Anak jaman now dengan anak jaman old itu beda ya bund. Masih ingat kan kita dulu kalau sekolah, jarang sekali orang tua kita ikut campur. Artinya ya kita belajar sendiri, siapin baju dan alat sekolah sendiri dan bahkan berangkat sekolah pun sendiri. Naik bis atau angkot bareng teman teman terasa asik. Bahkan ada yang naik sepeda, hati gembira, sehat jiwa dan raga.
Nah kalau anak jaman now kebanyakan nya tuh belum bisa belajar mandiri. Yang saya hadapi sekarang ini dengan anak anak saya adalah mereka kurang mandiri dalam belajar. Artinya harus disuruh suruh, diingatkan bahkan pernah dibuatkan rangkuman juga.
Ya memang tugas orang tua salah satunya adalah mendampingi anak anaknya belajar. Tapi sampai kapan? Nah ini yang sebaiknya kita perhatikan. Jika anak kita masih usia dini sampai sekolah dasar mungkin masih sangat perlu didampingi atau diingatkan orang tuanya saat belajar. Namun seiring waktu, mereka memasuki SMP atau SMA, seharusnya anak anak sudah lebih mandiri dan sadar sendiri akan pentingnya belajar. Tidak perlu disuruh suruh lagi, diceramahi atau bahkan dibuatkan rangkuman lagi.
Ketika anak saya memasuki usia SMP,saya pernah mengalami kesulitan seperti yang dijelaskan diatas. Kalau ibunya lupa tidak mengingatkan jam belajarnya, ya anaknya juga lupa (atau pura pura lupa😅). Akhirnya si anak bablas main game. Akhirnya saya berpikir jika keadaan seperti ini terjadi terus menerus maka si anak tidak akan mempunyai kemandirian dan tanggung jawab. Motivasi belajarnya selama ini perlu dipertanyakan. Apakah dia benar benar belajar untuk masa depannya atau dia belajar hanya karena takut sama ibunya. Maka dari itu saya segera mencari solusinya.
Dari berbagai referensi yang saya baca dan hasil diskusi dengan beberapa teman dan coach di komunitas NLP, saya mendapatkan pencerahan untuk masalah motivasi belajar anak saya ini. Hasilnya adalah saya jadi tahu bahwa ada dua arah motivasi seseorang, yaitu motivasi menjauhi (away from) dan motivasi mendekati (toward). Berikut ini saya jelaskan secara singkat.
Cara paling enak untuk mengetahui arah motivasi belajar anak adalah dengan ngobrol santai. Bisa ketika makan, kumpul bareng di ruang keluarga, atau ketika jalan jalan. Pastikan cari waktu dan mood yang pas untuk ngobrol dengan mereka.
Selama ngobrol santai itu kita bisa tanyakan kepadanya, mengapa kamu belajar? Untuk apa kamu belajar? Apa cita citamu? Apa yang kamu takutkan kalau kamu ga belajar? Dan pertanyaan semisal lainya.
Nah dari pertanyaan pertanyaan ini, kita akan tahu, si anak ini memiliki motivasi menjauh dari sesuatu atau mendekati sesuatu. Misal kalau kebanyakan isi jawabannya adalah,saya belajar biar tidak tinggal kelas, saya belajar agar ibu tidak marah, atau saya belajar agar tidak bodoh, maka kecenderungan si anak ini motivasinya menjauhi sesuatu. Artinya dia ingin menghindari masalah, tidak mau ambil resiko.
Namun beda jika si anak lebih banyak menjawab pertanyaannya dengan versi lain. Misal dia menjawab, saya belajar biar pintar, biar juara kelas, agar tercapai cita cita saya jadi dokter, dan atau agar orang tua saya bangga. Maka jawaban jawaban ini mengarah ke motivasi mendekati.
Kelihatan kan bedanya? Terasakan beda kekuatannya?
Nah kalau sudah mengetahui arah motivasi belajar anak, maka kita tinggal atur pola bahasa kita ketika kita menasehatinya untuk semangat atau giat belajar.
"Ayo kak, belajarnya yang serius ya biar kamu naik kelas dengan nilai yang bagus" .
" Kalau mau jadi dokter itu yang ibu tahu, matematikanya harus bagus, IPA nya juga, nah, gimana kak? Siap jadi dokter kan?"
Nah itu sekilas contoh nasehat dan ajakan sesuai arah motivasi anak. Bunda dan ayahanda bisa mengolah sendiri bahasa bahasa yang baik, pas dan tentu saja yang powerful dan memberdayakan.
Nah, kalau anak saya, cenderung motivasinya mendekati. Dia ingin sekali menjadi masinis. Maka setiap terlihat malas malasan belajar, maka biasanya saya katakan, " Kak, siap jalan jalan digaji kan? Pakai seragam putih putih, keren, kamu bakal terlihat gagah, berwibawa dan keren sekali". Saya deskripsikan dengan jelas dan detail profil yang dia cita citakan dengan harapan dapat menancap kuat di otak dan benaknya, hingga dia semangat belajarnya.
Tak lupa saya tempelkan figur masinis di kamarnya dan miniatur kereta api di atas meja belajarnya. Dan alhamdulillah, semangat belajar anak saya jadi stabil dan konsisten.
Finally, itulah sekelumit kisah seru saya bersama salah satu dari enam anak saya yang luar biasa. Dari mereka saya banyak belajar hidup dan kehidupan. Menuntut ilmu itu ternyata tidak berhenti setelah lulus dari bangku kuliah, namun menuntut ilmu itu bisa kapan saja dan dimana saja. Apalagi bagi para ibu, bunda dan mama yang memiliki putra putri hebat. Ilmu adalah satu satunya bekal untuk mendidik anak anak kita menjadi anak anak berkualitas, sehat jiwa dan raganya dan bermanfaat bagi sesama.
Kita tutup dengan kalimat indah ini:
أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
Uthlubul 'ilma minal mahdi ilal lakhdi.
Artinya: “Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat.”
Salam bahagia buat ibu ibu hebat semua.
Yeyen Robiah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.