Hamil memang anugrah yang harus diperjuangkan sejak awal sampai akhir. Sejak tanda dua strip muncul di test pack, saat itulah drama kehamilan dengan segala kesulitannya mulai datang.
3 ibu tangguh ini berbagi cerita tentang drama kehamilannya yang sempat membuat mereka kewalahan. Berikut ini kisah mereka yang dimuat dalam Metro:
1. Claire Rees, stylist
Saat hamil, aku mengalami migrain luar biasa sepanjang kehamilan. Migrain ini membuatku harus cuti kerja lebih awal. Saat libur Natal tiba, aku harus bedrest total dan tak dapat menikmati suasana yang ada sama sekali. Aku pun hanya boleh minum parasetamol saja, yang mana tidak kunjung meredakan migrainku.
2. Jane Alexander, praktisi kesehatan holistik
Saya mengalami insomnia total untuk seluruh kehamilan dan edema (bengkak di beberapa bagian tubuh tertentu). Saya juga merasa juga gatal, migrain, depresi, dan paranoia yang parah. Sekalipun tubuh saya berukuran besar, tak ada yang menyadari bahwa saya membawa bayi 5,67 kg. Bahkan saya sempat untuk melahirkan secara alami dan berakhir dengan operasi cesar darurat. Kemudian, saya mendapatkan serangkaian kejutan: preeklampsia, bayi saya tidak mau menyusu, saya terkena infeksi, harus transfusi darah, dan ditambah dengan depresi pasca melahirkan. Wow! Adik saya yang adalah seorang ibu dari lima anak mengatakan bahwa tak mengherankan jika saya memutuskan untuk tak mau hamil lagi setelah anak yang pertama lahir.
Artikel terkait: 10 masalah kehamilan yang wajib Anda tahu.
3. Patricia Gachagan, penulis
Rasanya seperti mimpi saat mengetahui bahwa aku hamil lagi. Itu adalah kehamilan keduaku. Tujuh bulan sebelumnya aku keguguran anak pertamaku. Pada saat USG pada kehamilan pertama, aku langsung diberitahu kabar mengejutkan. ‘Maaf, tidak ada detak jantung.’ Aku menangis dan berduka selama tujuh bulan. Kami mencoba segala cara untuk hamil lagi. Umurku 36 tahun dan rasanya waktu tidak berada di pihakku. Diam-diam, aku melakukan tes secara rahasia dan garis kecil berwarna merah muda itu muncul. Tubuhku bergetar saking gembiranya. Tapi itu adalah kehamilan yang menegangkan. Ketakutan dan ketidakpastian menguasaiku ketika setelah 2 minggu HPLku, tak ada tanda-tanda melahirkan. Aku ke rumah sakit untuk diinduksi sekalipun aku tidak merencanakannya. Bayi mungil ini tidak menunjukkan tanda-tanda adanya kemajuan. Aku menghabiskan masa persalinan selama 14 jam. Setiap kali bidan melakukan induksi, rasa sakit makin meningkat. Rasa sakitnya hampir tidak terkendali. Ketika bidan mengatakan bahwa aku belum mengalami kemajuan yang berarti, aku tahu bahwa ada yang tidak beres dengan kandunganku. Bidan sampai berganti shift, dan itulah yang menyelamatkan hidup bayiku. Bidan baruku segera memerintahkan pemindaian. Ketika wajahnya dipindai, kepalanya macet dan tidak bisa bergerak. Beberapa detik kemudian, aku berada di meja operasi sedingin es dan operasi caesar darurat segera dilaksanakan Aku tidak akan pernah melupakan saat ahli anestesi memasukkan jarum ke punggungku. Aku merasa lumpuh, baik secara fisik maupun mental. Pukul 11.56 pm, dengan berat 4,6 kg, baby Elliot tiba di dunia ini dalam keadaan aman dan sehat. Kami dipenuhi dengan sukacita dan harapan. Petualangan berikutnya dimulai, sistem kekebalan tubuhku menyerang tubuhku sendiri setelah melahirkan. Karena itulah aku mengidap Multiple Sclerosis. Namun, setelah keguguran dan pengalaman melahirkan yang traumatis, aku merasa bersyukur dengan anak yang baru lahir ini. Kami menjalani petualangan yang sangat berbeda tapi kami memiliki keluarga yang kami impikan.
Drama kehamilan di atas mengajarkan kita bahwa beberapa orang memang bertaruh nyawa saat hamil. Beberapa perempuan memang beruntung karena masih bisa aktif sementara perempuan lainnya justru harus bedrest total.
Selalu ada harga yang harus dibayar mahal untuk kehadiran buah hati kita. Apa pun drama kehamilan Bunda dulu, perjuangan tak akan pernah sia-sia.
Baca juga:
5 Kisah Ibu Pejuang Cesar Indonesia, Berjuang di Meja Operasi Demi Sang Bayi