Belakangan ini, boneka arwah atau spirit doll sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Beberapa artis dan selebgram ramai-ramai adopsi boneka arwah dan merawatnya seperti anak sendiri. Sebut saja, Ivan Gunawan, Soimah, Roy Kiyoshi, dan Lucinta Luna. Tentu, hal ini menuai berbagai macam reaksi dari netizen. Terutama ketika mengetahui fungsi dan asal-usul dari boneka-boneka tersebut.
Boneka arwah atau spirit doll nyatanya bukan boneka biasa. Ada banyak definisi tentang boneka arwah. Banyak yang berpendapat bahwa boneka arwah digunakan sebagai medium atau perantara masuknya makhluk gaib.
Namun, ada juga yang menganggapnya sebagai boneka pajangan untuk dikoleksi. Boneka arwah dirancang menyerupai anak bayi lengkap dengan pakaiannya. Maka itu, pantas jika boneka-boneka tersebut memiliki harga fantastis.
Adopsi boneka arwah untuk terapi
Apakah yang menyebabkan seseorang mengadopsi boneka arwah lalu mengurusnya seperti anak sendiri? Lewat wawancara yang diunggah ke akun YouTube Seputar iNews (5/1/2022), dokter spesialis kejiwaan rumah sakit Profesor Dokter Soeroyo Magelang, Dokter Santi Yuliani bicara soal fenomena boneka arwah yang sedang tren ini.
“Selama penggunaan boneka ini bisa dimanfaatkan dengan baik boneka ini bisa digunakan sebagai terapi, sebagai bentuk latihan seperti misalnya persiapan memiliki bayi untuk ibu-ibu yang sedang persiapan memiliki anak,” ujar Dokter Santi.
Boneka memang nyatanya sering digunakan sebagai objek untuk terapi. Misalnya, bagi pengidap penyakit dementia dan alzheimer. Kebanyakan boneka tersebut dirancang mirip seperti bayi manusia dengan anatomi lengkap.
Boneka terapi dapat berfungsi sebagai sumber kenyamanan dan memenuhi keinginan pasien untuk merawat sesuatu. Hal tersebut dapat menenangkan pasien sehingga dapat mengurangi ketegangan dan kesedihan mereka.
Artikel terkait: Fenomena Artis Koleksi Boneka Arwah, Harganya Tembus Ratusan Juta
Nyatanya, para ahli dan juga masyarakat tak bisa dengan mudah berasumsi tentang kejiwaan para pemilik boneka arwah. Semua itu tergantung apakah si pemilik boneka memperlakukan bonekanya sebagai benda mati atau hidup.
Namun, faktanya, boneka yang digunakan sebagai medium makhluk halus sudah ada sejak zaman dahulu. Contohnya, boneka jelangkung yang digunakan untuk ritual.
“Kembali lagi, seperti apa kita memperlakukan boneka ini secara realita. Apakah si pemilik boneka ini paham bahwa ini adalah boneka yang artinya benda mati bukan benda hidup dan tidak mudah untuk kita bisa membuat pernyataan bahwa ini gangguan mental atau tidak karena sebenarnya fenomena-fenomena boneka seperti ini kan dari zaman dulu sudah ada, ya.”
Artikel terkait: 6 Selebriti ‘Adopsi’ Boneka Arwah, Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
Butuh evaluasi untuk mengetahui kondisi kejiwaan orang yang melakukan adopsi boneka arwah
Dokter Santi menuturkan bahwa kepercayaan dan budaya adalah salah satu faktor yang membuat para ahli tak bisa sembarangan mendiagnosis. Mereka tidak bisa langsung mengecap bahwa pemilik boneka arwah memiliki gangguan mental atau hanya memiliki kepercayaan tertentu terhadap suatu budaya. Oleh karena itu, mereka harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai keadaan mental seseorang dalam kesehariannya.
“Kepercayaan budaya ini memang menjadi salah satu area abu-abu untuk kita di bidang ilmu kedokteran jiwa untuk bisa mendiagnosis. Apakah ini gangguan mental atau merupakan bentuk kepercayaan terhadap satu budaya dan untuk mendiagnosis seorang apakah ini gangguan mental atau tidak kita perlu memeriksakan dalam melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan apakah orang tersebut mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari atau tidak,” sambungnya.
Masalah babying atau melakukan sesuatu seperti bayi ini nyatanya tidak hanya berlaku pada boneka saja. Ada orang lain yang memperlakukan barang-barang seperti tas dan aksesori dengan perlakuan khusus. Dalam fenomena boneka arwah, jika seseorang menganggap boneka ini adalah benda hidup sesuatu yang hidup, maka diperlukan evaluasi.
Artikel terkait: Viral Lowongan Baby Sitter Boneka Arwah, Tawarkan Gaji 10 Juta per Bulan!
Peran seseorang dalam kehidupan sehari-hari, misal apakah aktivitasnya dengan boneka arwah dapat mengganggu kehidupannya, dapat menjadi aspek evaluasi tersebut.
Dokter Santi menuturkan bahwa pasien yang menganggap benda mati seperti benda hidup dapat ditangani oleh reality therapy di mana mereka dilatih untuk memperlakukan benda yang dia miliki seperti sebagaimana seharusnya.
Namun, perlu diketahui juga apa yang membuat orang tersebut membutuhkan benda yang membuatnya nyaman. Artinya, jangan sampai perilaku kita terhadap mereka mengakibatkan gangguan lainnya.
Gimana pendapatnya, nih, Parents? Ternyata, kita nggak bisa sembarangan mendiagnosis mereka yang adopsi boneka arwah, ya.
Baca juga:
Pesona Michelle Wanda, Pemeran Dokter Dita di "Layangan Putus"
Belum Dikaruniai Anak, Delon Thamrin Kerap Menangis Ketika Ditanya