Menerapkan disiplin pada anak sepintas nampak mudah untuk sebagian orang tua, karena anak-anak mereka tidak menolak untuk melakukan apa yang mereka perintahkan. Kadang kita tidak sadar bahwa metode disiplin yang kita terapkan pada anak akan mereka bawa hingga mereka dewasa, dan cukup berbahaya kan kalau ternyata kita tanpa sadar telah mengarahkan mereka pada jalan yang salah.
1. Mengalah
Saya tahu beradu argumen dengan anak itu tidak mudah. Anda sudah mengalami hari yang sulit seharian dan di rumah si kecil terus merengek minta dibelikan mainan baru. Karena lelah Anda mungkin memilih diam dan menunggu sampai si kecil berhenti merengek, dengan harapan ia akan lelah dengan sendirinya.
Diam atau mengalah dalam suatu argumen memang baik agar Anda dapat mendengar semua keluhan anak, namun sikap itu kurang mendukung upaya penerapan disiplin yang sedang Anda canangkan. Anda dapat menjawab rengekannya segera setelah ia tampak kehilangan kata-kata, dan katakanlah dengan tegas mengapa ia tidak selalu bisa memiliki semua mainan yang diinginkannya.
2. Menyuap
Suap atau penyuapan bukan hanya berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat. Anda pun perlu berusaha agar menjauhi perilaku ini saat mengasuh anak. Kita kadang kala berjanji memberi mereka kue, permen atau coklat sebagai bayaran atas tingkah laku baik yang ditunjukkannya saat Anda berdua menghadiri pertemuan penting di sekolah, misalnya.
Untuk sesaat mungkin sogokan Anda berhasil. Sisi negatifnya, dalam jangka panjang si kecil akan berpikir bahwa tingkah laku baik perlu ditunjukkan untuk mendapatkan suatu imbalan. Coba bayangkan kalau pemahaman semacam ini terbawa hingga dewasa!
Sebagai gantinya, cobalah bersikap tegas dengan mengatakan bahwa mereka harus bersikap baik, titik. Suatu saat Anda dapat menjelaskan pada mereka mengapa Anda meminta mereka melakukan itu, dan akibatnya jika mereka menolak mematuhi Anda.
3. Berbohong
Berbohong memang dilarang. Apakah berbohong demi kebaikan boleh saja kan? Tetap nggak boleh, Bu. Meski tujuannya baik, sebuah kebohongan tetap saja sebuah kebohongan.
Seorang ayah berkata monster akan muncul dari kolong tempat tidur jika anak-anak tak segera bangun pagi untuk sekolah. Strategi disiplin semacam ini mungkin saja berhasil. Namun anak-anak akan tumbuh dewasa dan menyadari bahwa ayah sudah berbohong, dan hal itu boleh-boleh saja!
Strategi ini juga membuat anak-anak takut terhadap hal-hal seperti kegelapan, monster di kolong kasur, hantu dll., hingga dewasa. Anda tidak mau kan punya anak penakut?
4. Melanggar aturan sendiri
Masalah yang dihadapi para orang tua yang menerapkan terlalu banyak aturan adalah, mereka harus menjaga diri untuk tak melanggar disiplin yang telah mereka tetapkan sendiri. Para orang tua semacam ini harus menahan diri agar tak saling berteriak di hadapan anak-anak, tidak memakai sepatu di kamar tidur, tidak memukul orang lain, dsb.
Sekali Anda melanggar peraturan yang telah Anda buat sendiri (dan ini terjadi di hadapan anak-anak), maka Anda pun akan kehilangan otoritas moral untuk mendisplinkan mereka. Anak-anak akan berpikir, buat apa mematuhi peraturan karena ayah dan ibu juga melanggarnya.
5. Kehilangan kesabaran
Anak-anak sering kali tampil sebagai ujian bagi Anda saat tingkah mereka tak bisa dikendalikan dan amarah memuncak hingga ke ubun-ubun. Lalu Anda meledak dan tak memberi alasan apapun kepada anak mengapa Anda semurka itu. Anak Anda pun tak memperoleh penjelasan yang tepat mengapa perbuatan yang dilakukannya salah di mata Anda.
Tidak menutup kemungkinan anak akan menirukan gaya marah-marah Anda ketika mereka menghadapi masalah dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Payahnya lagi, mereka tak dapat memberikan penjelasan mengapa mereka marah. Anda nggak mau kan anak Anda dijauhi teman-temannya lantaran takut ‘disemprot’ tanpa sebab?