Parents, bila anak tak mau mendengarkan Anda, gunakan 11 kalimat positif ini

Pendekatan yang penuh cinta akan membentuk hubungan positif dan komunikasi terbuka agar anak mau mendengarkan instruksi orangtuanya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak-anak, terutama usia balita, memang sering mengetes batas kesabaran orangtuanya. Maka tak perlu heran jika kita sering menaikkan intonasi suara semata-mata agar anak mau mendengarkan apa yang kita perintahkan.

Balita bisa menjadi sangat keras kepala. Meski ia mendengar apa yang kita katakan, balita lebih memilih untuk mengabaikannya.

Inilah pentingnya penggunaan kalimat positif yang akan membantu memperbaiki komunikasi Anda dengan anak. Pendekatan dengan menggunakan kalimat positif juga terasa jauh lebih efektif ketimbang dengan kata-kata penuh kemarahan atau tuduhan.

Artikel terkait: Benarkah Positive Parenting Berdampak Buruk?

11 Kalimat positif agar anak mau mendengarkan

Mari kita lihat kalimat positif apa saja yang bisa digunakan ketika anak-anak tidak mau mendengarkan.

1. Katakan: “Masih ingat apa peraturannya?”

Daripada: “Hati-hati!” atau “Stop! Ayo, berhenti melakukannya.”

Sebuah ide yang bagus untuk mengganti kalimat perintah dengan afismasi positif yang melibatkan kemampuan berpikir kritis anak Anda. Anak-anak biasanya bosan mendengar perintah yang sama berulang kali dan lebih memilih untuk mengabaikannya setelah beberapa waktu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Namun, ketika Parents ‘menggelitik’ kecerdasan anak dengan kata-kata yang terdengar berbeda tetapi memiliki makna yang sama, hal tersebut akan membuatnya terkejut. Sebagai alternatif, Parents juga bisa memberikan instruksi khusus agar anak mau mendengarkan.

Jadi misalnya, daripada mengatakan, “Hati-hati, semua orang memperhatikan!” Parents dapat mencoba: “Masih ingat apa yang kita diskusikan tentang bermain di taman?” atau “Jalannya pelan-pelan saja ya kalau sedang berada di tepi.”

2. Katakan: “Tolong bicaranya pelan saja ya.”

Daripada: “Jangan berisik!” atau “Ssst… tidak boleh teriak-teriak!”

Beberapa anak memang secara alami bersuara lebih lantang dibanding yang lain. Jadi, jika anak Anda kesulitan untuk berbicara lembut, Parents dapat menunjukkan kepadanya di mana anak boleh bersuara keras (misalnya di lapangan atau di taman) dan di mana anak harus menjaga suaranya tetap lembut (misalnya di perpustakaan atau di dalam rumah ibadah).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kombinasi antara sentuhan ringan, kontak mata, dan suara berbisik bisa sangat efektif dalam menyampaikan pesan agar anak mau mendengarkan. Jadi, ketika Parents ingin ia tenang, jangan malah meneriakinya.

Gunakan nada yang lebih lembut sebagai gantinya dan instruksikan padanya: “Tolong bicara dengan lembut di perpustakaan”.

3. Katakan: “Apa yang dapat kamu pelajari dari kesalahanmu?”

 

Daripada: “Nah, kan, Bunda bilang juga apa. Harusnya kamu nurut!” atau “Aduh, malu-maluin aja sih!”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Daripada terus-menerus mengingat kembali kesalahan di masa lalu, lebih baik beri motivasi pada anak untuk memperbaiki diri. Ini akan mendorong anak untuk berbuat lebih baik lagi dan berhati-hati terhadap tindakannya di masa depan.

Jadi misalnya, alih-alih berteriak, “Malu-maluin aja sih teriak-teriak begitu!”, Parents dapat mencoba mengatakan, “Apa yang bisa kita pelajari dari kesalahanmu ini?” atau “Bagaimana kamu bisa melakukannya dengan lebih baik di lain waktu?”

4. Katakan: “Tolong _______” agar anak mau mendengarkan

Daripada: “Stop!” atau “Jangan lakukan!”

Segala bentuk komunikasi negatif biasanya tidak dapat diterima dengan baik-baik oleh orang-orang. Berteriak, “Saya tidak memesan roti ini” atau “Jangan berikan pada saya kopi yang lain” pada pelayan restoran tidak akan membuat Anda mendapatkan apa yang Anda inginkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Hal ini berlaku juga pada anak-anak. Pilihlah cara berkomunikasi positif sehingga tidak ada tekanan yang tak perlu pada hubungan Anda dengan anak.

Parents dapat meminta anak-anak untuk melakukan apa yang ingin mereka lakukan, daripada apa yang Anda TIDAK ingin mereka lakukan. Oleh karena itu,  lebih baik Parents mengatakan, “Tolong kamu duduk di sana temani adikmu” dibanding mengatakan “Jangan duduk di sini!”

5. Katakan: “Kita terlambat dan harus bergerak cepat” agar anak mau mendengarkan

Daripada: “Kita bakal telat nih!” atau “Makanya kamu buruan. SEKARANG!”

Meski penting untuk mengajari anak agar tepat waktu, penting juga untuk memberinya kesempatan agar istirahat. Parents dapat mengatur beberapa periode waktu saat Anda membiarkan anak bergerak perlahan sesuai dengan langkahnya sendiri.

Tapi pastikan untuk memberitahukan padanya bahwa ia harus bergegas dengan intonasi suara yang lebih lembut agar anak mau mendengarkan. Cobalah memberi instruksi padanya, “Tante Mila lagi nungguin kita, lho! Kasian, kan, kalau dia menunggu kelamaan. Yuk, segera pakai sepatu, kita berangkat sekarang.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

6. Katakan: “Mari kita tulis mainan ini dalam daftar kado ultah kamu, oke?”

Daripada: “TIDAK! Kita nggak akan beli mainan ini” atau “Kamu nggak perlu barang seperti itu”.

Kita mungkin berada dalam posisi yang bisa membelikan mainan Lego favorit anak atau boneka Barbie yang diidamkan. Tetapi kita sering tidak ingin membelikan dengan alasan tak mau memanjakan anak.

Tapi di saat bersamaan, kita ingin membelikannya barang yang sesuai keinginan kita.

Tidak apa-apa jika Parents tak mau memanjakan anak. namun selalu ada cara untuk menyampaikan pesan tanpa perlu menceritakan kondisi keuangan Anda. Alih-alih mengatakan, “Bunda tak punya uang untuk beli Barbie,” Parents bisa mencoba “Wow, Barbie ini cantik sekali. Bagaimana kalau kita tuliskan sebagai salah satu daftar kado ultahmu?”

7. Katakan: “Berhenti dulu, tarik napas. Sekarang katakan pada Bunda apa yang kamu inginkan”

Daripada: “Stop nangisnya!”

Anak-anak mempelajari segala sesuatunya dari kita. Tentu saja itu menjadi tanggung jawab kita untuk mencontohkan bagaimana berperilaku yang baik.

Oleh karena itu, ketika Anda memberinya instruksi, pastikan untuk tetap tenang dan bernapas dengan santai sehingga anak juga meniru Anda. Jika Parents merasa cemas atau panik sendiri, anak akan menangkap energi itu dan mencerminkan perilaku yang sama.

Jadi, daripada mengatakan, “Berhenti nangis! Bunda nggak ngerti kamu ngomong apa”, lebih baik katakan “Sabar. Tunggu sebentar lagi. Tarik napas. Nah, sekarang coba ceritakan pada Bunda apa yang sebenarnya terjadi”.

8. Katakan: “Kamu harus menghormati diri sendiri dan orang lain di sekitarmu”

Daripada: “Kamu harus jadi anak baik” atau “Jangan kasar!”

Menerapkan nilai-nilai moral sama halnya dengan mengajari anak-anak tentang hal-hal mendasar dalam kehidupan. Tentu saja penerapan nilai ini harus selalu menjadi bagian dalam mendidik anak.

Tetapi tidak ada hal yang bisa dipelajari dengan mudah jika diajarkan dengan pendekatan yang ketat. Metode yang lunak namun tegas selalu berhasil diterapkan agar anak mau mendengarkan.

Oleh sebab itu, alih-alih memberikan perintah secara umum pada anak, cobalah lebih spesifik dan detail dalam instruksi Anda. Beri tahu anak apa yang Parents harapkan untuk ia lakukan dan ungkapkan kembali kapanpun anak mulai lupa.

Misalnya, gunakan kaimat berikut saat berbicara dengan anak, “Ingat untuk menghargai diri sendiri dan juga teman-teman Anda saat nanti bermain bersama di playground.”

9. Katakan: “Bunda butuh kamu untuk _______”

Daripada: “Hentikan!” atau “Kenapa kamu mengulangi perbuatan ini lagi?”

Kebanyakan anak tak akan mendengarkan instruksi yang diberikan secara membentak. Bukan karena anak-anak tidak dengar, tetapi karena komunikasi negatif tidak berhasil diterapkan pada anak.

Anak akan merespon lebih baik jika kita memakai intonasi suara yang tidak menuduh. Selain itu, seperti juga yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa cobalah spesifik dalam memberi perintah atau instruksi sehingga anak tahu apa yang Parents ingin ia lakukan.

Jadi daripada mengatakan, “Nggak, Bunda tak mau kamu pergi dan duduk di ruangan lain” lebih baik katakan saja, “Bunda butuh bantuan kamu untuk duduk di sebelah adik saat makan malam.”

10. Katakan: “Tidak apa-apa jika ingin menangis”

Daripada: “Jangan kayak bayi ah!” atau “Kenapa mesti nangis sih?”

Agar anak mau mendengarkan, ingatlah bahwa ia merespon dengan cepat ketika Parents tidak memberikan tekanan yang berlebihan padanya untuk menyembunyikan perasaan. Jangan memaksa anak menjadi tidak wajar dan menyembunyikan emosinya.

Sebaliknya, Parents dapat mengajari anak untuk melewati perasaan tertentu dengan cara fokus pada kegiatan yang lebih penting. Katakan padanya bahwa tidak apa-apa untuk mengekspresikan diri.

Ini akan membantu anak keluar dari perasaan sedih dan membangun harga dirinya. Jadi, hindari berdebat mengapa anak tak boleh menangis.

Biarkan anak meluapkan emosinya tetapi bersikaplah lembut dengan mendukungnya. Parents bisa coba katakan, “Tidak apa-apa jika ingin menangis. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Bunda di sini untukmu.”

11. Katakan: “Bunda akan selalu mencintaimu tak peduli apapun yang terjadi”

Daripada: “Bunda nggak mau sayang ah kalau kamu tidak mau nurut” atau “Tidak ada yang akan sayang sama anak yang nggak disiplin sepertimu”

Cinta tanpa syarat adalah fondasi dari orangtua yang positif. Itu berarti cinta Anda untuk anak tidak bergantung seberapa baiknya ia menuruti perintah Anda.

Parents mencintai anak dengan segenap hati Anda, sebagaimana seharusnya. Jadi lebih baik katakan padanya, “Bunda dan Ayah mencintaimu tak peduli apapun, TAPI kami ingin kamu lebih lembut ketika kamu berbicara dengan teman sekelasmu lain kali. Tidak perlu berteriak padanya.”

Positive parenting tidak berarti selalu bersikap lunak pada anak-anak. Anda hanya perlu memberi instruksi yang spesifik dan bersikap positif pada anak, meski ia sudah pernah berbuat salah.

 

*Artikel disadur dari theAsianparent Singapura.

Baca juga:

Belajar Positive Parenting: Mengatasi Perilaku Anak yang Buruk