5 Hikmah di Balik Kisah Hidup Marshanda

Kisah Marshanda ternyata mengandung pelajaran berharga bagi kita semua.

Lika-liku kisah hidup Marshanda ibarat cerita sinetron yang menjadi nyata. Setelah menuai kecaman karena bercerai dan melepas hijab, masyarakat kemudian tersentuh terkait dengab pengakuan gangguan mental yang dideritanya.

Apakah semua kejadian di atas mengandung fakta atau sekedar mencari simpati dan sensasi, hanya Marshanda saja yang tahu kebenarannya.

Di sisi lain, Marshanda adalah seorang anak dan seorang ibu. Ada pelajaran penting yang bisa kita petik dari kisah hidupnya sebagai self reminder kita semua.

Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah hidup Marshanda

1. Jangan bebani anak dengan harapan

Dulu kita gemas melihat sosoknya yang manis dalam sinetron Bidadari. Mungkin Anda syok melihat betapa berubahnya Marshanda saat ia dewasa.

Sebuah sumber mengatakan, Marshanda banyak mengalami tekanan di usia kanak-kanak. Tepatnya pada saat ia mulai meniti karir sebagai pemain sinetron cilik. Tekanan itu terutama datang dari ibu Marshanda, yang ingin putrinya jadi bintang ternama.

Meski kita tahu anak kita berbakat, bukan hal yang bijaksana menuntut anak untuk tampil sempurna. Apa yang menurut kita ideal, belum tentu sesuai dengan suara hati anak.

Anak memiliki keinginan dan jalan pemikiran sendiri. Tugas orangtua adalah mengarahkan, bukan memaksanya menjadi seseorang yang kita inginkan.

2. Seorang ibu harus tegar, apapun yang terjadi

Usia pernikahan Marshanda dan Ben Kasyafani hanya berumur 3 tahun. Hak asuh anak semata wayang mereka, Sienna (3), sebelumnya berada di tangan Chacha (nama panggilan Marshanda).

Sayang, Chacha musti menelan pil pahit tak bisa mengasuh buah hatinya. Kondisi kejiwaan Chacha yang tidak stabil membuatnya kehilangan hak asuh atas Sienna.

Seorang ibu tidak boleh kehilangan ketabahan, sepedih apapun suasana hati kita. Siapa yang akan merawat anak kalau bukan ibunya? Ia berhak mendapat kasih sayang dan dekapan ibu.

Bahagiakanlah hati anak, buatlah ia tersenyum. Senyuman anak adalah terapi mujarab bagi jiwa yang sedang terluka.

3. Gangguan bipolar bukan kutukan, tapi anugrah

Gangguan kejiwaan bukan hal memalukan buat beberapa selebritis mancanegara. Britney Spears yang dulunya artis cilik juga bipolar. Begitu pula Catherine Zeta-Jones, Mel Gibson dan almarhum Robin Williams.

Orang dengan gangguan bipolar mengalami perubahan suasana hati ekstrim, dari sangat optimistis (fase manik) menjadi pesimistis (fase depresi) dalam waktu singkat. Meski demikian, gangguan bipolar bukan halangan bagi penderita untuk berkarya dan bekerja.

Demi Lovato yang juga penderita bipolar mengaku, ia bisa mengarang 7 komposisi musik dalam satu hari saat berada pada fase manik.

Baca juga : 7 Tindakan Orangtua yang Bisa Menyebabkan Anak Alami Gangguan Bipolar

4. Kasihilah orangtua Anda dan banggalah menjadi anaknya

Marshanda tidak malu atau merasa popularitasnya jatuh, setelah tersiar kabar ayahnya, Irwan Yusuf, menjadi pengemis. Sebaliknya, ia mengunjungi ayahnya ketika ditampung di Dinas Sosial Jakarta Selatan, memeluk dan berbicara dengan sang ayah.

Kesulitan ekonomi membuat Irwan Yusuf menjadi pengemis, ditambah lagi fakta ia juga mengalami gangguan jiwa.

Tanpa ada orangtua, kita tak pernah ada di dunia ini. Mengapa kita harus enggan membalas kasih sayang mereka dengan menyisihkan sedikit uang, dan memberikannya pada orangtua?

Banyak atau sedikitnya uang itu tidak akan bisa setara dengan semua yang pernah mereka lakukan untuk membesarkan kita.

Tidak masalah kita tak punya orangtua berpangkat atau punya perusahaan. Kita sudah seharusnya bangga, karena kesuksesan kita sekarang adalah hasil didikan orangtua.

5. Tak semua yang berkilau itu emas

Hidup mewah yang sering dipamerkan para selebritis di televisi tidaklah seindah yang kita bayangkan.

Apa gunanya bergelimang harta jika kita tidak merasa bahagia? Hidup manusia tidak abadi, apalagi harta benda.

Bersyukurlah atas hidup, kesehatan, keluarga dan teman-teman yang kita punya. Kita bekerja di tempat yang kita pilih, menikah dengan orang yang kita cintai, berteman dengan orang yang kita percaya. Apakah semua itu tidak cukup membuat Anda bahagia?

Referensi : Health

 

Penulis

jpqosinbo