Kabar duka datang dari BSD (Bumi Serpong Damai), Tangerang Selatan. Seorang anak usia 12 tahun hampir tenggelam karena dibully oleh temannya. Kabar soal pembullyan itu ditulis oleh akun Facebook Yuli Supriyati. Seorang aktivis dari Dewan Kesehatan Masyarakat yang biasa mengadvokasi kasus-kasus serupa.
Berikut postingan Facebooknya:
Hari minggu niatnya pengin santai di rumah. Tapi pagi-pagi dihubungi warga masyarakat yang anaknya kena musibah, Aldi 12 tahun putra bapak Sartono warga Kademangan BSD. Sabtu kemarin 19 November 2016, sepulang sekolah dibully teman-temannya satu sekolah di MI Mathlaul Anwar Kademangan BSD. Dia dicemplungin ke empang, dipaksa berenang. Kalau tidak mau diancam dipukuli dan dilepas di tengah empang dengan kedalaman hampir 3 meter. Untung saja ada yg melihat dan menolongnya. Tapi kondisi Aldi yang mendapat penanganan dr Dr UGD RSUD Tangerang Selatan masih memprihatinkan. Dokter UGD memberi rujukan untuk mencari RS yang lebih besar untuk mengeluarkan cairan air dari empang yg masuk ke tubuh Aldi, Saat saya tiba di UGD, Alhamdulillah cairannya sudah mulai bening dan dokter sudah membolehkan untuk makan bubur. Tapi setiap terbangun Aldi selalu merintih kesakitan, Saya sangat prihatin dgn kondisi ini, Menurut pengakuan ibunya, Aldi memang pendiam dan sering dibully. Guru-guru sekolah yang sudah langsung datang ke RS berjanji akan menindaklanjuti kasus ini, Semoga kejadian ini mendapat perhatian dari para orang tua, guru-guru, dan semua elemen pendidikan, Bagaimana bisa usia 12 tahun dan masih di bangku SD anak-anak tersebut mampu membully temannya dengan hal yang membahayakan , Yang bahkan nyaris merenggut nyawa bocah yang sangat manis ini… Mohon bantuan sharenya sahabat-sahabatku..
Kasus bullying yang masih terjadi di sekolah-sekolah Indonesia memang bisa sampai taraf yang mencemaskan. Sayangnya, pemerintah belum menanganinya secara serius dengan membuat nomer pusat pengaduan untuk melaporkan tindakan bullying.
Hampir tenggelam karena dibully ini hanyalah satu dari banyak akibat fatal kasus bullying di Indonesia.
Artikel terkait: Bullying di sekolah.
Kebanyakan korban bully atau perundungan di Indonesia tidak melaporkan kasusnya dan tidak mendapatkan penanganan psikologis yang memadai. Sehingga kondisi psikologis yang ikut terluka karena aksi tersebut tidak terpulihkan.
Hingga kini, baru pemerintah kota Bandung yang memiliki nomer pusat pelaporan atas kasus perundungan. Padahal, bentuk-bentuk perundungan masa kini sudah sangat beragam dan makin sulit ditangani.
Memahami apa yang disebut Bullying
Sebagaimana dikutip A Fine Parenting, bullying adalah bentuk pelecehan emosional atau fisik yang memiliki tiga karakteristik yang menentukan:
Disengaja – niat pelaku intimidasi adalah untuk melukai seseorang
Diulang – perilaku diulangi, atau berpotensi diulangi, seiring waktu
Power Imbalanced – seorang pengganggu memilih korban yang menurutnya rentan
Ada banyak perilaku yang terlihat seperti intimidasi tetapi membutuhkan pendekatan yang berbeda. Penting untuk menentukan bagaimana situasinya, untuk tahu apakah itu bentuk bulying atau sesuatu yang lain.
Penindasan terjadi dalam berbagai bentuk, dengan berbagai tingkat keparahan. Berikut jenis-jenisnya:
- Bullying Fisik – menusuk, mendorong, memukul, menendang, memukuli
- Verbal Bullying – berteriak, mengejek, menyebut nama, menghina, mengancam akan mencelakakan
- Relational Bullying – menyebarkan rumor, membuat orang lain menyakiti seseorang
- Cyberbullying – Mengirim pesan atau gambar yang menyakitkan melalui Internet atau ponsel
- Bullying juga bisa merupakan kombinasi dari semua ini.
Kenali Tanda-Tanda Bullying
Anak-anak memiliki banyak alasan untuk tidak memberi tahu orang dewasa tentang situasi intimidasi. Berikut tanda-tanda yang bisa diperhatikan ketika anak kita menjadi korban bullying
- Enggan atau menolak untuk pergi ke sekolah
- Menginginkan perubahan dalam rutinitas yang sudah berlangsung lama, seperti ingin diantar orangtua yang tadinya naik bus ke sekolah
- Tidak ingin berpartisipasi dalam kegiatan setelah sekolah.
- Kelihatan lebih lapar dari biasanya sepulang sekolah – mungkin itu pertanda bahwa seseorang mencuri uang makan siangnya atau bahwa dia tidak berani ke kantin saat makan siang.
- Menunjukkan tanda-tanda tekanan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, atau mual.
- Sering pergi ke UKS untuk menghindari teman-teman kelas.
- Nilai, pekerjaan rumah anak tiba-tiba menurun
- Sering cemberut, marah, dan sering ingin dibiarkan sendiri
- Secara tidak biasa menggunakan bahasa yang buruk
- Memiliki memar atau cedera yang tidak dapat dijelaskan.
Semoga bermanfaat.
Jika ada perundungan di sekitar Bandung, Parents bisa menghubungi 1500-245.
Untuk pemulihan psikologis anak korban perundungan di Jakarta, Parents bisa menghubungi Yayasan Pulih yang beralamat di Jl.Teluk Peleng 63A, Komp. TNI AL Rawa Bambu. Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Nomer telepon (021) 78842580.
Baca juga:
9 Strategi Mengajari Anak Membela Diri saat Menghadapi Bullying (Perundungan)