Seorang ibu di Amerika Serikat divonis hukuman penjara seumur hidup karena meletakkan bayi baru lahir di dalam microwave.
Bayi baru lahir dalam microwave
Ka Yang seorang ibu 34 tahun yang tinggal di Amerika Serikat divonis penjara seumur hidup pada 18 Desember. Menurut Yahoo 7 News, hakim memberi vonis maksimal karena Ka Yang menaruh bayinya, Mirabelle Thao Lo, di microwave yang menyala selama hampir lima menit. Bayi yang saat itu berusia satu bulan, mengalami luka bakar hampir di seluruh bagian tubuhnya dan merusak beberapa organ dalam bayi.
Peristiwa ini terjadi di rumah Yang di Sacramento, California pada Maret 2011.
Selama pemeriksaan, Dr Gregory Reiber mengatakan bahwa bayi baru lahir tersebut menderita banyak luka bakar serius akibat radiasi pemanas. Radiasi pembakaran sepertinya masuk hingga ke organ-organ dalam bayi dan mengenai perut dan usus kecilnya.
Dalam pemeriksaan, polisi menemukan dot bayi dalam microwave tersebut.
Dalam putusannya, hakim menyatakan Ka Yang bersalah karena melakukan pembunuhan dan penyerangan terhadap sang bayi.
Ibu ini sempat membela diri dan menyatakan dirinya tak bersalah. Pengacara Ka Yang mengatakan pada KOVR tv, kliennya mengalami kejang akibat epilepsi selama 11 menit. Saat itu dia hanya berdua dengan bayinya.
Sementara dalam berita acara pemeriksaan, Ka Yang mengaku pada polisi ia pingsan saat menggendong bayinya. Lalu bayinya jatuh di dekat pemanas.
Dalam pengakuannya Ka Yang juga mengatakan dirinya memiliki riwayat kejang, namun tim medis menyatakan dia tidak memiliki kebingungan atau kelainan jiwa. Belakangan akhirnya dia mengaku bahwa dia berbohong.
Diduga karena stres setelah melahirkan?
Dalam laporan di Huffington Post dinyatakan bahwa Ka Yang telah menikah dan punya tiga anak yang usianya masih di bawah 10 tahun.
Beberapa pembaca menduga hal ini disebabkan trauma pasca melahirkan, namun hal ini luput dibahas dalam
persidangan.
Salah satu pembaca menulis, “Sepertinya ini adalah trauma pasca melahirkan pada seseorang yang menderita epilepsi. Saya heran mengapa pengacara tidak menggunakannya sebagai pembelaan.”
Komentar lainnya, “Dia hanya membahayakan satu bayinya, namun tidak tiga anaknya yang lain dan ini adalah trauma setelah melahirkan akibat stress. Dia butuh bantuan psikiatier.”
Ada juga pembaca lain mengatakan, “Anda tidak bisa melakukan apapun saat kejang, tapi (mengapa) ibu ini bisa meletakkan bayinya di dalam microwave dan menyalakannya selama hampir lima menit selama kejang?”
Apapun penyebabnya, bayi mungil itu kini telah tiada. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita, Parents. Bila bertemu seseorang yang mengalami trauma pasca melahirkan, segeralah bawa ia ke ahli medis jika tak ingin hal buruk
terjadi.
Mengenali Depresi Setelah Melahirkan
Depresi pascapersalinan sangat berbeda dari baby blues. Depresi lebih pada keadaan emosi yang meningkat hingga mencapai 80 persen atau lebih pada ibu baru di hari-hari pertama setelah bayi lahir. Sementara baby blues biasanya surut dalam beberapa minggu.
Depresi pascapersalinan sebenarnya adalah bagian dari konstelasi kondisi yang oleh para ahli disebut “gangguan mood perinatal.” Gangguan suasana hati ini melibatkan lebih dari sekedar perasaan tertekan, dan mereka dapat terjadi selama kehamilan dan sesudahnya.
Bagaimana Anda bisa tahu jika Anda memiliki gangguan mood perinatal? Inilah enam tandanya, seperti dirangkum WebMD.
- Gangguan makan dan tidur: Bunda bisa tidak makan dalam dua hari karena Anda tidak lapar, atau Anda tidak bisa berhenti makan. Anda tidur sepanjang waktu, atau Anda tidak bisa tidur walaupun ada kesempatan.
- Kecemasan: Bunda akan merasa ketakutan dan kekhawatiran yang tidak perlu dan hal ini berlangsung terus menerus.
- Perasaan bersalah dan malu: Anda merasa bahwa Anda “tidak melakukan hal ini dengan benar,” bahwa Anda adalah seorang ibu yang buruk dan mudah marah.
- Berpikir untuk melukai bayi Anda sendiri.
- Bunda merasa tidak “seperti diri sendiri.”
Gejala-gejala ini biasanya muncul dalam tiga bulan pertama setelah bayi lahir, dan memuncak sekitar tanda empat bulan. Gejala ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun jika tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Referensi: sg.theasianparent