Bayi kembar kena pertusis akibat orangtua tolak vaksin

undefined

Jangan sampai keegoisan orangtua yang tidak mau memvaksin anak justru membuat ia terkena penyakit berbahaya.

Kami di theAsianparent tak pernah bosan mengingatkan Parents untuk memvaksin anak. Melihat banyaknya wabah penyakit yang muncul seharusnya bukan menjadi alasan tolak imunisasi.

Seorang dokter bernama Jiemi Ardian menuliskan sebuah cuitan di akun Twitter-nya yang membuat para orangtua kembali diingatkan tentang pentingnya imunisasi.

Orangtua yang menolak vaksin justru malah menyebabkan anaknya menjadi korban.

Alasan tolak imunisasi tidak ada yang masuk akal

Menurut dokter Jiemi, tidak ada alasan yang masuk akal ketika orangtua menolak vaksin, apalagi penelitian yang digunakan sebagai alasan tolak imunisasi tidak jelas. Semua itu hanya berdasarkan testimoni yang tidak masuk akal secara biologis.

alasan tolak imunisasi 1

Lebih menyedihkan lagi jika ada dokter yang anti vaksin.  Tugas dokter selain untuk mengobati pasien adalah memberikan edukasi sehingga masyarakat bisa hidup lebih sehat, bukannya justru menyesatkan dengan menolak imunisasi.

1. Tidak mau melihat anaknya kesakitan saat disuntik

alasan tolak imunisasi 2

Alasan lain yang membuat orangtua enggan memvaksin anaknya adalah karena takut anak demam atau tidak tega jika anaknya disuntik. Padahal sakit saat disuntik hanyalah beberapa detik dibanding terkena penyakit berbahaya yang mengancam nyawa.

Demam pasca vaksin juga sebenarnya adalah reaksi yang wajar dan akan sembuh dengan sendirinya.

Artikel terkait: Perlukah Obat Penurun Panas Diberikan Setelah Anak Vaksin?

2. Vaksin itu haram

alasan tolak imunisasi 3

Bagi umat Muslim, muncul ketakutan bahwa vaksin dibuat dari bahan-bahan yang tidak halal sehingga mereka menolak memberikannya pada anak. Alasan tolak imunisasi ini terbantahkan dengan adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia yang mewajibkan vaksin bagi seluruh umat Islam.

Fatwa MUI no. 04 tahun 2016 tersebut memuat hal-hal berikut ini:

  1. Vaksin pada dasarnya dibolehkan sebagai bentuk ikhtiar mencegah terjadinya penyakit tertentu, dengan meningkatkan sistem imun tubuh. Contohnya, vaksin MR yang sudah masuk Indonesia sejak tahun 1980-an, karena imunisasi bersifat mubah dalam kondisi normal/tidak ada wabah.
  2. Imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci.
  3. Penggunaan vaksin yang berbahan haram atau najis hukumnya haram.
  4. Penggunaan vaksin yang haram atau najis dibolehkan dalam kondisi darurat, yakni belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci, serta telah ada keterangan dari petugas kesehatan profesional yang menyatakan bahwa vaksin berbahan halal tidak ada.
  5. Vaksin menjadi wajib hukumnya jika orang yang tidak divaksin mengalami penyakit berat, cacat permanen, ataupun penyakit mematikan yang mengancam nyawa.
  6. Jika imunisasi justru menimbulkan efek berbahaya, maka tidak boleh dilakukan.

3. Vaksin bikin autis

alasan tolak imunisasi 4

Alasan tolak imunisasi ini juga yang paling sering disebutkan oleh para orangtua. Mereka mengutip dari hasil penelitian dokter Andrew Wakefield dan kawan-kawan pada tahun 1998.

Dalam penelitian ini, dr. Andrew mengambil sampel 8 anak yang mengalami gejala awal autisme sejak imunisasi MMR sebulan sebelumnya. Belakangan diketahui bahwa dr. Andrew dan kawan-kawan memalsukan penelitian tersebut dan hanya ingin menarik keuntungan dari uang hasil tuntutan kepada produsen vaksin berdasarkan keluhan autisme setelah vaksin.

Penelitian palsu ini membawa dampak kesehatan yang teramat besar terhadap masyarakat global. Setelah mengetahui fakta ini, masihkah Anda percaya bahwa vaksin menyebabkan anak autisme?

Buat Parents yang berprinsip bahwa memvaksin anak adalah hak Anda, harap diingat bahwa mendapatkan kesehatan yang baik juga merupakan hak anak. Jangan sampai keegoisan Anda justru membuat anak celaka.

 

Referensi: Hello Sehat

Baca juga:

Anak tidak vaksin DPT, satu wilayah bisa terkena wabah Difteri

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.