Operasi caesar lebih aman dari melahirkan normal? Simak dulu risikonya!

Terdapat berbagai alasan Bumil lebih memilih operasi caesar daripada melahirkan secara normal (pervaginam). Namun, ketahui dulu risiko caesar berikut ini, Bun!

Proses operasi caesar atau C-section menjadi pilihan beberapa ibu muda di Indonesia. Terdapat berbagai alasan  mengapa mereka lebih memilih operasi caesar daripada melahirkan secara normal (pervaginam). Padahal proses melahirkan secara caesar memiliki berbegai risiko lho, Bun. Berikut ulasannya!

Risiko operasi caesar untuk sang ibu

Pengalaman operasi caesar tidak sakit

Proses bedah memiliki risiko yang cukup tinggi, dan hal ini berlaku pula pada pasien yang menjalani proses operasi caesar. Berikut beberapa risiko operasi caesar untuk sang ibu:

Artikel terkait: Persiapan sebelum melahirkan, lakukan 8 hal terpenting ini, Bumil wajib tahu!

  • Infeksi. Infeksi dapat terjadi di sepanjang luka sayatan, di dalam rahim, dan di organ panggul lainnya (seperti kandung kemih).
  • Risiko perdarahan atau kehilangan darah meningkat. Anda akan kehilangan lebih banyak darah saat menjalani persalinan sesar, dibandingkan dengan persalinan pervaginam(normal). Hal ini dapat menyebabkan anemia atau transfusi darah.
  • Cedera pada organ. Persalinan caesar memungkinkan seseorang mengalami cedera pada organ lain, seperti usus atau kandung kemih (2 kejadian per 1002 persalinan caesar).
  • Adhesi. Jaringan parut dapat terbentuk di dalam daerah panggul, menyebabkan penyumbatan dan rasa sakit. Adhesi juga dapat menyebabkan komplikasi kehamilan di masa depan, seperti plasenta previa atau solusio plasenta.
  • Lebih lama dirawat di rumah sakit. Setelah sesar, Anda mungkin akan dirawat di rumah sakit antara 3-5 hari setelah kelahiran (lebih lama dari persalinan normal). Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan setelah sesar juga cukup lama dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
  • Reaksi terhadap obat-obatan. Mungkin ada reaksi negatif terhadap anestesi yang diberikan selama sesar.
  • Risiko operasi tambahan. Jika terjadi masalah setelah operasi sesar, Anda bisa saja menjalani histerektomi(pengangkatan rahim), perbaikan kandung kemih atau operasi sesar lainnya.
  • Kematian ibu. Angka kematian ibu untuk sesar lebih tinggi dibandingkan dengan kelahiran pervaginam.
  • Reaksi emosional. Beberapa wanita yang pernah menjalani operasi sesar melaporkan perasaan negatif tentang pengalaman melahirkan mereka.

Risiko caesar untuk bayi

Operasi caesar

Berikut risiko caesar untuk bayi:

  • Kelahiran prematur. Jika usia kehamilan tidak dihitung dengan benar, bayi yang dilahirkan secara sesar dapat lahir terlalu dini, dan memiliki berat badan lahir rendah.
  • Masalah pernapasan. Bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar lebih cenderung mengalami masalah pernapasan.
  • Skor APGAR yang rendah. Bayi yang dilahirkan dengan sesar 50% lebih cenderung memiliki skor APGAR yang lebih rendah daripada bayi yang dilahirkan secara normal.
  • Cidera janin. Bayi bisa saja terluka selama operasi sesar, namun kejadian ini sangat jarang terjadi (rata-rata 1-2 bayi per 100 persalinan).
  • Kemungkinan tidak bisa menjalani IMD (Iniasiasi Menyusui Dini). Bayi yang dilahirkan melalui operasi caesar juga akan dipisahkan dari ibunya selama beberapa jam. Hal ini membuat mereka tidak bisa menjalani proses IMD.

Mereka yang direkomendasikan menjalani operasi caesar

alasan operasi caesar lead

Kadang-kadang operasi caesar memang lebih aman untuk beberapa orang daripada persalinan normal (pervaginam). Penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan bedah caesar jika:

  • Persalinan macet. Persalinan macet adalah salah satu alasan paling umum untuk dilakukannya bedah caesar. Macetnya persalinan dapat terjadi jika serviks tidak cukup terbuka meskipun telah terjadi kontraksi kuat selama beberapa jam.
  • Bayi dalam keadaan tidak baik. Jika penyedia layanan kesehatan khawatir mengenai perubahan detak jantung bayi, operasi caesar mungkin merupakan pilihan terbaik.
  • Bayi dalam posisi abnormal. C-section mungkin merupakan cara paling aman untuk melahirkan bayi sungsang atau melintang.
  • Hamil kembar. Prosedur C-section mungkin diperlukan jika Bunda mengandung anak kembar.
    Ada masalah dengan plasenta. Jika plasenta menutupi pembukaan serviks (plasenta previa), Bunda kemungkinan besar dianjurkan untuk menjalani operasi caesar.
  • Prolaps tali pusat. C-section mungkin direkomendasikan jika tali pusat melewati serviks di depan bayi.
  • Ibu memiliki masalah kesehatan. C-section mungkin direkomendasikan jika Bunda memiliki masalah kesehatan yang parah, seperti kondisi jantung atau otak. C-section juga dianjurkan jika Bunda memiliki infeksi herpes genital aktif pada saat persalinan.
  • Obstruksi mekanis. Anda mungkin memerlukan operasi caesar jika memiliki fibroid besar yang menghalangi jalan lahir, fraktur panggul yang parah, atau bayi mengalami kondisi yang dapat menyebabkan kepalanya sangat besar (hidrosefalus parah).
  • Bunda telah menjalani operasi Caesar sebelumnya. Dalam beberapa kasus, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin merekomendasikan bedah Caesar berulang.

Menentukan jenis persalinan memang sepenuhnya di tangan Bunda, namun semua keputusan ada risikonya ya, Bun. Pastikan Bunda telah mengetahui semua risiko persalinan caesar sebelum melakukannya.

Semoga informasi di atas bermanfaat!

Sumber: Mayo Clinic

Baca juga:

8 Persiapan yang Perlu Bunda Ketahui Sebelum Persalinan Caesar

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.