih yang sering terjadi pada anak-anak? Pilek, batuk, radang tenggorokan, ah macem macem!
Tapi sebelum gejala itu muncul, hal yang paling lumrah dan sering terjadi apa sih? D-e-m-a-m.
Katanya, kalau nggak dapat penanganan yang tepat saat demam tinggi, anak bisa kejang. Ngeri ya? Tapi jangan panik dulu, yuk, bersahabat dengan demam dengan cara, kenali gejalanya.
Buat bunda-bunda yang udah lama maupun baru seperti saya, pasti udah mencoba melakukan banyak cara supaya buah hati selalu sehat dan terjaga. Tapiiiiiii…. kalau sudah sakit, gimana? Ya, mau nggak mau memang harus cari solusi.
Anakku Alami Ruam Merah, Diwali dengan Pilek
Saya mau cerita tentang pengalaman beberapa waktu lalu yang dialami anakku. Baby Z awalnya mengeluarkan lendir dari hidung. Awalnya, papanya duluan yang duluan ngeh, lalu sehari kemudian nambah meler. Fix, pilek.
Ya sudahlah memang cuaca lagi nggak bersahabat. Tapi saat itu saya memang nggak lansung kasih obat. Cuma menggunakan cara tradisional, balurin badan si baby pakai bawang merah yang dipakein minyak telon. Dan buat uap buatan, yaitu air hangat ditaruh gelas dikasih tetes minyak kayu putih. Deketin ke hidung baby deh.
Ini juga bisa dikasih buat ayah atau bunda yang lagi nggak nyaman sama indera penciuman kalau di rumah nggak punya disfusier.
Tapi… setelah saya pantau, kok. si bayik ini hangat badannya, ambil thermo, jeng jeeeeng 37,6° hangat atau panas? Ini udah termasuk demam ya bun, alias panas, makanya penting untuk tidak self diagnosis. Dalam kondisi ini, mulai cek suhu anak secara berkala.
Dari sini si bayik sudah nunjukin ciri lainnya, seperti mulai berkurang nafsu makan, dan juga gelisah kalau tidur malam alias bangun bangun terus. Bukannya mereda, besoknya justru demam baby Z memuncak di 39°c .
Kenapa nggak dibawa ke RS? Klinik? Puskes?
Pertama, tentu saja karena faskes terdekat dari rumah penuh dengan pasien positif COVID-19. Ya sudah keputusan awal memang nggak bisa berobat dalam kondisi seperti ini terkecuali ada gejala lain yang urgent.
Lalu, dalam kondisi panik yang cuma sedikit tenang ini, langkah apa yang dilakukan?
Sedikit informasi, dulu aku bekerja di industri farmasi pembuatan obat, jadi sudah sedikit banyak familiar dengan obat contohnya paracetamol.
Akhirnya saat itu saya langsung bergegaslah aku ke apotek yang lumayan sepi. Jujur khawatir dalam keadaan seperti ini untuk ninggalin baby Z yang nggak mau nempel sama siapa siapa. Tapi apa boleh buat. Kebetulan saat itu stok obat di rumah memang habis.
Beli paracetamol, aka sanmol nama patennya yang cocok untuk usia 0-12 bulan sampai 12tahun. Dosis diberikan oleh apoteker yang lebih berwenang dgn menyertakan usia baby Z dan berat badannya.
Satu hari demam tinggi dengan penanganan obat penurun demam, saat demam turun menjadi 35,6°, si baby mulai ada pergerakan alias mau main, eeehh mulai muncul banyak bercak merah di punggung, leher belakang, besoknya nambah, di muka!
Anakku Alami Ruam Merah, Apakah Campak?
Ya Allah….. apa baby Z campak? Demamnya naik lagi, dengan masih diberikan obat penurun demam dalam 2 hari, saat demam turun menjadi 34 koma sekian, obat saya stop. Baby Z sudah mau main, cuma saya terganggu dengan merah merah di badan bayi yang takut tidak hilang.
Akhirnya saya pun mulai mengumpulkan informasi, dan kesimpulannya anakku ini mengalami roseola. Roseola ini sendiri merupakan infeksi virus yang ditandai dengan demam dan kemunculan ruam merah di kulit. Biasanya sih, akan dialami bayi dan anak-anak dengan rentang usia 6–24 bulan.
Akhirnya setelah dua hari, merah merah pun kandas, bersyukur pula demam turun dan anakku mau main lagi.
Beruntung, saat ini memang mudah mendapatkan informadi terkait kesehatan. Di sosial media saja, banyak, sekali dokter yang mau membagikan ilmu yang bermanfaat untuk ibu baru seperti saya. Buat yang nggak bisa keluar rumah, konsul by video call whatsapp dan sejenisnya juga sangat teramat membantu selesaikan problem seperti ini.
Yah, setidaknya inilah yang saya dilakukan, konsultasi dengan dokter langganan. Tanya obat.
Anak Sakit, Pastikan Nutrisi Tetap Terpenuhi
Lalu, gimana bun anaknya kan sudah mulai MPASI? Makannya terganggu dong. Jawabannya iya! Jelas terganggu, wong baby Z itu nggak mau makan nasi. Mungkin mulutnya pahit nggak enak dan segala macem, bisa dibayangin deh kalau kita sakit juga pasti kurang selera makan.
Biasanya, sih, saya jadi pengen makan yang manis manis, jadi saat anak sakit seperti kemarin, aku memberikan buah pisang, alpukat+asi, biskuit sebagai selingan, buah naga, nasi tetap saya kasih sebagai menu lengkap.
Contohnya, nasi+wortel+daun bawang+hati ayam yang diolah jadi bubur saring. Meskipun makannya cuma 2 suap tapi nggak apa, selingan lain masih bisa diberikan. Buat saya, yang penting baby Z nggak kekurangan gizi saat sakit.
Oh, ya, pemberian air minum juga penting banget, dan nggak lupa tentu saja tetep menyusui sesering mungkin, juga amunisi berbentuk pelukan sebagai support kita untuk yang terkasih. Syukurnya, baby Z akhirnya sehat kembali.
Mudah-mudahan pengalaman saya mendampi anak sakit di masa pandemi ini bisa membantu ya. Terimakasih untuk theAsianparent sudah memberi ruang untuk saya membagikan cerita kecil ini yang mungkin dil uar sana banyak yang mengalaminya.
Salam cinta, dari dari anakku alami ruam merah, si Baby Z yang berusia 7 bulan 1 hari.
Ditulis oleh Ratna Sntya Dewi, VIPP Member theAsianparent ID
Artikel Lain yang Ditulis VIPP Member theAsianparent ID
Dampingi Anak Lewati Fase Toilet Training dengan Damai, Ini yang Kulakukan
id.theasianparent.com/pengalaman-pertama-jadi-ibu