Anak bukanlah orang dewasa yang dikecilkan. Begitu banyak hal-hal yang bagi kita adalah hal lumrah dan biasa, namun bagi anak hal tersebut adalah sesuatu yang baru dan asing baginya. Oleh karena itu kita tidak bisa meminta anak berpikir atau bertindak sesuai dengan kemauan kita, termasuk dalam hal belajar. Berikut ini tips agar anak tak mudah putus asa dalam belajar.
Misalnya, kita mengajari anak berenang. Tentu kita tidak bisa serta merta berkata “Ayo tidak usah takut, kamu tidak akan tenggelam kok.” Kalimat seperti ini jelas tidak mudah dipercayai oleh anak yang baru pertama kali melihat kolam renang yang luas.
Namun, kabar baiknya dikutip dari buku “The Secret of Enlightening Parenting” disebutkan bahwa “Setiap anak lahir dengan membawa potensi baik, salah satunya adalah belajar hingga piawai.” Nah, Parents pasti mau dong anak-anak belajar sesuatu hinga piawai? Yuk,intip prinsip-prinsip yang harus dipahami agar anak mau belajar hingga piawai.
4 Kunci agar Anak Tak Mudah Putus Asa dalam Belajar
1. Kasih Sayang
Sudah banyak penelitian dan jurnal terpercaya yang menyebutkan bahwa tingkat kecerdasan anak erat kaitannya dengan kasih sayang yang didapatkan. Perbanyak waktu berkualitas dengan anak,sehingga rasa sayang dan kepercayaan muncul dari diri anak kepada kita.
Ketika anak sudah memercayakan segalanya kepada kita, maka dengan mudah kita bisa memasukkan nilai-nilai kebaikan yang akan ditanamkan, termasuk memberinya keyakinan bahwa ia pasti bisa melakukan sesuatu.
2. Berikan Teladan Agar Anak Tak Mudah Putus Asa
Meniru adalah cara belajar awal dari anak-anak. Ia belajar melalui apa yang ia lihat,lalu ia mengerti dan akhirnya ditiru untuk dilakukan.
Misalnya, jika kita ingin mengajarkan anak untuk makan sendiri,maka perlu kita beri contoh makan sendiri dengan duduk tenang diatas kursi menghadap meja makan, sehingga anak mengerti beginilah cara makan yang baik,teladan yang terus ia lihat berulang-ulang akan terekam dan kemudian ia praktekkan.
3. Sabar
Sering kita mendengar kata-kata mendidik tak mendadak, namun sering kali juga karena keegoisan sebagai orang tua kita menginginkan semua serba instan. Anak harus langsung bisa menulis rapi, harus langsung makan sendiri dengan rapi dan lain sebagainya.
Kita lupa saat ingin anak bisa menulis dengan lancar dan rapih ada serangkaian kegiatan yang perlu dilakukan untuk stimulasi otot jari,seperti keterampilan menyendok,menyobek kertas,dan juga memeras.
Alih-alih melakukan serangkaian kegiatan tersebut kita malah langsung memerintah anak memegang pensil dan langsung menulis,ketika anak tidak bisa labelling seperti kamu nggak bisa,malas, dan lain sebagainya bisa keluar dari mulut kita yang justru akan memotong semangat anak belajar.
4. Konsisten
“ Mulai hari ini, belajar makan sendiri ya nak.” Ucap kita saat mulai mengajarkan anak untuk makan sendiri, namun yang terjadi saat anak makan sendiri adalah piring jatuh,makanan berserakan,lantai dan baju kotor, pekerjaan kita pun jadi extra karena harus membersihkan banyak hal. “Duh, sudah sini mama suapin saja supaya tidak kotor semua.” Anak menjadi berpikir bahwa “Kalau aku makan sendiri, rumah jadi kotor dan mama marah.”
Lain waktu saat kita kembali meminta anak untuk makan sendiri maka ia akan menolak untuk makan sendiri karena takut mama marah karena rumah menjadi berantakan. Maka dari itu kita harus konsisten, ketika kita mengajarkan sesuatu pada anak,maka hal tersebut harus tetap dilakukan secara rutin dan membiasakan hal itu, kesampingkan dulu hal-hal lainnya, fokus pada tujuan untuk mengajari anak hingga piawai.