Anak Tidak Sukses Umumnya Karena 8 Kebiasaan Orangtua Berikut

Berhasil dan tidaknya seorang anak ternyata dipengaruhi kebiasaan orangtua saat mengasuh mereka.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kebiasaan orangtua berikut seringkali tidak kita sadari

Parenting adalah pekerjaan tersulit di dunia. Salah asuh anak sedikit saja bisa fatal akibatnya. Penelitian psikologi terbaru mengungkapkan, kebiasaan orangtua bisa jadi faktor penentu berhasil dan tidaknya seorang anak dalam hidup.

Kebiasaan orangtua yang seperti apa sih? Inilah hasil kesimpulan para ahli.

1. Sering berteriak pada anak

Studi oleh University of Pittsburgh tahun 2013 membuktikan bahwa disiplin verbal kasar, seperti berteriak, mengumpat atau mencerca, dapat merusak kesehatan mental anak dalam jangka panjang.

Kebiasaan orangtua semacam ini juga bisa menimbulkan gangguan perilaku dan gejala depresi pada anak.

Ketua studi Ming-Te Wang  menjelaskan, kebiasaan orangtua membentak anak akan membuat mereka tumbuh jadi orang dewasa yang suka membentak juga.

2. Mereka adalah helicopter parents

Helicopter parent adalah istilah untuk orangtua yang mengontrol atau mengawasi gerak anak secara berlebihan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Para mahasiswa yang menyatakan punya orangtua dengan kebiasaan ini mengaku memiliki tingkat depresi lebih tinggi dan kurang puas pada hidup mereka,” tulis para peneliti dalam Journal of Child and Family Studies tentang hasil penelitian terhadap 300 mahasiswa.

Anak-anak dari orangtua helikopter cenderung kurang terbuka pada gagasan baru. Mereka juga lebih cenderung jadi pengguna obat penghilang rasa sakit.

3. Sibuk dengan smartphone saat bersama anak

Tanpa penelitian pun kita sudah tahu apa dampak yang bisa terjadi jika orangtua lebih memperhatikan smartphone daripada anak. Anak bisa merasa tidak diperhatikan orangtuanya, dan perasaan negatif ini bisa mempengaruhi pandangan anak terhadap dirinya sendiri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga : 3 Dampak Buruk Bermain Smartphone Saat Mengasuh Anak.

4. Dingin dan menjaga jarak dengan anak

Ada banyak penelitian yang menemukan hubungan antara orangtua yang “dingin” dengan gangguan perilaku dan emosional pada anak-anak dan remaja. Anak-anak yang jarang dipuji orangtuanya cenderung menarik diri dari pergaulan dan mengidap kecemasan.

5. Membiarkan anak memilih jam tidurnya sendiri

Para peneliti asal Inggris menemukan kaitan antara jam tidur yang tak teratur dengan gangguan kebiasaan anak. Gangguan ini meliputi hiperaktivitas, masalah dengan teman sebaya, masalah perilaku dan emosional. Jam tidur yang tidak pasti juga mempengaruhi perkembangan otak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Jam tidur yang tidak teratur, terutama yang terjadi pada masa penting perkembangan anak, dapat berdampak bagi kesehatan dalam jangka panjang,” ujar ketua penelitian, Yvonne Kelly.

6. Menghukum anak dengan memukul

Dampak memukul anak sebagai hukuman telah diteliti sejak tahun 80-an. Kebiasaan orangtua memukul anak juga erat kaitannya dengan hiperaktivitas, perilaku agresi dan oposisional (melawan, memusuhi, tidak patuh).

Sebuah studi yang dilakukan selama 50 tahun pada 160.000 anak menemukan, memukul anak bisa mengganggu kesehatan mental dan memicu gangguan kognitif.

7. Otoriter

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Psikolog perkembangan Diana Baumride mengungkapkan, ada tiga jenis gaya parenting. Ketiganya adalah permisif, otoritarian dan otoritatif.

Orangtua otoritarian adalah yang paling buruk, karena mereka menuntut dan menutup celah untuk berkomunikasi dengan anak secara terbuka. Ia adalah orangtua yang berujar, “Kamu harus dapat nilai 10, karena Mama/Papa mau kamu begitu,” pada anak.

Parenting otoritarian juga menghambat performa anak di sekolah, menurut sebuah studi tahun 2005. Namun ketua studi itu juga memberi catatan, kesimpulan ini tidak berlaku sama bagi semua budaya, etnisitas dan status sosioekonomi.

8. Tidak melatih anak untuk mandiri

Studi tahun 1997 di Vanderbilt University mengemukakan, anak yang tidak dilatih mandiri sejak usia dini kurang punya rasa percaya diri.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Melatih anak mandiri, terutama anak remaja, adalah hal baik. Mereka juga akan punya kemampuan menyelesaikan konflik dan menjalin hubungan antar pribadi. Remaja yang mandiri juga lebih tahan terhadap tekanan dari teman sebaya.

Parents, apakah Anda menerapkan salah satu kebiasaan orangtua di atas? Ubahlah sekarang juga, atau anak Anda terancam gagal dalam kehidupannya.

Referensi : Business Insider

 

Penulis

jpqosinbo