Parents, apa sih yang Parents lakukan waktu melihat buah hati tercinta mencoba hal baru yang berbahaya? Melarangnya, bukan? Padahal, mungkin saja anak hanya penasaran dan ingin meniru apa yang biasanya kita lakukan. Lantas, mengapa kita melarangnya?
Memasuki usia toddler, rasa ingin tahu anak semakin tinggi. Hal ini membuat anak ingin terus dan terus mencoba hal baru yang ada di sekitarnya. Sebagai orangtua, tentu ada rasa khawatir saat anak mulai berani mencoba aktivitas yang berisiko mencelakakan mereka, misalnya naik tangga. Saya pun merasakan hal yang sama ketika melihat anak saya yang berusia 2,5 tahun naik turun tangga di dalam rumah padahal ia belum begitu mahir. Anak saya, Sibi (3), sangat senang ketika pulang ke Indonesia dan menemukan tangga di rumah. Berulang kali dalam sehari Sibi naik turun tangga untuk menjawab rasa penasaran dia.
Apakah saya melarangnya? Tidak. Apa yang dilakukan Sibi bukanlah suatu kesalahan. Naik turun tangga adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Ia hanya penasaran. Saya selalu memberi Sibi kesempatan untuk mencoba naik-turun tangga di bawah pengawasan saya. Ya, tugas saya memang hanya mengawasi dan mengajarkan Sibi tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat naik turun tangga. Dengan begitu, anak akan tahu batasan-batasan yang harus ia lakukan.
Sayangnya, cara saya mendidik anak tidak sepenuhnya didukung oleh orang-orang di rumah. Sebagai cucu laki-laki pertama, Sibi sangat dijaga betul oleh kakek neneknya. Tiap kali Sibi mau naik ke lantai 2, selalu dilarang oleh kakek neneknya dengan alasan takut akan jatuh. Padahal belum tentu benar jatuh, bukan? Saya mengerti apa yang dilakukan kakek dan nenek Sibi adalah bentuk perhatian mereka pada cucunya. Tapi jika kita terus melarang anak melakukan hal baru, kapan anak akan belajar?
Pelan-pelan saya yakinkan orangtua saya bahwa apa yang dilakukan Sibi tidak salah. Ia hanya ingin tahu betapa serunya naik turun tangga seperti yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Daripada melarang malah tidak akan menjawab rasa penasaran anak, lebih baik kita izinkan saja. Memang itulah tugas orangtua saat anak ingin mencoba hal baru—memberi kesempatan, mengawasi jika berbahaya dan memberi batasan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Saat Sibi mulai senang naik turun tangga, saya memberitahunya bahwa bermain-main di tangga berbahaya bisa berisiko terjatuh. Kemudian, saya pun mulai mengenalkan apa saja yang boleh ia lakukan di tangga. Seperti pelan-pelan, langkah kaki harus dilihat dan harus berpegangan. Apa saja yang tidak boleh dilakukan? Bermain-main di tangga, naik turun tangga dengan cepat dan melompat di tangga.
Tentu saja tidak semudah itu anak saya memahaminya. Tidak seperti kita orang dewasa, anak-anak belum memahami risiko dari semua yang ia lakukan. Oleh karena itu, jangan bosan untuk terus mengingatkan dengan penuh cinta dan mendampingi aktivitas menantang anak daripada melarangnya.
Saat anak saya sudah mulai yakin dengan dirinya sendiri bahwa ia sudah bisa naik turun tangga dan menolak untuk didampingi, saya pun berani melepaskannya. Tentu bukan benar-benar melepaskan. Saya tetap memantaunya dari bawah. Saya pun mengatakan, “Eomma (ibu) percaya Sibi pasti bisa, tetap berhati-hati ya, nak!”. Betapa senangnya dia saat berhasil naik turun tangga tanpa didampingi orang dewasa.
Bagi saya, memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba hal baru sekalipun itu berbahaya sangatlah penting untuk tumbuh kembangnya. Dengan memberi kesempatan dan kepercayaan pada tiap aktivitas yang dilakukan anak, akan meningkatkan rasa percaya diri dan keinginan untuk terus mencoba. Jangan sampai kita memutus semangat dan rasa percaya diri anak hanya karena kita takut akan risikonya. Tiap tantangan yang mereka hadapi adalah bagian dari proses belajar dan bertumbuh. Selalu siap temani anak kapanpun dan di manapun.
***
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.