Tari Gending Sriwijaya: Sejarah, Jumlah Penari, dan Maknanya

Fakta unik Tari Gending Sriwijaya yang pertama muncul di era penjajahan Jepang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Tari Gending Sriwijaya merupakan salah satu tarian tradisional yang populer di Indonesia pada umumnya dan Provinsi Sumatera Selatan pada khususnya. Ini adalah bentuk tarian yang dinamis dan bersemangat dengan sejarah dan makna yang kaya di baliknya. 

Gending Sriwijaya, yang secara harafiah dapat dipahami sebagai “Irama Kerajaan Sriwijaya” berasal dari Sumatera Selatan, Indonesia. Tarian ini merupakan bagian penting dari budaya dan masih dipertunjukkan di acara-acara tertentu di Sumatera Selatan hingga saat ini.

Ini adalah tarian yang menakjubkan secara visual dengan makna yang dalam dan mendalam. Tarian ini menggambarkan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima tamu yang dihormati di daerahnya.

Untuk memahami makna Gending Sriwijaya, penting untuk mengkaji sejarahnya, jumlah penari yang dibutuhkan, dan maknanya. Di artikel ini, kita akan mempelajari asal-usul dan makna budaya tari tradisional ini.

Artikel terkait: Sebelum Datang ke Sumatera Utara, Kenali 7 Tarian Khasnya!

Sejarah Tari Gending Sriwijaya

Sejarah Tari Gending Sriwijaya dapat ditelusuri hingga zaman pendudukan Jepang di Indonesia pada awal hingga pertengahan tahun 1940-an. Adalah penguasa Jepang yang kala itu menginginkan adanya sebuah bentuk tarian dari masyarakat Palembang untuk menyambut kedatangan tamu penting di daerah mereka.

Kala itu, pemerintah Jepang di Karesidenan Palembang meminta kepada Hodohan (Jawatan Penerangan Jepang) untuk menciptakan lagu dan tarian untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Sumatera Selatan dalam acara resmi.

Tidak diketahui pasti bulan dan tahun permintaan itu disampaikan, namun diperkirakan permintaan itu muncul antara akhir tahun 1942 hingga tahun 1943. Namun, masalah-masalah politik di Jepang dan di dalam negeri membuat permintaan itu tertunda untuk terealisasi.

Baru pada bulan Oktober 1943, inisiatif untuk mencari lagu dijalankan kembali. Seorang perwira militer Jepang, Letkol O.M. Shida menyuruh Wakil Kepala Hodohan Nuntjik A.R. untuk mengajak Achmad Dahlan Mahibat, seorang komponis asli Palembang yang pandai bermain biola dari kelompok seni (toneel) Bangsawan Bintang Berlian yang dipimpin oleh pasangan suami isteri Haji Gung dan Miss Tina, untuk bekerja sama dalam menggarap lagu tersebut. Nuntjik A.R sendiri pada saat itu sudah terkenal sebagai penulis dan wartawan.

Lagu selesai, lirik pun digubah. Penulisan Gending Sriwijaya dilakukan oleh A. Dahlan Mahibat dan kemudian disempurnakan dengan sentuhan Nuntjik.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lagu dan syair selesai, giliran tarian yang dipikirkan penggarapannya. Penciptaan gerakan tari dirumuskan dari beragam materi dari tari-tari adat Palembang yang sudah ada. 

Untuk urusan kostum tari dipasrahkan kepada seorang penari profesional yang dianggap ahli dalam adat budaya Palembang, yakni Miss Tina Haji Gung. Ia mengelola properti dan pakaian yang akan digunakan dalam pementasan Tari Gending Sriwijaya.

Dalam prosesnya, Miss Tina dibantu oleh Sukaenah A. Rozak, seorang ahli tari sebagai model, dan RM Akib dan R Husin Natodoradjo sebagai pengarah gerak. 

Latihan dilakukan di Gedung Bioskop Saga. Kemudian pada bulan Mei 1945, tari ini dipertunjukkan di hadapan Kolonel Matsubara, Kepala Pemerintahan Umum Jepang, sebagai uji coba. Para penari uji coba ini adalah para nyonya pejabat yang dibantu oleh anggota grup Bangsawan Bintang Berlian. 

Pada hari Kamis, tanggal 2 Agustus 1945, dalam rangka menyambut pejabat-pejabat Jepang dari Bukit Tinggi yang bernama Moh. Syafei dan Djamaludin Adi Negoro, Tari Gending Sriwijaya secara resmi ditampilkan. Ini adalah pertama kalinya Tari Gending Sriwijaya ditampilkan. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penampilan dilakukan di halaman Masjid Agung Palembang. "Tepak" yang berisi kapur, sirih, pinang, dan ramuan lainnya diberikan sebagai ungkapan rasa bahagia. 

Pada saat itu, tarian dipimpin oleh Sukainah A. Rozak yang membawa Tepak Sirih, Gustinah A. Rachman, dan Siti Nurani As'ari sebagai pengalung bunga (pengganti pridonan), dengan penari-penari lainnya adalah Delima A. Rozak, Tuhfah, Busroh Yakib, R.A. Tuty Zahara Akib, dan beberapa orang lainnya. 

Pada masa Kemerdekaan Indonesia, Gending Sriwijaya secara mantap dijadikan sebagai tarian untuk menyambut tamu-tamu resmi pemerintahan yang berkunjung ke Sumatera Selatan.

Artikel terkait: Memadukan Gerakan Silat, Ini Sejarah hingga Makna Tari Randai

Jumlah Penari Gending Sriwijaya

Tari Gending Sriwijaya dipentaskan oleh sembilan perempuan. Para penarinya mengenakan pakaian adat yang lengkap beserta macam-macam aksesori seperti dodot, paksangkong, tanggai, sampai selendang mantri. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pada barisan paling depan, ada seorang penari membawa kotak yang biasa disebut tepak. Suara gending yang rampak mengiringi gerak gemulai mereka. 

Makna Tari Gending Sriwijaya

Secara keseluruhan, Tari Gending Sriwijaya ini melambangkan jiwa yang rendah hati, peduli, gotong royong, mandiri, serta tawakal yang terdapat pada masyarakat Palembang.

Makna tari Gending Sriwijaya terkandung di tiap gerakan para penarinya. Berikut ini gerakan-gerakan pada Tari Gending Sriwijaya beserta maknanya.

1. Jentikan Ibu Jari dan Jari Tengah

Salah satu gerakan yang khas pada tarian ini adalah jentikkan ibu jari dan jari tengah penari sesuai irama. Kemudian, mereka akan melepas jentikkan tersebut. 

Gerakan ini merefleksikan kerja keras dan kedisiplinan yang tertanam dalam diri masyarakat Palembang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Gerakan Sembah Berdiri

Masyarakat Palembang yang taat akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa adalah makna dari gerakan ini. 

Selain itu, gerakan ini juga melambangkan sikap toleransi yang dimiliki masyarakat Palembang terhadap sesama.

3. Sekapur Sirih

Kerendahan hati adalah makna yang hendak disampaikan lewat keberadaan daun sirih yang dibawa oleh para penari. Sebab, sirih dikenal sebagai tanaman yang tumbuh dari tanah dan merambat ke tanah sekitarnya. Batang sirih yang memiliki bentuk yang lurus pun punya makna sendiri, seperti budi pekerti dan kesetiaan.

Baca juga:

id.theasianparent.com/tari-piring

id.theasianparent.com/tari-lenggang-nyai

id.theasianparent.com/tari-adat-riau-yang-penuh-pesona

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan