Menjadi orangtua, otomatis akan membuat kita banyak belajar. Benar tidak? Tetapi hal ini baru bisa dirasakan ketika kita bisa mengurus anak sendiri, bukan menitipkannya pada orangtua. Ya, menitipkan anak tentu saja boleh. Namun, tentu saja ada etika yang perlu dimengerti dan dijalankan. Jika tidak, bisa-bisa kita menjadi anak durhaka karena tidak tahu diri.
Iya, tidak tahu diri. Setelah orangtua kita susah payah membesarkan dan mendidik kita sebagai anak, apa iya sebagai nenek dan kakek mereka arus direpotkan mengurus cucu?
Beberapa hari yang lalu, seorang teman menunjukkan video terkait dengan hal ini, yang ramai beredar di media sosial.
“Dis, sudah lihat video ini belum? Soal anak durhaka secara halus karena menitipkan anak pada orangtua atau pada nenek kakeknya.”
Karena penasaran, saya pun langsung membuka link video yang dimaksud. Begitu mendengarkan, saya pun lantas membatin, “Eh, iya… kadang kondisi seperti ini memang masih banyak terjadi. Ketika bekerja, kita, para orangtua sering mengandalkan kakek nenek untuk menjaga cucunya. Padahal, belum tentu mereka tidak memiliki aktivitas lain.”
Artikel terkait : Sering menitipkan anak ke orangtua? 15 hal ini sering jadi curhatan kakek nenek
Nyatanya, menurut Ummi Fairuz Ar-Rahbini, sang penceramah, perilaku ini sebenarnya bentuk anak durhaka secara halus.
Penasaran dengan isi ceramahnya? Berikut kutipannya :
Beda anak durkaha saat ini dengan zaman dulu berbeda. Kalau dulu anak durhaka karena orangtua di kampung nggak dijenguk, kalau sekarang nggak. Orangtua di kampung dijemput, dibawa ke rumahnya, dan dikasih kamar satu. Kayanya sih enak ya… baik kayanya. Tapi nanti pas punya anak… ternyata istri anaknya itu wanita karier. “Ibu nitip dedek yaaa.. abis juga pesen, ‘oh iya bu, itu di kulkas ada sayur bayem, nanti titip ya sekalian di masakin.’ Ya ibunya baik banget, dari kampung dikasih kamar, dapet mainan cucu, jadi urusan dimintain masak bayem mah, senang aja. Giliran liburan, ayo jalan jalan ke mal. Terus diminta untuk tolong gendong cucunya, mantunya mah bawa tas…. MashaAllah… Udah gitu nanti kalau beliin baju yang yang paling murah. Banyak nggak yang kaya gini? Kita nangis kalau ada yang kaya begini, kok tega ya?
Kita makanya paling sebel ada yang bilang, ‘Umi.. saya mohon maaf ya, saya nggak bisa ngaji lagi karena jagain cucu.’
Saya tuh mau ngomong, ‘Anakmu kok tega?’ Dulu sudah repot ngurusin dia, eh, ini masih juga disuruh jagain anaknya. Dia kapan belajar jadi ibu? Kami nggak menyalahkan kalau misalkan ada seorang nenek yang senang ngurusin cucu karena memang ada neneknya yang justru ngotot. Tapi paling tidak kita sebagai anak juga tahu diri, dong. Kalau memang orangtua kita mau berlapang dada, mau sampai capek cepek ngurusin cucunya. Minimal kita suruh kek orang itu untuk berkhidmah ke orangtua kita. Jadi minimal kan bisa meringankan juga tuh. Memang kadang ada nenek yang kalau nggak dikasih tugas apa-apa malah sensitif, dianggap kaya nggak diakui. Ya nggak masalah, boleh kalau memang kaya begitu. Kalau memang hiburan neneknya itu adalah jagain cucu, ya nggak masalah. Tapi ke orangtua kita, kita juga siapin orang untuk bantuin. Begitu dong. Bukannya malah jadi aji mumpung Alhamdulillah, nggak suka nyewa babysitter….Alhamdulillah nggak usah sewa pembantu… Alhamdulillah nggak usah panggil tukang masak… Alhamdulillah nggak perlu manggil tukang cuci.
Lihat… Kenapa? Karena dia sudah mendapat pembantu gratis. Ibunya sendiri. Karena ini lho, yang terjadi. Banyak tidak sekarang? Mau berkah dari mana rumah tangga? Kalau anak durkaha pada orangtua, lihat…. rumah tangga nggak akan bahagia. Nanti akan dibalas oleh Allah. Mungkin dia punya anak yang lebih durhaka lagi. Atau suami yang akan dzolim pada dia. Atau mungkin hartanya nanti tidak akan barokah, atau nanti hidupnya akan sengsara. Karena dosa itu akan diakirkan hukumnya nanti dihari kiamat. Kecuali apa? Kecuali durkaha pada orangtua karena Allah akan memberikan bonusnya dulu di dunia baru nanti, sebelum mersakannya di akhirat Dikasih dulu di dunia, hidupnya nggak akan bahagia, makanya hati-hati masalah durkaha pada orangtua.
Lewat pesan yang disampaikan oleh Ummi Fairuz Ar-Rahbini, sang penceramah, semakin mengingatkan kalau menitipkan anak pada orang tua memang ada etikanya. Jangan sampai, menitipkan anak justru hanya berujung menjadikannya durhaka halus. Duh!
Baca juga :
Membesarkan anak tanpa kakek-nenek, apa saja untung dan ruginya?