Salah satu topik viral tentang hubungan kekasih yang belakangan jadi perbincangan di Twitter adalah alasan meninggalkan pasangan walaupun sudah menjalin hubungan cukup lama. Twit ini viral setelah diunggah oleh akun @AREAJULID yang menampilkan beberapa cuitan tentang motif dibalik seseorang yang tega mengakhiri hubungannya dengan pasangan.
Cuitan ini menjadi topik yang menarik oleh netizen karena memicu berbagai komentar yang mendukung dan mempertanyakan alasan meninggalkan pasangan tak peduli berapa lama usia hubungan tersebut. Bahkan tak sedikit sudah menjalin hubungan bertahun lamanya.
Dari berbagai cuitan, dapat ditarik beberapa kesamaan mengenai alasan meninggalkan pasangan yang diantaranya disebabkan oleh kecenderungan perselingkuhan, kepribadian yang buruk, toxic relationship ataupun perilaku kekerasan yang diterima selama menjalin hubungan asmara.
Tak hanya itu, hubungan yang di awal terasa manis setelah dijalani malah menjadi beban sehingga akhirnya tidak layak dipertahankan. Pada momen seperti inilah, terpikir lebih baik melajang daripada bertahan, meskipun kadangkala masih ada perasaan yang tersimpan untuk pasangan.
Argumen Sama yang Berulang
Beberapa pakar berpendapat ada beberapa alasan valid seseorang tega meninggalkan pasangan yang antara lain terjebak siklus argumen yang sama. Kesulitan berkompromi dan memecahkan masalah yang tengah melanda membuat terjadinya argumen berulang.
Seorang pakar hubungan di New York, Susan Winter menjelaskan bahwa bagaimana usaha Anda memperbaiki sebuah hubungan, masalah malah terus muncul,
“Tidak peduli apa yang Anda lakukan dan bagaimana Anda mencoba untuk memperbaiki masalah yang muncul dengan pasangan Anda, tampaknya tidak ada solusi damai,” ujar Susan Winter dikutip dari Kompas.
Proses ini melelahkan dan menghambat perkembangan hubungan apa pun. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pendapat yang mendasar maupun gaya komunikasi yang kemudian menjadi kurang cocok .
“Mungkin rasanya Anda dan pasangan berbicara dalam bahasa yang berbeda,” ujar Tennesha Wood, seorang relationship trainer. Kita sudah berusaha berkomunikasi secara baik namun maksud tersebut tidak pernah tersampaikan sehingga putus sepertinya menjadi solusi lebih baik.
Saat Ada Masalah, Berpikir Melajang akan Lebih Baik
Melihat teman-teman yang kebetulan melajang dan tampak menikmati kehidupannya tanpa adanya drama hubungan antar pasangan membuat seseorang menjadi iri dan ketika dihadapkan dengan masalah dalam kehidupan asmaranya, maka akan terbayangkan bahwa sepertinya status lajang merupakan pilihan yang lebih baik.
Bayangan mengenai kesendirian itu lebih baik ini bukan hanya terjadi sesaat, namun hal itu dibayangkan secara berulang dan terus menerus.
“Memiliki kesendirian dan waktu sendirian diperlukan dalam setiap hubungan, tetapi jika Anda mendapati diri Anda ingin jauh dari pasangan Anda secara konsisten, inilah saatnya untuk meninggalkannya,” kata Wood.
Ragu Meninggalkan Pasangan? Lakukan Tes Ini
Beberapa orang kadang merasa ragu saat dihadapkan pilihan meninggalkan pasangan. Perasaan menjadi sosok antagonist dalam suatu hubungan seakan membayangi. Bila perasaan ragu itu melanda, coba lakukan tes sederhana degan mengukur kegembiraan kita saat akan bertemu pasangan.
Bila kita tak lagi merasa senang dan berdebar-debar mendengar suara kendaraannya tiba di depan rumah, atau mencium bau parfumnya, mendengar sapaanya, mungkin saatnya untuk move on serta fokus pada diri sendiri.
Alasan Meninggalkan Pasangan
Beberapa ahli atau pakar hubungan pribadi merinci berbagai hal berikut terkait alasan meninggalkan pasangan walaupun sudah menjalin hubungan yang cukup lama.
Gagal Menjadi Diri Sendiri
Selanjutnya, bila dalam hubungan itu Anda mulai merasa tidak bisa jadi diri sendiri lagi, bahkan hubungan yang dijalani seolah mengubah anda menjadi orang lain ataupun. Pasangan yang seharusnya bisa membantu kita menjadi diri sendiri, malah berlaku sebaliknya, maka mungkin saatnya anda berhenti dari jalinan seperti itu.
“Jika Anda menemukan bahwa elemen inti tertentu dari diri Anda telah ditekan atau diubah dalam hubungan, mungkin sudah saatnya untuk melakukan eksplorasi diri atau berhenti,” ujar Maya Maria Brown, seorang pakar hubungan pribadi asal AS.
Demikian pula, pertimbangkan untuk menjauhi suatu hubungan yang justru hanya memunculkan hal negatif kepada diri sendiri seperti menjadi pesimis dan mudah menghakimi orang lain.
Dalam salah satu skenario ini, hubungan Anda mungkin menghalangi identitas Anda, yang merupakan salah satu alasan terkuat untuk putus dengan seseorang,” jelas Brown.
Perbedaan Sudut Pandang Dasar
Alih-alih mencerminkan ketidaksepakatan sederhana yang biasa, perbedaan sudut pandang mulai terasa mendasar dan berisiko tinggi. Contohnya, pembicaraan mengenai isu politik dan bagaimana pasangan menyikapinya atau sisi pasangan yang tidak bisa kita pahami atau kenali sebelumnya.
Perbedaan ini ini menjadi salah satu alasan untuk putus dengan seseorang, terutama bila perbedaan sudut padang ini sering muncul dan tak bisa ditolerir lagi. “Jika Anda merasa malu di depan orang lain ketika pasangan Anda berbicara, putus mungkin membuat Anda lebih bahagia,” kata terapis hubungan Laurel Steinberg, PhD.
“Selain itu, Anda mungkin bertanya-tanya apakah orang lain merasa tidak enak karena memiliki pasangan ini, yang dapat menyebabkan Anda menjauhkan diri untuk menghindari perasaan seperti ini.”
Kontribusi Tak Seimbang dan Dominasi dalam Hubungan
Ada lagi mengenai kontribusi pasangan. Bila salah satu pihak mulai merasa bahwa kontriubusinya dalam hubungan tersebut lebih banyak dan mengecilkan bagian yang lain, ini sebagai pertanda penurunan kepuasan dalam suatu hubungan.
“Tetapi jika Anda merasa seolah-olah Anda telah menanggung beban yang jauh lebih besar dari keseluruhan beban kerja tanpa pengakuan, Itu akan dengan cepat menyebabkan penurunan kepuasan dengan hubungan tersebut,” tambah Brown.
Hal yang sebaliknya, bila dalam menjalin sebuah hubungan, pasangan terasa terlalu mendominasi atau menyedot semua energi emosional maka akan muncul perasaan merasa dikesampingkan.
Bila hal ini terjadi dan Anda tengah mengalaminya, maka meninggalkan pasangan untuk mendapatkan hubungan baru mungkin merupakan solusi terbaik.
Tumbuhnya Rasa Benci
Rasa ketidaksukaan selama menjalin hubungan bisa menimbulkan rasa benci. Ada terlalu banyak rasa benci yang sudah berlangsung lama yang bermula dari sakit hati yang terpendam. Rasa ini bisa menjadi adalah pembenaran terbaik untuk meninggalkan kekasih saat ini.
Rasa benci bisa muncul dari riwayat diselingkuhi berulang kali, dikhianati atau perilaku menyakitkan lainnya di masa lalu. Walaupun mengaku sudah memaafkan namun perasaan itu ternyata tidak hilang dan akan tumbuh menjadi sebuah kebencian yang akan muncul bila pasangan melakukan kesalahan yang sama.
Bila ini mulai melanda suatu hubungan, maka putus mungkin akan lebih baik.
“Kebencian membunuh ketertarikan, keinginan, dan keintiman kita,” terang Winter. Bila terus dibiarkan, kebencian bisa menghilangkan cinta. Dan kebencian yang dibiarkan berlarut-larut pada akhirnya akan menghancurkan cinta kita.
Visi Misi Hingga Rencana Masa Depan yang Tidak Selaras
Terakhir, hal menarik lain dari alasan meninggalkan pasangan adalah adanya visi misi yang mulai tidak selaras. Visi misi ini menyangkut rencana hubungan dan kehidupan di masa depan yang bisa dilihat selama menjalin hubungan.
Mengetahui visi masa depan yang tidak jelas ataupun selaras seperti kapan target menikah, pengembangan karier, rencana kehidupan di masa depan, bisa menjadi pembenaran untuk meninggalkan pasangan kita saat ini.
Pasangan kita harus menjadi orang yang dapat dilihat dalam visi maupun rencana masa depan kita dan sebaliknya. “Itu juga berarti mereka akan menjadi orang yang berdiri di sisi Anda di acara kehidupan mendatang, baik dan buruk,” tutur Brown.
Cukup bayangkan pasangan yang tengah bersama Anda saat ini akan menemani anda dalam segala situasi dan kondisi. Terlibat dalam banyak hal yang menyangkut hari besar di masa depan Anda dan keluarga Anda serta sebaliknya. Mulai tanyakan hal berikut dalam diri sendiri terkait hubungan yang Anda sedang jalani.
“Apakah orang ini yang ingin Anda bawa ke pernikahan saudara laki-laki Anda? Apakah Anda ingin mereka bersama Anda di pemakaman anggota keluarga? Dapatkah Anda membayangkan mereka di sisi Anda di dokter, apakah Anda siap mendapatkan kabar baik atau buruk?” tambah Brown
Bila jawabannya bukan ‘ya’ untuk semua hal di atas, maka mungkin keputusan untuk berpisah akan jauh lebih baik dibandingkan bila tetap bersama.
Topik Viral Alasan Tinggalkan Pasangan di Twitter, Ini 7 Pembenarannya
https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/27/102921520/topik-viral-alasan-tinggalkan-pasangan-di-twitter-ini-7-pembenarannya?page=2.