7 Cara Menghentikan Kebiasaan Membandingkan Anak

Mungkin maksud hati ingin menyemangati, tapi malah berujung pada membandingkan anak dengan kakak, adik atau temannya. Yuk, kita perbaiki kebiasaan ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Diakui atau tidak tanpa sadar kita sering membandingkan anak kita, baik dengan kakak atau adiknya, juga dengan kerabat dan teman-temannya.

Ada beberapa alasan orangtua membandingkan anak, bisa karena ingin menyemangati, atau benar-benar sedang bingung dengan pertumbuhan si Kecil yang tak sesuai dengan harapan.

Membandingkan anak = sifat alami manusia

Sudah sifat dasar manusia untuk selalu membandingkan apa yang melekat pada dirinya atau apa yang mereka miliki. Kebiasaan ini pun muncul saat kita berada di posisi sebagai orangtua, ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan semacam:

“Kok anakku nggak seperti …”,
“Si A kan lahir bareng dengan adik ya, tapi kok badannya nggak seperti…”,
“Ih, kebiasaan makannya kok gitu si, memang ibunya nggak ngajarin, ya.”

Dampaknya

Membandingkan anak bisa berakibat banyak hal, tergantung pada posisi mana si anak dibandingkan. Bila anak dibandingkan dengan mereka yang lebih lemah, maka anak bisa saja menjadi lebih percaya diri, dan lebih terpacu untuk mempertahankan sisi positifnya tersebut. Di satu sisi perbandingan semacam ini bisa juga membuat anak menjadi berlebihan dalam menilai kemampuan dirinya.

Sebaliknya ketika anak ditempatkan pada posisi si lemah, maka rasa minder, stress, menjadi lebih penakut, hingga perasaan tidak disayang orangtua pun bisa timbul.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga: Stres pada Anak;  Masa Lalu bisa Berakibat Buruk pada Perkembangan Anak

Hobi membandingkan ini juga bisa menimbulkan perang dingin antar orangtua lho. Istilah mom war timbul akibat adanya kebiasaan membandingkan anak.

 

Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Tahan diri untuk membandingkan anak

Meskipun membandingkan adalah sifat alami manusia, namun jangan sampai hal itu menjadi kebiasaan yang membuat kita sering nyinyir dengan perkembangan anak kita, tetangga, atau kerabat.

Selalu tanamkan di pikiran kita bahwa setiap anak, sesungguhnya terlahir unik dan memiliki tahap perkembangannya masing-masing.

Daripada membandingkan anak, lebih baik beri mereka pujian seperti, cobalah katakan, “Wah adik sudah bisa memakai baju sendiri, ya. Bunda yakin adik nanti pasti akan mampu mengerjakan yang lain.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Gunakan standar perkembangan anak yang disarankan oleh ahli

Agar standar kita rasional, gunakan saja standar yang sudah diberikan para ahli. Contoh standar perkembangan bayi usia 3 bulan adalah bayi sudah mampu mengangkat kepala saat tengkurap.

Bila merasa khawatir si kecil tidak sesuai dengan standar, kawan-kawan sebaya atau malah saudaranya terdahulu, lebih baik konsultasikan pada dokter.

3. Simpan komentar Anda sendiri

Saat melihat anak kerabat, tetangga, atau siapa saja yang pertumbuhannya tak sesuai milestone, atau malah lebih mandiri dan tertib, mulut kita seringkali tidak tahan untuk tak berkomentar.
Anakmu belum bisa makan sendiri, ya”, “Seneng, ya, si Fulanah sudah nggak ngompol lagi.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Disadari atau tidak, komentar semacam ini akan berujung pada perbandingan; “Kalo anakku…”, “Padahal aku …”, dan seterusnya. Jadi, akan lebih baik bila kita simpan saja komentar kita.

4. Segera netralkan saat tanpa sadar membandingkan

Kadang saat kelelahan memotivasi anak, tanpa sadar kata perbandingan keluar dari mulut kita, “Dulu kakak mudah menguasai perhitungan dasar ini,” atau “Ibu dulu sudah pandai membaca koran sejak usia 4 tahun”.

Bila ini yang terjadi, segeralah netralkan dengan mengingatkan si kecil akan kelebihan-kelebihan lainnya; misal dengan mengatakan “Kata Bu guru, di sekolah adik sudah pandai menghitung sendiri. Ayo, kita coba lagi”.

Yang harus dilakukan jika orang lain yang membandingkan anak kita

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

 

Baiklah, Parents sudah tak lagi membandingkan si kecil dengan siapa pun, juga berhasil berkata kepada diri sendiri setiap anak memiliki tahap perkembangannya masing-masing.

Saat berkumpul dengan tetangga atau kerabat kebiasaan membanding-bandingkan itu muncul lagi. Tidak ingin ikut komentar, kuping dan hati kok panas. Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan?

1. Jujur saja

Bila perbandingan ini menyangkut si kecil, maka cobalah katakan baik-baik bahwa Parents menghargai perhatiannya, dan akan sangat berterima kasih bila mereka tidak membandingkan buah hati dengan siapa pun.

Jelaskan pula, bahwa kini Anda telah tahu, bahwa setiap anak berkembang dengan cara-cara unik mereka. Tegaskan juga, bahwa Parents sangat bangga dengan perkembangan yang telah buah hati capai.

2. Jadikan koreksi positif

Ada salah satu sisi positif dari komentar perbandingan ini. Parents dapat menjadikan komentar mereka untuk mengoreksi kepengasuhan Parents selama ini.

Saat putri kecil saya tidak juga mulai berjalan meski usianya sudah lewat satu tahun, seorang tetangga memang berkomentar negatif tentang perkembangan putri saya. Saya mencoba memanfaatkan momen tersebut untuk menggali stimulasi apa saja yang sudah ia berikan kepada anaknya, sehingga putrinya berkembang tepat waktu.

3. Abaikan

Ibu mana sih yang tidak kesal jika ada seseorang berkata buruk tentang buah hati kita. Meski demikian, tetaplah berkepala dingin. Keluarlah dari kerumunan dan sibukkan diri dengan kegiatan lain agar Parents tak terus-terusan mendengar komentar tentang buah hati. Jadi, abaikan saja ya, Parents. Tanggapi kebiasaan mereka  membanding-bandingkan anak dengan senyuman.

Parents punya cara jitu lain untuk menanggapi komentar orang lain? Berbagilah bersama kami.

Reference: Beingtheparent.com, Huffingtonpost.com