Awal minggu ini dunia dibuat gempar akibat peristiwa penembakan Orlando. Salah satu korban, Eddie Justice, mengirim serangkaian pesan teks kepada ibunya, Mina Justice, beberapa menit menjelang kematiannya.
Pesan pertama yang dikirim Eddie pada Mina berbunyi, “Ibu, aku sayang padamu.” Pesan itu dikirim pada jam 02.06 Minggu (12/6) pagi.
“Mereka menembak di klub,” ujar pesan Eddie selanjutnya.
Saat itu Mina sedang tidur. Ia terbangun ketika pesan Eddie masuk. Mina mencoba menelepon putranya, namun tidak ada jawaban.
Berikut adalah petikan pesan terakhir Eddie pada ibunya sebelum ia tertembak.
Mina : “Kamu ada di klub apa?”
Eddie : “Klub Pulse. Pinggiran kota. Telepon polisi.”
Eddie : “Aku akan mati.” Pesan ini dikirim jam 02.08.
Mina : “Aku telepon polisi sekarang.”
Mina: “Apa kau masih di sana?”
Mina : “Jawab telepon Ibu.”
Mina : “Telepon aku.”
Eddie : “Telepon mereka (polisi), Bu.” (2.39)
Mina : “Apa ada yang terluka?”
Eddie : “Banyak.”
Mina : “Apa ada polisi di sana?”
Eddie : “Tidak ada.”
Eddie : “Aku masih di kamar mandi. Dia (penembak) ada bersama kami. Polisi harus ke sini dan menyelamatkan kami.”
Eddie : “Cepatlah.”
Mina : “Apa kau terluka?”
Mina : “Tetap di sana. Penembak itu tidak suka kaum gay.” (2.52)
Mina : “Balas pesan Ibu.”
Mina : “Aku sayang kamu, Nak.”
Mina : “Tenanglah.”
Mina : “Tolong balas pesan Ibu, Sayang.”
Namun Mina tak pernah mendapat jawaban lagi.
Parents, apa yang Anda rasakan ketika tahu nyawa anak kita dalam bahaya dan kita tak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkannya?
Satu hal lagi yang dapat kita petik dari sini, bahwa pada umumnya ibulah yang selalu diingat anak pertama kali dalam kondisi buruk.
Referensi : BBC
Baca juga:
Masih ingatkah Anda mengenai penembakan yang terjadi di Klub Pulse, Orlando, Amerika Serikat? Sejarah mencatat bahwa peristiwa itu adalah serangan paling mematikan selain peristiwa yang terjadi pada 11 September 2001. Pelaku disinyalir pengikut dari ISIS, meskipun pada saat itu tidak ditemukan bukti akurat yang menyatakan ia bergerak di bawah kendali organisasi tersebut. inilah kisah memilukan di balik serangan Penembakan Orlando, simak selengkapnya.
Penyerangan di Klub Pulse, Orlando
Penyerangan dilakukan oleh Omar Mateen dilakukan di Klub Pulse yang merupakan klub komunitas gay di Orlando pada 12 Juni 2016. Waktu penyerangan sekitar pukul 02.00 yang meresahkan pengunjung klub malam tersebut. Tiba tiba, Marteen memasuki klub dengan membawa pistol, senapan, dan peluru yang digunakan untuk menghabisi pengunjung Pulse.
Pelaku yang lahir di Amerika Serikat dengan darah asli Afghanistan ini sempat menelepon 911 untuk mengatakan kesetiannya pada organisasi yang sedang booming di dunia ini, yaitu ISIS. Presiden Amerika, Barack Obama juga mengatakan bahwa tidak dapat dipastikan bahwa tindakannya di bawah kendali ISIS. Perlunya bukti konkret untuk memastikan fakta tersebut.
Sebagian orang terjebak di dalam klub bahkan menjadi tawanan. Sebagai dari mereka berhasil keluar dengan kondisi yang memprihatinkan. Tubuh penuh luka dan berdarah darah. Beberapa orang di dalam sampai berpura pura mati agar dapat selamat. Kepolisian Orlando memberikan informasi terkini melalui sosial media agar banyak orang yang waspada di sekitar lokasi kejadian.
Tepat pukul 05.00, tiga jam sejak kejadian penyerangan tersebut tim SWAT melakukan evakuasi dengan membebaskan tawanan terlebih dahulu. Kemudian tim SWAT, sebanyak 11 polisi terlibat baku tembak dengan Marteen yang masih bertahan di dalam klub. Kurang lebih selama satu jam kedua pihak bertahan, kemudian Marteen dinyatakan tewas dalam baku tembak tersebut.
Kisah Memilukan yang Dialami Korban Orlando
Salah satu korban naas dari peristiwa itu adalah Eddie Justice. Ia telah bersembunyi di dalam kamar mandi saat Marteen menghabisi seluruh pengunjung Pulse dengan membabi buta. Tidak dijelaskan bagaimana kondisi Eddie pada akhir cerita tersebut, tetapi ia sempat bahwa ia mencintai ibunya pada pukul 02.06 yang mana penyerangan itu baru saja terjadi.
Eddie sempat meminta ibunya untuk menghubungi polisi terkait peristiwa yang menimpanya, yaitu Penembakan Orlando. Ia salah satu gay yang menikmati akhir pekannya dengan pergi ke klub malam Pulse di daerah Orlando. Akan tetapi, naas ia harus berakhir di tangan lelaki yang tidak jelas motifnya. Sang ibu sontak panik mendengar kondisi putranya yang terancam, tetapi tidak dapat melakukan apa apa.
Mendengar cerita memilukan salah satu korban penyerangan yang dilakukan Omar Marteen memang tidak bisa untuk tidak terharu. Ia sempat meminta ibunya untuk menghubungi polisi demi menyelamatkan dirinya, tetapi tidak diketahui kondisi tepatnya seperti apa. Sejak saat itu Mina, ibu Eddie, tidak lagi mendengar kabar putranya. Bagaimanakah perasaan Anda jika di posisi Mina?