Waspada Bun, Ternyata Alergi Susu Sapi Bisa Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak

ASI bisa saja mengandung protein susu sapi. Bagaimana ciri bayi yang alergi susu sapi? Bacalah ulasan lengkapnya di sini agar tumbuh kembang anak tak terganggu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tahukah Bunda bahwa alergi susu sapi pada anak bisa memengaruhi tumbuh kembang Si Kecil? Untuk itu, pencegahan alergi menjadi sangat penting dilakukan untuk menekan risiko terjadinya. Bagaimana cara mencegah terjadinya alergi susu sapi pada Si Kecil?

Bagaimana Susu Sapi Bisa Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak?

 

Agar proses tumbuh kembang anak baik, anak membutuhkan keseimbangan dan kecukupan nutrisi, seperti karbohidrat, protein, vitamin dan mineral penting lainnya.  Dan kita tahu, anak perlu protein lebih banyak pada awal masa kehidupannya.

Sayangnya tidak semua tubuh anak mampu mencerna protein yang berasal dari susu sapi. Penelitian di beberapa negara menyatakan sebanyak 2% anak mengalami alergi susu sapi pada 3 tahun pertamanya.

Mengapa Bisa Alergi Susu Sapi pada Anak?

Alergi susu sapi pada Si Kecil terjadi karena sistem imun mereka, terutama pada saluran pencernaan, belum berkembang sempurna.

Dengan kondisi demikian, protein susu sapi dianggap sebagai zat berbahaya yang harus dilawan. Akibatnya, timbullah berbagai reaksi alergi pada tubuh Si Kecil.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Memang, alergi susu sapi ini 85% akan menghilang atau dapat ditoleransi oleh tubuh anak sebelum usia 3 tahun. Namun bila ia memang memiliki alergi terhadap susu, kita harus menghindarinya hingga anak berusia 3 tahun.

Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya alergi yang lebih parah serta munculnya alergi pada makanan alergen lain di kemudian hari.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menurut pakar gastroenterologi dari Universitas Vrije Brussel Belgia, Prof. Yvan Vandenplast, selain mengganggu proses tumbuh kembang anak, alergi protein susu sapi dapat mempengaruhi kesehatan pada usia dewasa.

Namun sayang hanya sedikit orangtua yang menyadari alergi yang menimpa buah hatinya disebabkan protein  susu sapi. Menurut Vandenplast, hal ini dikarenakan tidak adanya gejala spesifik, kurangnya pengetahuan, dan jarang orangtua melakukan tes alergi pada anak, sehingga menyulitkan dokter mendeteksi kasus alergi tersebut.

Bagaimana Gejala Alergi Susu Sapi dan Pengaruhnya Terhadap Tumbuh Kembang Anak?

Pada kasus-kasus berat gejala alergi terjadi beberapa menit hingga beberapa jam setelah anak mengkonsumsi susu sapi.

Berikut ini gejala alergi susu sapi yang sering muncul pada anak, yang dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Gangguan pencernaan

Umumnya terjadi berupa muntah-muntah, kembung, cegukan melulu dan diare (terkadang kotorannya mengandung darah).

2. Kulit sensitif

Reaksi alergi ini muncul berupa bintik atau bisul kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok.

3. Kotor pada bagian lidah

Lidah anak tampak kotor akibat gumpalan putih (seperti jamur) dan seperti sariawan

4. Napas berbunyi

Napas berbunyi grok-grok, kadang disertai batuk terutama malam dan pagi hari. Selain itu, anak berisiko lebih sering diserang batuk dan pilek.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga: Nafas Grok-Grokan pada Bayi Baru Lahir

5. Hidung sensitif

Hidung sensitif membuat anak sering bersin, pilek, dan kotoran hidung lebih banyak.

6. Mata sensitif

Mata anak tampak sering berair atau sering timbul kotoran (belekan).

7. Keringat berlebihan

Anak sering mengeluarkan keringat berlebihan, bahkan di ruang yang dingin ber-AC.

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

8. Saluran kencing

Kencing warna merah atau oranye yang seringkali dianggap infeksi saluran kencing.

Parents, salah satu cara untuk mencegah gejala ini adalah dengan memberi asupan makanan pengganti yang memiliki nilai gizi setara dengan susu sapi.

Berbagai pengganti susu sapi:

1. ASI

Air susu ibu merupakan pilihan terbaik bagi bayi yang mengalami alergi susu sapi. Namun ASI Bunda juga bisa mengandung protein susu sapi. Jadi, hindarilah susu sapi dalam menu Bunda sehari-hari.

2. Susu soya (Kedelai)

Susu soya untuk Si Kecil umumnya sudah difortifikasi dengan berbagai mineral dan vitamin, sehingga memiliki nutrisi yang sama dengan susu sapi. Namun hati-hati, sebagian anak yang alergi susu sapi juga alergi terhadap soya.

3. Susu formula hypoallergyc

Susu formula ini mengandung protein susu sapi yang telah mengalami pemrosesan khusus (dihidrolisa) sehingga tidak menjadi alergen lagi bagi si Si Kecil. Rasanya cenderung tidak enak dan mahal harganya.

Sebagaian susu hypoallergyc tidak berbahan dasar susu sapi, tetapi terbuat dari asam amino.

4. Susu kambing

Susu kambing tidak dianjurkan untuk anak di bawah 9 bulan bahkan 1 tahun. Kandungan gizinya tidak sebaik susu sapi.

 3 Tindakan Pencegahan Alergi

Pencegahan alergi susu sapi sebaiknya dilakukan sejak dini, terutama bila salah satu atau kedua orangtua memiliki riwayat alergi.

Tindakan pencegahan penting karena alergi susu sapi dapat menjadi pencetus terjadinya alergi makanan lain di kemudian hari, yaitu ketika sudah terjadi kerusakan saluran pencernaan.

Tindakan pencegahan ini melalui 3 tahapan, yaitu:

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer dilakukan sejak janin masih di dalam kandungan. Caranya adalah menghindari susu sapi, menghindari asap rokok serta tidak memakan kacang-kacangan selama menjalani kehamilan.

 

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan tahap ini dilakukan setelah terjadi sensitisasi, tetapi belum terlihat gejala alergi. Caranya adalah dengan melakukan tes alergi pada kulit Si Kecil. Tes sebaiknya dilakukan sebelum Si Kecil berusia 3 tahun.

3. Pencegahan tersier

Tindakan ini dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan menunjukkan gejala alergi dini, misal ruam-ruam pada kulit, tetapi belum menunjukkan gejala alergi berat seperti asma. Pencegahan ini sebaiknya dilakukan saat Si Kecil berusia 6 bulan sampai 4 tahun.

Parents, semoga uraian di atas bermanfaat.

Referensi : Rubrik Sehat, Hal. 20, Harian Republika, Kamis, 13 Oktober 2015, mayoclinic.org, foodalergy.org, waterloo public health.