Aktor sekaligus Sutradara Ernest Prakasa telah memiliki dua anak dari pernikahannya dengan Meira Anastasia. Anak Ernest Prakasa yang pertama adalah perempuan dan diberi nama Sky Tierra Solana yang kini berusia 11 tahun. Anak kedua Ernest Prakasa berjenis kelamin laki-laki dan diberi nama Snow Auror Arashi.
Anak Ernest Prakasa Diasuh dengan Tak Banyak Larangan
Dalam sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya (06/08), sutradara film Imperfect ini mengunggah sebuah screenshot percakapannya dengan sang anak. Dalan grup chat tersebut, anak pertamanya yang bernama Sky, mengaku bahwa dirinya menonton Youtube selain tayangan soal hewan.
Sky meminta maaf karena tak menuruti omongan orangtuanya yang hanya membolehkan Sky menonton video di Youtube soal binatang, dan menonton video lain di Youtube selain hewan. Sky juga berjanji akan menonton video hewan saja sekarang.
Menanggapi pengakuan sang anak, Ernest dengan bijak memaklumi. Dan membolehkan anaknya menonton video selain hewan, asal tak berlebihan. Biar ada variasi dan tak bosan.
Bersama dengan unggahan tersebut, pembuat film Milly dan Mamet ini menulis di kolom caption:
Pengakuan dosa di pagi hari 😂. Karna rumah lagi berantakan, anak-anak nginep dulu di rumah bokap gw. Sky (11) tiba-tiba kirim text gini, soalnya gw sama @meiranastasia bilang gapapa nonton yutub asal tentang hewan-hewan sesuai minatnya dia.
Artikel terkait: Begini cara melarang anak agar tidak berdampak buruk padanya
Anak Ernest Prakasa jadi Penurut karena Tak Terlalu Banyak Dilarang
Lebih lanjut, pemain film Cek Toko Sebelah ini juga membagikan pengalamannya dalam hal pengasuhan anak. Ernest mengatakan, memiliki anak yang patuh pada aturan orangtua kuncinya adalah jangan terlalu banyak dilarang.
Kalau dari pengalaman kami, punya anak yang nurut peraturan itu kuncinya adalah jangan terlalu banyak dilarang. Jika kebanyakan dilarang, maka mati rasa. Kalau larangan atau peraturan adalah sesuatu yang langka, sekalinya muncul, kepatuhannya juga extra. Tapi itu kalo gw sih. Kalo lo gimana, ada taktik tertentu biar anak lebih nurut?
Ernest juga menambahkan bahwa dirinya belum mengijinkan Sky untuk punya simcard walaupun sudah punya ponsel. Sehingga cara mereka berkomunikasi adalah melalui aplikasi hangout.
PS: Kami punya grup Hangout karna dia udah punya hape tapi belum gw bolehin pake simcard.
Pelajaran yang Bisa Diambil dari Pola Asuh pada Anak Ernest Prakasa
Sebagai ayah dari dua orang anak, Ernest menyadari bahwa masa kecil sang buah hati sangatlah penting dalam proses pembentukan kepribadiannya kelak ketika dewasa nanti.
Karena itulah, dia tak banyak memberikan larangan pada anak, agar sang buah hati bisa bebas berekspresi, namun tetap masih dalam batasan yang wajar. Anak juga jadi belajar bertanggung jawab atas kesalahannya dan tak ragu untuk meminta maaf.
Apa yang dilakukan Ernest sepatutnya kita contoh ya, Parents. Membuat anak menjadi penurut dan patuh pada orangtua tidak bisa dengan cara banyak melarangnya, namun dengan memberikan kebebasan yang masih dalam batas wajar.
Artikel terkait: Sering melarang anak membuatnya bodoh? Ini penjelasan psikolog!
Dampak Buruk pada Psikologi Anak Jika Terlalu Sering Dilarang
Melansir dari laman dosenpsikologi.com, berikut adalah hal-hal negatif yang bisa terjadi jika Parents terlalu sering melarang anak.
1. Timbul sifat penakut
Terlalu sering dilarang membuat anak tidak bebas berekspresi, sehingga iapun akan tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri dan takut memulai sesuatu hal yang baru.
2. Anak menjadi Pemalas
Kebanyakan mendapat larangan, membuat anak menumbuhkan sifat malas. Kadang, orangtua tak mau meminta bantuan anak mengurus rumah karena takut si anak merusak barang atau pekerjaannya tidak sempurna. Akibatnya, anak tumbuh menjadi pribadi yang malas mengerjakan tugas rumah sendiri, karena merasa tak dipercaya melakukan apapun.
3. Tidak Adanya Kepercayaan Diri
Jika anak terlalu banyak dikekang dalam banyak hal, dia akan kehilangan kepercayaan dirinya. Mereka merasa minder dengan kemampuannya sendiri, bahkan cenderung merasa tak bisa apa-apa karena orangtua tak pernah membiarkannya mencoba melakukan apapun yang menurutnya menarik.
4. Terlalu Bergantung pada Orangtua dan Tak Bisa Menyelesaikan Masalah Sendiri
Orangtua yang memiliki sifat overprotektif, membuat anak menjadi terlalu bergantung pada orangtua dan tak mampu menghadapi masalahnya sendiri. Psikolog hubungan orangtua dan anak dari Amerika, Lauren Feiden, mengatakan bahwa overprotective parenting membuat anak tidak mampu menyelesaikan masalah apapun, dan selalu mengandalkan orangtua ketika mengalami masalah dalam hidupnya.
5. Anak tumbuh Menjadi Pembohong
Terlalu banyak larangan pada akhirnya anak menjadi belajar untuk berbohong pada orangtua, saat dirinya melakukan sesuatu yang dilarang namun menyenangkan baginya, maka ia terpaksa berbohong agar tak dimarahi atau mendapat hukuman.
Banyaknya larangan akan membuat anak merasa terkekang, hingga ia mencari celah untuk bebas, kemudian berbohong demi bisa lolos dari kekangan tersebut.
6. Anak Menjadi Gampang Stres dan Cemas
Pola asuh orangtua yang dengan pengawasan berlebihan terhadap prestasi akademis dan non akademis anak, akan membuat sang anak menjadi tertekan. Dia akan menghadapi espektasi tinggi dari orangtua yang membuat dirinya merasakan tekanan psikologis hebat.
Akibatnya, anak menjadi cemas, takut membuat kesalahan yang akan membuatnya melakukan kesalahan dan dimarahi orangtua. Bahkan, anak yang cerdas sekalipun bisa menurun prestasinya saat orangtua terlalu menekannya untuk mendapatkannya nilai paling tinggi.
7. Anak akan Membangkang pada Orangtua
Setiap manusia memiliki titik jenuh, begitu juga dengan seorang anak. Ketika tak mampu lagi bertahan dengan tekanan dan larangan dari orangtua, bisa jadi suatu saat ia akan menjadi pembangkang, terutama ketika ia telah mencicipi apa itu kebebasan. Hubungan dengan orangtua menjadi renggang, anak tak lagi punya rasa hormat pada orangtuanya.
Tentu Parents tak mau hal ini terjadi kan?
***
Itulah informasi mengenai anak Ernest Prakasa yang penurut karena dididik dengan tak banyak larangan. Semoga pola asuh suami Meira Anastasia ini bisa kita contoh ya, Parents.
Baca juga:
Begini cara melarang anak agar tidak berdampak buruk padanya
Meira Anastasia: "Seks Bukan Hanya Dilakukan, Tapi juga Dikomunikasikan"
Ernest Prakasa: "Pengantin baru tak perlu buru-buru punya anak"