Sebuah potongan video yang memperlihatkan seorang anak mengazankan jenazah ibunya viral di media sosial. Unggahan tersebut terang saja membuat warganet ikut menangis sedih dan terharu. Lantas, siapakah sosok anak laki-laki yang berhati tegar itu?
Dalam potongan video yang terasa pilu itu, tampak seorang bocah berdiri di depan jenazah sang ibu. Dengan mengenakan pakaian berwarna biru dan berkopiah, ia lalu mengumandangkan azan dengan suara lantang.
Video berisi adegan yang menyayat hati tersebut diketahui pertama kali diunggah oleh akun Instagram resmi Divisi Humas Polri (19/11/20).
Anak Mengazankan Jenazah Ibunya, Sedih Namun Tetap Tegar
Seorang anak laki-laki tampak tegar mengazankan jenazah sang ibu yang telah tiada. Hal tersebut lantas membuat isak tangis para pelayat pecah. Terdengar suara sesenggukan, terutama para ibu yang turut menyaksikan adegan yang menyayat hati itu.
Meski suara tangisan terasa menggema di rumah duka, bocah laki-laki yang tak disebutkan namanya itu terlihat tenang. Dengan lantunan azan yang merdu, ia mengantarkan ibunda tercinta ke tempat peristirahatan terakhir.
Belakangan diketahui anak laki-laki tersebut berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Melalui keterangannya di kolom caption, akun Instagram @divisihumaspolri menuliskan:
“Seorang bocah adzankan jenazah ibunya yang diketahui almarhumah merupakan anggota Bhayangkari Cabang Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Ilustrasi anak mengumandangkan azan.
Apa yang dilakukan anak dari Bripka Untung Setiadi Personel Bhabinkamtibmas Desa Guha Kec. Labuan Amas Selatan Kab. Hulu Sungai Tengah itu, membuat sedih dan haru, tak terkecuali para pelayat yang menyaksikan langsung pun ikut berderai airmata.
Dengan suara yang lantang, anak laki-laki itu mengumandangkan adzan. Kendati tampak menahan rasa sedihnya, ia berhasil menyelesaikan tugas mulianya untuk sang bunda.
Setelah azan selesai, jenazah ibunya langsung diangkat untuk segera dikebumikan.”
Warganet yang menyaksikan video tersebut juga tak kalah dibuat pilu.
“Menetes pula air mataku. Ya Allah… Berikanlah kami keturunan yang soleh dan solehah seperti anak ini. Amin….amin….amin,” tulis akun @adisunarno.
“Masya Allah Tabarakallah… Insya Allah ibumu husnul khotimah, Nak. Dan kamu jadi anak yang soleh ya, aamiin allahumma aamiin,” komentar akun @tiranubuww.
Artikel terkait: Foto viral; Momen sedih kakak ucapkan selamat tinggal pada adik yang sekarat
Bagaimana Menjelaskan Kematian pada si Kecil?
Bagi setiap ibu, anak adalah belahan jiwa, separuh napasnya. Begitu pun sebaliknya, sosok ibu di mata seorang anak tak tergantikan, dialah manusia yang memiliki kasih sayang tiada bertepi.
Namun yang namanya ajal tak ada seorangpun bisa menebak kapan datangnya. Sewaktu-waktu, kita bisa saja kehilangan orang yang dikasihi.
Bagi anak-anak, pemahaman tentang kematian akan berbeda-beda sesuai tahapan usia dan tumbuh kembangnya. Pada usia tertentu, hampir semua anak akan menanyakan, “Meninggal itu apa?” atau “Kenapa orang meninggal, apa aku nanti akan meninggal juga?”
Nah, tugas orangtua adalah menjelaskan konsep kematian dengan pilihan kata yang akrab, mudah dimengerti, dan singkat. Parents tidak perlu menghindar untuk membahas topik ini.
Anak-anak biasanya memiliki emosi yang kuat tentang kematian. Mereka menyimpan perasaan sedih bahkan merasa bersalah. Mereka juga mungkin merasa kebingungan mengenai kematian.
Ketika menjelaskan kematian kepada si kecil, berikanlah informasi yang sesuai dengan kemampuan anak-anak untuk memahaminya. Contohnya, jika si kecil ingin tahu mengapa kakek dan nenek mereka meninggal, hindari penjelasan yang membingungkan seperti: “Nenek/Kakek sedang tidur.”
Menganalogikan kematian dengan tidur bisa membuat anak salah persepsi. Mereka mungkin akan berpikir orang yang meninggal akan bangun kembali.
Hindari juga jawaban seperti, “Tuhan telah mengambilnya.” Pasalnya, anak-anak bisa jadi akan berpikir bahwa Tuhan adalah sosok yang kejam karena telah mengambil orang yang dikasihinya.
Lantas jawaban seperti apa yang terasa lebih bijaksana? Jelaskan kondisi sebenarnya dengan bahasa yang sesederhana mungkin. Misalnya “Nenek sudah terlalu tua dan sudah terlalu lelah”.
Dengan jawaban semacam ini, si kecil akan mangembangkan pemahaman bahwa semua orang akan beranjak tua dan lelah dan tidak bisa bertahan untuk hidup lagi.
Namun bagaimana pun, ketika berhadapan dengan kematian orang terdekat, anak-anak akan merasa sedih dan terluka. Biarkan mereka meluapkan perasaannya dengan jujur. Katakan pula bahwa sedih dan berduka adalah suatu yang normal, lalu berilah dia pelukan hangat yang menenangkan.
Baca juga:
Pahami dengan Benar, Ini Penjelasan Seputar Doa Sebelum dan Sesudah Adzan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.