Tahukah Parents, hal terpenting yang perlu dikembangkan anak sebelum memasuki sekolah bukanlah kemampuan akademiknya, melainkan kemampuan otak yang disebut executive function. Lalu, sebenarnya aktivitas apa saja yang bisa membantu mengembangkan otak anak tersebut?
6 Aktivitas untuk mengembangkan otak anak pra sekolah
Executive function (kemampuan eksekusi) adalah bagian terpenting pada perkembangan otak anak di usia dini, hal ini akan membantu anak mempelajari kemampuan untuk bertahan hidup, bahkan menjadi pribadi yang lebih bahagia.
Executive function secara umum terbagi menjadi empat kemampuan yang bisa dikembangkan Anak.
- Perhatian dan fokus, kemampuan untuk mendorong fokus dan mengubahnya saat diperlukan.
- Kemampuan mengendalikan sikap impulsif
- Kerja ingatan, kemampuan untuk mengingat dan menggunakan pikiran majemuk di dalam otak.
- Perencanaan, kemampuan membuat sebuah rencana dan membawanya ke dalam sebuah tindakan untuk meraih tujuan atau menyelesaikan sebuah masalah. Bahkan menyesuaikan rencana saat situasi berubah.
Adele Diamond, seorang profesor di Perkembangan Kognitif Ilmu Syaraf Universitas British Columbia menyatakan, “Berbagai studi telah menunjukkan bahwa kemampuan executive function lebih penting untuk kesiapan sekolah anak dibandingkan tingkat IQ atau kemampuan membaca dan matematika anak.”
Penelitian menemukan bahwa anak umur empat tahun yang bisa menunggu selama 15-20 menit sebelum makan dan ditawarkan marshmallow adalah anak yang memiliki kemampuan lebih baik di sekolah 12-14 tahun kemudian, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak bisa menunggu walau hanya dua menit.
Selain itu, mereka punya lebih sedikit masalah perilaku serta lebih bisa dipercaya dan diandalkan. Dengan kata lain, executive function tidak hanya menyiapkan anak untuk menghadapi sekolah, tapi juga menyiapkan anak menghadapi kehidupan.
Artikel terkait: Deteksi gangguan tumbuh kembang anak, ini tes yang perlu dilakukan!
Yang lebih penting, executive function lebih dipengaruhi oleh kebiasaan dan cara pengasuhan orang tua. Pengalaman dan interaksi anak dengan dunia sekitarnya mempengaruhi kemampuan executive function-nya juga.
“Sangat sulit untuk mengubah IQ, tapi ada kemungkinan untuk memengaruhi kemampuan anak untuk fokus, untuk menggunakan kerja keras dalam belajar atau menggabung sebuah ide dengan ide yang lain,” ujar Adele Diamond.
Executive function tidak boleh disalahartikan sebagai kepatuhan, kata Stuart Shanker, seorang profesor terkemuka di bidang Psikologi dan filsafat di Universitas York.
“Mendukung perkembangan executive function bukanlah tentang membuat anak tunduk sehingga mereka akan duduk dan mendengarkan saat disuruh. Akan tetapi, ini adalah tentang membantu anak mempelajari bagaimana cara mengatasi masalah dan mencapai tujuan dengan usaha mereka sendiri. Karena mereka akan merasa puas saat melakukannya, bukan karena mereka akan mendapat hadiah atau hukuman,” ujarnya panjang lebar.
Aktivitas untuk mengembangkan kemampuan otak anak
Beberapa aktivitas yang bisa Parents lakukan untuk mengembangkan otak anak di antaranya adalah:
1. Permainan drama
Melalui permainan drama, anak akan memegang sebuah peran dan mengingat peran orang lain di dalam pikirannya. Hal ini akan melatih kekuatan ingatannya.
Mereka juga harus menyesuaikan diri dengan jalan cerita yang berputar dan plot yang berkembang. Hal ini melatih mereka untuk berpikir fleksibel.
2. Mendengarkan dongeng atau cerita
Mendengarkan sebuah cerita mendorong perkembangan di area berbeda pada otak dibandingkan area yang berkembang saat anak membaca buku bergambar.
Anak menggunakan kekuatan ingatan untuk mengikuti alur cerita dan setiap tokoh yang ada, kemudian menggabungkan setiap detil informasi dengan jalan cerita.
2. Rintangan
Membuat sebuah rintangan dimana anak Anda harus melewati berbagai hal seperti merangkak di lantai, melompati sofa atau melewati sebuah lorong buatan. Rintangan yang bervariasi atau tingkat kesulitan yang tinggi akan membuat anak merasa tertantang.
Stuart Shanker menyatakan, “Bisa mengendalikan tubuh dan merencanakan tindakan fisik adalah bagian fundamental dalam belajar bagaimana mengelola otak anak. Jadi, aktifitas yang menuntut anak untuk melakukan tindakan yang berbeda dalam waktu yang sama, juga mencari cara untuk menggunakan berbagai tindakan demi mencapai tujuan. Hal ini berdampak baik pada executive function anak.”
3. Menggunakan alat pengatur waktu
Anak usia pra sekolah biasanya sangat sulit untuk menunggu, mereka tidak mengerti tentang konsep waktu. Salah satu cara untuk membuat anak lebih mudah untuk disuruh menunggu ialah dengan memintanya melihat jam atau penanda waktu lain dan membiarkan mereka menghitung waktu yang tersisa.
“Alat pengatur waktu seperti jam dinding atau jam digital di oven memberi anak gambaran waktu yang tersisa yang bisa mereka hitung sendiri. Hal ini membantu mereka belajar untuk membuat rencana dan mengukur langkah mereka,” kata Adele Diamond.
4. Permainan yang menuntut konsentrasi anak
Permainan ini biasanya melibatkan ucapan dan gerakan tangan secara berurutan. Seperti permainan Simon Says (Simon berkata), yang akan membuat anak fokus pada ucapan orang yang berperan sebagai Simon.
Hal ini akan melatih koordinasi indera pendengaran, otak dan gerakan anggota badan anak.
5. Membuat Kue
Mengijinkan anak membantu Anda membuat kue akan melatih otak anak. Karena anak akan mengikuti resep yang membuatnya harus bekerja dengan rencana, memperbarui rencana dengan apa yang sudah dilakukan, kemudian memikirkan apa yang harus dilakukan berikutnya.
6. Feely bag
Anda bisa melakukan latihan ini dengan memasukkan mainan atau benda lain yang dikenal oleh anak pada sebuah plastik hitam, atau kantong kain yang berwarna gelap.
Kemudian minta anak untuk memasukkan tangannya ke kantong tersebut tanpe mengintip. Suruh dia menebak benda apa yang ia sentuh. Latihan ini membutuhkan kerja ingatan dan juga menghubungkan informasi sensorik dengan gambaran yang ada di pikiran mereka.
***
Keenam aktivitas diatas memiliki kesamaan, yakni menuntut mereka untuk menggunakan anggota tubuh, pikiran dan indera mereka sekaligus akan membantu mereka memahami bagaimana caranya menggunakan kekuatan otak untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Hal ini akan mengasah Executive function mereka yang berkembang selama masa kanak-kanak dan remaja.
Hal lain yang juga merupakan bagian penting dari executive function yang tidak bisa diasah melalui permainan atau aktifitas fisik adalah perasaan. Belajar untuk mengelola emosi, tentunya hal ini memerlukan proses yang panjang.
Bayi dan balita belajar mengelola emosinya dengan cara meniru orangtua, saat orangtua tersenyum atau tertarik pada suatu objek, maka anak akan menirunya. Hal ini membantu anak membangun emosi positif yang memiliki kekuatan untuk mendorong proses pembelajaran.
Orangtua juga membantu anak-anak mengelola emosi negatifnya dengan cara menghibur saat anak kecewa, memberi pelukan saat anak sedih, juga membantu mengalihkan perhatian saat anak marah pada sesuatu. Hal ini mendorong kekuatan otak pada anak.
Adele Diamond menyatakan bahwa belajar membicarakan perasaan negatif memiliki dampak langsung yang unik pada executive function. Hal ini berkaitan dengan amygdala dan prefrontal cortex pada otak yang melibatkan kerja executive function saat emosi negatif dibicarakan.
Tapi Anda harus mengingat, bahwa mengembangkan executive function pada anak tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam proses tumbuh kembangnya, demikian halnya juga dengan perkembangan otaknya.
Kunci terpenting dalam hal ini ialah memahami anak Anda, dukungan apa yang ia perlukan, dan memberikan panduan yang ia butuhkan.
Baca juga:
Si Kecil Akan Masuk Pra Sekolah? Ini Hal yang Perlu Parents Siapkan