Telah lama para peneliti menemukan bahwa semenjak lahir, kreativitas anak sesungguhnya sangatlah tinggi. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, kreativitas anak ini menurun dengan sangat tajam terutama saat mereka memasuki tingkat 3 atau 4 sekolah dasar,
Hal ini berbeda dengan tingkat inteligensia yang bisa meningkat 10 poin seiring dengan semakin cerdasnya si Kecil karena pengaruh dan pemahamannya terhadap lingkungan. Kreativitas anak, justru bergerak sebaliknya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut adalah beberapa hasil penelitian para ahli berkaitan dengan hal tersebut.
Empat hal pembunuh kreativitas anak
1. Hadiah
Para peneliti menemukan, ternyata iming-iming hadiah dapat menghambat daya eksplorasi dan imajinasi anak. Seorang anak akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapat hadiah. Namun, sama sekali tidak ingin berusaha lebih jauh dari usaha yang ia lakukan untuk meraih hadiah tersebut.
Hadiah akan menghambat kesenangan intrinsik dari aktivitas kreatif. Sebagai orang tua kita tentu lebih ingin anak-anak kita selalu senang dengan semua kegiatan yang ia lakukan, menjadi anak yang penuh motivasi, dibanding buku laporan yang penuh dengan bintang.
2. Membayangi anak
Selalu berada di sisi si Kecil dan,- tanpa sadar,- ikut campur atau mengatur aktivitasnya justru akan mengurangi kreativitas anak itu sendiri.
Karena terbiasa diawasi dan dijaga, serta dinasehati agar mereka terhindar dari kesalahan, kegagalan, atau apa pun yang terlalu beresiko, justru akan membuat anak tidak berani mencoba lebih jauh. Dan bahkan tidak belajar bahwa kesalahan dan kegagalan adalah bagian dari proses keberhasilan.
Baca juga : 10 Alasan Membiarkan Anak Belajar dari Kesalahan
3. Membatasai pilihan
Sistem pendidikan yang selama ini kita terapkan, membuat anak-anak hanya mengenal bahwa hanya ada satu jawaban yang benar dan hanya ada satu standar. Kebanyakan mainan anak-anak pun dibuat hanya dengan satu instruksi. Lebih parah lagi, jarang sekali kita membiarkan mereka untuk memilih.
Padahal membiarkan mereka memiliki banyak pilihan merupakan salah satu cara untuk berpikir lateral. Berpikir lateral adalah cara berpikir di luar batasan yang telah diberikan (out of the box) atau berpikir dengan menggunakan prespektif baru.
Untuk itulah anak-anak kreatif akan selalu punya banyak alternatif penyelesaian dan sangat antusias mengikuti rasa ingin tahu mereka.
4. Terlalu banyak memberi kegiatan pada anak
Aktivitas berorganisasi, aneka kursus dan pelatihan, aktivitas sosial,… kita selalu sibuk menjadwalkan ini dan itu untuk anak. Seolah jadwal harian si Kecil tak juga penuh. Kita terlalu sibuk menstimulasi mereka hingga kita lupa untuk menyisihkan waktu untuk kegiatan yang paling penting; yaitu “tidak melakukan apa pun”.
Sesekali membiarkan anak tanpa kegiatan apa pun, akan membantu imaginasinya berkembang, memberikan ide-ide baru dan kreatif.
Kita seringkali berkata bahwa kita sesekali butuh untuk bersantai guna mengisi ulang tenaga dan pikiran kita. Namun sayangnya kita sering lupa melakukan hal serupa untuk anak-anak kita. Padahal kita tahu, bahwa saat kita tidak melakukan apapun, di saat itu pula, ide-ide segar sering mengalir dengan deras.
Kreativitas anak berkembang ketika anak-anak merasa enjoy dengan aktivitas mereka. Pada kondisi yang tidak sempurna sekalipun. Jadi, mari lupakan sejenak kata “harus sempurna” dan biarkan anak-anak kita bereksplorasi, membuat beberapa kesalahan, mengambil resiko, dan bebas mengekspresikan ide-ide bebas mereka.
ref: playfullearing.net
Baca juga artikel menarik lainnya:
10 Cara Meningkatkan Kreativitas Anak
Mencari Alternatif Kata “Jangan”