Khitan menjadi prosedur medis yang telah dipraktikkan berabad-abad lamanya. Tahukah Anda, ada mitos bahwa mitos anak tidak boleh khitan jika orangtua hamil. Kendati belum ditemukan dasar ilmiah yang jelas, mitos ini masih berkembang di tengah masyarakat. Barangkali, Anda termasuk salah satu yang percaya akan mitos satu ini.
Mitos Anak Tidak Boleh Khitan Jika Orangtua Hamil
Penting untuk memahami fakta bahwa khitan telah terbukti memberikan berbagai manfaat kesehatan. Misalnya, bayi yang disunat berisiko lebih rendah terkena infeksi saluran kemih dan berbagai kondisi kulit.
Selain itu, penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa sunat dapat mengurangi risiko penularan HIV/AIDS. Oleh karena itu, penting untuk dipahami bahwa anak-anak tidak boleh kehilangan manfaat sunat bagi kesehatan, meskipun ibunya sedang dalam kondisi mengandung.
Dengan demikian, adalah aman bagi anak untuk disunat saat ibunya hamil, asalkan dilakukan oleh seorang profesional medis yang terlatih dan bersertifikat. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa prosedur ini tidak menyebabkan masalah kesehatan atau perilaku jangka panjang bagi anak.
Ya, mitos menyebut bahwa ketika seorang anak dikhitan kala ibunya sedang hamil makan akan berpengaruh terhadap perkembangan janin yang dikandung.Beberapa dokter bahkan menganjurkan untuk menyunat bayi selama masa kehamilan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada bayi.
Faktanya, penelitian telah menemukan bahwa bayi yang disunat saat lahir mengalami lebih sedikit rasa sakit dibandingkan mereka yang disunat setelah lahir. Oleh karena itu, tidak ada masalah untuk mengkhitan anak saat ibunya sedang hamil.
Manfaat Khitan
Terlepas dari mitos bahwa anak-anak tidak boleh disunat saat ibunya hamil, pada kenyataannya banyak manfaat yang terkait dengan sunat yang dapat bermanfaat bagi anak dan ibunya.
Pertama, sunat bisa mengurangi risiko infeksi saluran kemih pada bayi yang bisa menjadi masalah kesehatan yang serius. Ini juga membantu mengurangi risiko kanker penis dan penyebaran infeksi menular seksual, serta mengurangi risiko beberapa infeksi kulit dan jamur.
Khitan juga dapat mengurangi risiko kanker serviks pada pasangan wanita dari pria yang disunat. Terakhir, sunat dapat membantu mengurangi peradangan di area genital dan memudahkan menjaga kebersihan area tersebut.
Sunat selama kehamilan adalah prosedur yang aman dan mudah. Biasanya dilakukan oleh praktisi yang berkualifikasi dan hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Prosedur ini dilakukan dengan anestesi lokal, dan bayi diberi krim anestesi topikal untuk mengurangi rasa tidak nyaman yang mungkin ia rasakan.
Praktisi menggunakan pisau bedah steril untuk mengangkat kulup penis dan kemudian mengoleskan antiseptik dan perban. Perban biasanya dilepas dalam beberapa hari setelah sunat selesai. Area tersebut harus tetap bersih dan kering untuk menghindari infeksi. Orang tua juga harus memastikan untuk memantau tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, bengkak, nyeri, atau keluarnya cairan.
Memastikan Prosesi Khitan Berhasil
Terlepas dari kepercayaan bahwa sunat selama kehamilan bisa berbahaya, sebenarnya tidak demikian. Prosedur ini dapat dilakukan dengan aman dan berhasil saat ibu hamil. Penting untuk memastikan bahwa klinik atau rumah sakit yang melakukan sunat berpengalaman dalam prosedurnya dan memiliki protokol keselamatan yang diperlukan.
Selain itu, ibu dan bayi harus dipantau selama proses berlangsung untuk memastikan keduanya aman dan sehat selama prosedur berlangsung. Untuk meminimalkan potensi risiko, bayi harus cukup terhidrasi sebelum sunat dan dokter harus melakukan tindakan pencegahan ekstra untuk menghindari infeksi. Terakhir, ibu harus memastikan untuk menanyakan pertanyaan atau kekhawatiran apa pun yang mungkin dia miliki tentang prosedur ini kepada dokternya.
Tak hanya itu, penting untuk memastikan bahwa saran pemulihan yang tepat diikuti setelah prosedur oleh ibu. Sangat penting untuk menjaga area tetap bersih dan kering, menghindari aktivitas fisik yang dapat menyebabkan gesekan, dan minimalisir waktu yang dihabiskan di dalam air seperti berenang dan mandi.
Awasi tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, bengkak, atau keluarnya cairan. Jika salah satu dari tanda-tanda ini terlihat, disarankan untuk segera mengunjungi dokter. Mengikuti langkah-langkah ini dapat membantu memastikan bahwa sunat adalah prosedur yang berhasil dan anak dapat pulih sepenuhnya dengan komplikasi minimal.
Meskipun tidak ada bahaya medis terkait sunat selama kehamilan, ada potensi komplikasi yang dapat muncul. Misalnya, gerakan bayi saat berada di dalam kandungan bisa mempersulit prosedur. Demikian pula, kulit bayi mungkin lebih halus di dalam rahim, dan dokter harus lebih berhati-hati untuk memastikan bahwa prosedur dilakukan dengan aman.
Jika bayi lahir prematur, akan lebih sulit untuk melakukan sunat karena ukurannya yang kecil dan kulitnya yang halus. Untuk menghindari komplikasi yang tidak perlu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani sunat selama kehamilan.
Tindakan pencegahan diperlukan untuk memastikan bahwa prosedur dilakukan dengan aman. Termasuk memberikan riwayat medis lengkap kepada dokter, seperti riwayat kelainan darah keluarga, alergi, atau kondisi medis lainnya. Dokter harus diberitahu jika ada kondisi medis yang dapat memengaruhi kesehatan bayi setelah lahir.
Dokter juga harus memahami jenis obat atau suplemen apa yang dikonsumsi ibu saat hamil, karena dapat memengaruhi kesehatan bayi. Dengan melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan dan berkonsultasi dengan dokter, potensi komplikasi yang mungkin dapat diatasi.
Kesimpulannya, mitos bahwa anak tidak boleh disunat jika ibunya hamil adalah salah dan tidak berdasar. Penelitian telah menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan risiko atau masalah yang terkait dengan sunat bayi saat sang ibu hamil. Kiranya telaah informasi yang diterima dengan bijaksana dan cerdas ya, Bunda.
Baca juga:
Mitos Jawa Bayi Tidak Boleh Tidur di Tengah, Seperti Apa Faktanya?
Mitos Anak Terakhir Menikah dengan Anak Terakhir, Benarkah Tak Bisa Langgeng?
Bisa Memperpendek Usia, Ini Mitos Jawa Potong Kuku di Malam Hari