Melihat anak lahap makan tentu menjadi keinginan semua orang tua saat buah hatinya memulai MPASI. Sayangnya, keinginan sering kali tak berbanding lurus dengan kenyataan. Di mana pemberian MPASI sering kali mengurasi emosi orang tua karena menemukan berbagai tantangan.
Setelah memasuki tahapan MPASI, ada masanya Si Kecil menolak makan atau yang dikenal dengan istilah GTM atau Gerakan Tutup Mulut. GTM ini sendiri sebenarnya tidak ada dalam istilah medis, namun merujuk kepada situasi di mana si kecil mulai sulit makan, menolak atau bahkan sangat memilih makanan yang akan dikonsumsi.
Sadar bahwa tantangan ini banyak dialami oleh Orang tua, theAsianparent bersama Royco mengadakan rangkaian webinar. Dalam sesi webinar MPASI 101: Variasi Menu Sehat Anti GTM agar Si Kecil Lahap Makan, Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, Nutrisionis Tumbuh Kembang Anak, Penulis Buku MP-ASI menjelaskan bahwa GTM atau Gerakan Tutup Mulut ini merujuk pada situasi dimana anak menutup mulut karena tidak ingin melahap makanannya.
“Jika ibu memaksakan maka anak akan melepeh, menyemburkan makanan, atau melakukan cara lainnya agar anak menjauh dari makanan,” ujarnya.
Senada dengan Dr. Rita Ramayulis, dalam sesi webinar Tips & Trik: Anti GTM untuk si Kecil, dr Cindiawaty J Pudjiadi MARS, MS, SpGK mengatakan, “Si Kecil bisa saja menutup mulutnya rapat-rapat, atau melepehkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Hal ini tentu menimbulkan rasa was-was, terlebih jika berat badan Si Kecil tak kunjung naik”.
Tidak bisa dipungkiri, saat anak melakukan aksi GTM tentu saja bisa berisiko kekurangan nutrisi harian, defisiensi zat makanan tertentu, imunitas pun mudah menurun. Jika GTM ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin akhirnya bisa menyebabkan si Kecil kekurangan gizi hingga berujung stunting. Untuk itulah, para orang tua perlu memahami bahwa ada beberapa tantangan yang bisa dirasakan orang tua saat memulai pemberian MPASI.
Selain karena kebutuhan nutrisi anak yang perlu dipenuhi, fase MPASI juga merupakan fase penting anak untuk bisa belajar. Di mana anak mulai belajar mengenal rasa, tekstur, bahkan mengenal lapar dan belajar untuk disiplin. Untuk itulah mengapa tahapan pemberian MPASI ini perlu dipahami orang tua.
Dr Cindiawaty J Pudjiadi MARS, MS, SpGK menjelaskan bahwa Gerakan Tutup Mulut atau GTM biasanya disebabkan oleh beberapa faktor.
-
Si Kecil Bosan
Bisa dibayangkan ya, bagaimana rasanya jika setiap hari mengonsumsi makanan yang itu-itu saja? Untuk itu, cobalah untuk membuat variasi berbagai menu makanan. Orang tua memang dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam mengenalkan berbagai makanan dan mengolah menjadi hidangan yang menggugah selera,
-
Tidak Lapar
Dr Cindiawaty J Pudjiadi MARS, MS, SpGK menjelaskan bahwa sejak dini anak perlu dilatih untuk mengenal rasa lapar. Caranya, orang tua bisa membuat jadwal makan secara konsisten. Termasuk saat jadwal cemilannya. Salah satu kunci agar anak lahap makan, adalah membuatnya dirinya merasa lapar lebih dulu.
-
Trauma dengan Makanan Tertentu
Salah satu alasan mengapa anak menolak dan melakukan GTM dikarenakan adanya ‘ketakutan’ atau trauma pada makanan tertentu. Rasa trauma ini bisa berupa aroma, bentuk, tampilan, tekstur, atau rasa makanan yang masih baru baginya.
-
Proses Makan yang Membuat si Kecil Jadi Tidak Mau Makan
Pemberian MPASI, merupakan proses belajar baik bagi orang tua dan si Kecil. Artinya, keberhasilan pemberian MPASI tergantung pada keberhasilan interaksi kedua pihak. Bagaimana orang tua bisa menciptakan suasana yang menyenangkan agar anak lahap makan dan menghindari memaksa anak untuk menghabiskan makanannya.
Anak Lahap Makan, Bebas GTM
Selain memahami faktor yang membuat anak menolak makan, ada beberapa prinsip dasar yang perlu orang tua lakukan dalam mengatasi GTM. Harapannya, anak lahap makan dan kebutuhan nutrisinya bisa terpenuhi secara optimal.
Berikut kiat dari Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes dan dr Cindiawaty J Pudjiadi MARS, MS, SpGK dalam mengatasi GTM pada anak.
1. Buat Jadwal Makan yang Teratur
Jadwal ini tidak hanya untuk makan utama namun juga makanan selingan (camilan). Contohnya seperti tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil di antaranya. Sedangkan, susu dapat ibu berikan sebanyak dua sampai tiga kali sehari.
2. Batasi Waktu Makan
Cukup 30 menit. Hindari makan terlalu lama, jangan lebih dari 30 menit. Jika sudah terlalu lama, rasa makanan tentu saja sudah berubah dan tidak fresh lagi.
3. Meningkatkan Cita Rasa Makan Anak
Ketika anak menolak makan, coba perhatikan rasa, kesesuaian tekstur, variasi warna, dan variasi aroma makanan yang diberikan. Sama seperti orang dewasa, kunci anak lahap makan tentu saja akan tergantung dengan rasa makanannya.
Pada prinsipnya, MPASI bisa ditambahkan dengan bumbu rempah untuk menambah rasa. Pun dengan gula dan garam dengan takaran yang tidak berlebihan. Misalnya dengan memberikan Royco Kaldu Jamur yang terbuat dari jamur asli dengan rempah alami, tanpa penguat rasa dan tanpa pewarna.
4. Ciptakan Suasana yang Menyenangkan
Dimulai dengan tidak memaksa anak untuk makan, dan menghabiskan makanannya, atau bisa dengan membuat ritual makan bersama keluarga di meja makan. Jika tidak memungkinkan untuk makan bersama, sebaiknya tetap latih Si Kecil untuk makan di meja makan.
5. Jangan Memberikan Banyak Minum Sebelum Makan
Salah satu kunci membuat anak lahap makan, yaitu memastikan untuk tidak memberikan camilan atau minum yang berlebih menjelang jadwal makan. Hal ini tentu saja berisiko membuatnya menolak makan.
6. Hindari Iming-Iming Hadiah untuk Anak Menghabiskan Makanan
Terkadang, agar anak lahap makan, orang tua memilih untuk memberikan reward atau hadiah jika menghabiskan makanannya. Padahal ini bukan cara yang efektif, bahkan American Academy of Pediatrics dan Academy of Nutrition and Dietetics mengatakan jika memberikan imbalan terkait pola makan anak justru berisiko membuat anak cenderung akan memilih makanan tinggi lemak dan tinggi gula. Sedangkan studi yang diterbitkan jurnal Eating Behaviors juga bisa membuat anak memiliki masalah pada kebiasaan makannya nanti saat dewasa.
Jadi bagaimana Parents, membuat anak lahap makan sebenarnya bisa diusahkan bukan? Kuncinya, konsisten dalam penerapkannya pada si Kecil.