Nathan Turangan, siswa kelas 5 SDN 1 Imandi, Sulawesi Utara, ditemukan tewas tergantung dengan seutas tali di dapur rumahnya hari Rabu, 7 Februari 2018. Diduga, anak gantung diri karena tak tahan menghadapi perundungan (bullying) dari teman-teman sekolahnya.
Anak gantung diri karena di-bully
Melihat anaknya sudah tiga hari tidak mau sekolah, ayah Nathan, Jefri Fivi Turangan pergi ke warung terdekat untuk berbelanja roti dan sereal.
Rencananya, Fivi akan memakai roti dan sereal sebagai ‘senjata’ untuk membujuk Nathan bersemangat lagi pergi ke sekolah. Fivi amat menyayangi anak semata wayangnya itu.
Menurut laporan, Fivi hanya tinggal berdua dengan anaknya karena istrinya pergi meninggalkan mereka ketika Nathan baru berusia setahun. Sejak itu, Fivi merawat dan membesarkan Nathan sendirian di rumah sederhana yang berdinding kayu dan beratap daun kelapa.
Sepulang dari warung, suara tangisan Fivi pecah ketika mendapati Nathan tergantung dengan tali rafia melilit di leher anaknya. Dengan bergegas, pria yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang tambal ban ini menurunkan tubuh Nathan sambil berteriak minta tolong.
Tetangga berdatangan membantu Fivi membawa Nathan ke puskemas. Sayangnya nyawa Nathan tak tertolong meski tubuhnya masih terasa hangat dan belum mengeras.
Salah seorang tetangga Fivi yang sekaligus adalah rekan kerjanya, Sonny Sondakh, mengatakan, “Kasihan Fivi. Dia menangis histeris, bahkan beberapa kali jatuh ke lantai. Fivi hanya terus menangis sambil memeluk anaknya.”
Artikel terkait: Surat dari Seorang Ibu yang Anaknya Bunuh Diri Setelah dibully Online
Kapolsek Dumoga Timur, Iptu Nico Tulandi membenarkan peristiwa anak gantung diri ini. Menurut Iptu Nico, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh Nathan sehingga kasus ini adalah murni bunuh diri.
Dugaan sementara, Nathan bunuh diri karena sering di-bully oleh teman-temannya sehingga ia tak mau lagi pergi ke sekolah.
“Tadi saya koordinasi dengan kepala sekolahnya. Katanya di sekolah dia sering diejek teman-temannya. Dia merasa minder. Jadi, diduga ia depresi karena di-bully teman-temannya, sehingga mengakhiri hidupnya,” ujar Iptu Nico.
Kami mengungkapkan turut berduka bagi ayah Nathan. Semoga tidak ada lagi kasus anak yang nekat bunuh diri seperti ini…
Agar anak berani membela diri saat di-bully
Tidak ada orangtua yang rela melihat anaknya menjadi korban perundungan. Kita memang tidak bisa terus-menerus selama 24 jam penuh bersama dengan anak.
Namun, Parents bisa membekali anak cara membela diri sendiri untuk mencegah kemungkinan terburuk terjadinya perundungan. Ini bukanlah persoalan balas memukul jika dipukul.
- Perlihatkan kepercayaan diri. Latih anak untuk memiliki bahasa tubuh yang meyakinkan, berjalan dengan tenang, dan berani melakukan tatap mata, meski ia sedanng merasa ketakutan atau tak percaya diri. Membangun mental adalah kunci utama agar tak ditindas.
- Membentuk grup pertemanan. Pelaku bullying biasanya menargetkan anak yang sendirian dan tak punya teman. Jika anak Anda tampaknya kesulitan memiliki teman, maka ajari ia caranya menjalin persahabatan meski dengan satu orang saja.
- Ajari anak untuk peka. Anak harus selalu waspada dengan lingkungan sekitar terutama jika ia merasa ada sesuatu yang tak beres di sekitarnya. Melatih kepekaan dan kewaspadaan menghindarkan anak dari kondisi terpojok dan dikeroyok di tempat sepi.
- Hindari perkelahian. Katakan pada anak untuk tidak memusingkan omongan yang menyebut bahwa menghindari perkelahian adalah tindakan pengecut. Justru dengan menghindar dari perkelahian, anak bisa mencegah situasi yang lebih buruk terjadi.
Selengkapnya: 9 Strategi Mengajari Anak Membela Diri saat Menghadapi Bullying (Perundungan)
Usahakan agar anak selalu terbuka dengan Anda apapun yang terjadi. Untuk mengecek apa ada sesuatu yang tak beres, minta anak untuk menceritakan hari-harinya di sekolah.
Referensi: Tribunnews, Pojok Satu, Manado Post Online
Baca juga:
Dituduh mencuri HP gurunya, anak perempuan ini memutuskan bunuh diri