Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 yang telah berlangsung di Indonesia hampir 2 tahun ini membuat semua orang menjadi stress. Selain orang dewasa, anak juga dapat merasakan stress yang mungkin terjadi karena perubahan aktivitas. Nah, salah satu ‘pelarian’ yang dilakukan bisa dilihat lewat anak senang bermain gadget.
Setuju nggak, sih, kalau saya bilang kondisi anak senang bermain gadget di era pandemi ini semakin meningkat? Ya, kalau lewat dari pengamatan, ini yang saya lihat. Mungkin hal ini juga dipengaruhi lantaran peralihan sekolah tatap muka menjadi sekolah daring. Mau tidak mau, anak jadi lebih sering terpapar dengan gawai.
Belum lagi jika kita membicarakan adaptasi yang lain. Banyak kondisi dan kebiasaan yang berubah, bisa saja membuat anak jadi lebih stres. Berbeda dengan orang dewasa, stress yang dirasakan oleh anak kadang-kadang tidak dapat disampaikan ke orang tua.
Ya, mungkin karena anak-anak masih belum benar-benar paham apa yang ia rasakan. Bisa juga karena memang tidak mengerti bagaimana mengomunikasikan.
Nah, kondisi anak senang bermain gadget yang makin meningkat mungkin jadi salah satu cara anak menghabiskan waktunya selama di rumah. Lah wong, dalam beberapa kurun waktu memang kita sulit untuk keluar dan disarankan untuk di rumah saja kan?
Dampak Anak Senang Bermain Gadget Tak Selalu Negatif
Pada dasarnya, penggunaan gadget pada anak dengan bijak dapat memberikan dampak positif pada anak. Cntohnya, anak dapat belajar untuk mengembangkan kreativitas dan belajar melalui berbagai platform yang tersedia di internet.
Dalam situasi pandemi seperti ini, penggunaan platform zoom, skype, dan sebagainya dapat menjadi akses untuk anak dapat berkomunikasi dengan keluarga, saudara, atau teman-teman mereka.
Namun, penggunaan gadget pada anak dapat juga memberikan dampak yang negatif. cContohnya adalah membuka konten-konten yang tidak pantas mereka lihat. Maka dari itu, orang tua dituntut untuk aktif melakukan pengawasan terhadap penggunaan gadget pada anak yang salah satunya dapat dilakukan melalui penerapan internet safety sehingga dapat meminimalisir anak untuk dapat mengakses konten-konten yang tidak sesuai untuk umurnya.
Lebih lanjut, penggunaan gadget yang berlebihan pada anak dapat menyebabkan mereka kecanduan dimana dampak negatifnya bisa menjadi lebih parah, seperti apa yang telah dipaparkan oleh psikolog Elly Risman Musa dalam webinar dengan topik “Mengatasi Kecanduan Gadget Pada Anak” yang telah diselenggarakan oleh Union Parents dan Attention pada 18 Juli 2021 lalu.
Menurut Ibu Elly, kecanduan gadget pada anak dapat mengakibatkan pada beberapa hal:
1. Penyusutan pada gray area di otak anak, dimana bagian otak tersebut adalah tempat terjadinya keseluruhan proses berfikir;
2. Terhambatnya pengembangan white matter pada otak anak, yang dimana bagian otak tersebut berfungsi untuk mendukung perkembangan Bbhasa, literasi, dan kemampuan kognisi;
3. Pengerutan dini korteks serebral pada anak. Padahal, pengerutan korteks serebral ini biasanya terjadi pada usia senja, namun proses ini dapat terjadi pada anak yang menggunakan gadget lebih dari tujuh jam perhari;
4. Menjadi korban dari cyber bullying (pengucilan, cyberstalking, fraping, dll); dan
5. Kecanduan pornografi, yang dapat menyebabkan tidak terkontrolnya produksi hormone dopamin, sehingga anak bisa kehilangan kendali untuk mengontrol diri.
Selanjutnya, Ibu Elly juga lebih lanjut menjelaskan bahwa kecanduan gadget pada anak dapat mengakibatkan interaksi sosial mereka menjadi terganggu, seperti:
1. Agresif dan mudah tersinggung ketika gadgetnya diambil;
2. Kesulitan dalam menahan diri, berpikir, dan mengendalikan emosi;
3. Lebih suka menyendiri;
4. Menghambat perkembangan komunikasi anak.
Melihat bahaya kecanduan gadget di atas, ada baiknya orang tua juga mengetahui umur yang tepat untuk menggunakan gadget dengan memperkenalkan screen time secara bertahap kepada mereka.
Merujuk rekomendasi dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2019, pengenalan terhadap screen time dapat diklasifikasikan sesuai umur anak, yaitu:
1. 0 – 1: tidak direkomendasikan adanya screen time; dan
2. 2 – 4: tidak lebih dari 1 jam.
Pentingnya Pengawasan dan Batasan dari Orang Tua
Lalu bagaimana orang tua mengetahui anak sudah kecanduan gadget?
Seringkali, tanda bahwa anak telah menghabiskan waktu terlalu banyak dengan gadget, mereka cenderung akan merasa cemas atau bahkan marah ketika mereka dipisahkan dengan gadget. Lebih lagi, jika mereka menjadi kurang tidur dan malas untuk melakukan aktivitas fisik (seperti olahraga) serta tidak ada keinginan berinteraksi dengan orang lain.
Apa yang dapat orang tua lakukan jika anak sudah terlanjur kecanduan gadget? Tidak ada kata terlambat asalkan orang tua dapat mencoba melakukan komunikasi yang tepat kepada anak-anaknya.
Komunikasi di sini dapat diawali oleh memberikan hiburan lain seperti buku dan secara bersama-sama mendiskusikan buku tersebut atau memberikan mainan fisik sambil perlahan-lahan mengajari mereka mengklasifikasi mainan mereka.
WHO juga menganjurkan bahwa anak 0 – 5 tahun direkomendasikan untuk lebih banyak melakukan aktivitas yang membantu perkembangan kemampuan kognitif (membereskan barang, komunikasi dua arah, dll), motorik (bermain plastisin, melukis, bermain origami, dll), psikososial,
dan aktivitas lain yang dapat membuat anak lebih kuat fisiknya. Kemudian, orang tua juga dapat mencoba membuka komunikasi dengan cara mencontohkan menyampaikan unek-unek orang tua kepada anak-anaknya, disusul dengan menanyakan kepada mereka mengenai bagaimana yang mereka rasakan? Dengan demikian, anak akan belajar perlahan-lahan untuk mengeluarkan keluh kesahnya sehingga tidak melulu lari ke gadget.
Ibu Elly dalam paparannya juga menjelaskan bahwa orang tua perlu untuk mendiskusikan secara perlahan kepada anak-anak mengenai bahaya kecanduan terhadap gadget yang dapat menimbulkan dampak-dampak negatif dari kecanduan gadget dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak sambil tetap menghargai pikiran dan perasaan mereka.
Selain itu, orang tua juga harus memberikan contoh yang bijak dalam menggunakan gadget di depan anak-anak. Jelaskan kepada mereka fungsi gadget yang sesungguhnya dan latih mereka untuk menggunakan gadget dengan bijak.