Memahami Cara Anak Usia Sekolah Memecahkan Masalah

Anak usia sekolah memiliki berbagai tahapan perkembangan dalam memecahkan masalah yang mereka temukan sehari-hari.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak usia sekolah mempunyai banyak sekali keinginan, termasuk menginginkan  benda-benda yang dimiliki oleh teman-teman bermainnya. Begitu pula dengan anak saya, Rofa dan Bani (usia 10 dan 7 tahun). Mereka ingin memiliki tablet agar bisa bermain game.

Menyadari kedua orangtuanya tidak berencana membelikan barang impian mereka,  apa yang selanjutnya dilakukan oleh Rofa dan Bani? Oh, ternyata, mereka berencana mengumpulkan uang dengan cara berjualan mainan dan rutin menabung.

Mereka melakukannya hingga berbulan-bulan lamanya, sampai akhirnya jumlah uang mereka mencukupi untuk membeli tablet yang mereka inginkan.

Parents, berbeda dengan balita, kemampuan anak usia sekolah sudah lebih luas dan lebih objektif. Seorang psikolog asal Jerman, Meumann,mengungkapkannya dalam sebuah penelitian mengenai tahap perkembangan anak.

Tahap perkembangan anak, menurut Meumann:

1.Fase sintesa fantasi

Anak berusia 7-8 tahun berada pada fase ini. Di mana anak mulai mengamati segala sesuatu secara total (objektif menyeluruh). Meski pun masih bercampur dengan fantasi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Fase analisa

Anak usia 8-9 tahun berada dalam tahap analisa. Pada rentang usia ini, kemampuan rasional anak berkembang pesat, sehingga ia berusaha memandang secara objektif seluruh pengamatannya.

3.Fase sintesa logis

Dia akhir usia sekolah anak berada dalam tahap sintesa logis, yaitu ketika pengamatannya terhadap sesuatu didukung oleh logika yang semakin baik.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Parents, tindakan yang dilakukan oleh Rofa dan Bani, mewakili anak usia sekolah yang telah memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.

Bagaimana cara anak usia sekolah memecahkan masalah?

Menurut Santrock, anak usia sekolah bisa memecahkan masalah dengan cara :

a. Mendefinisikan masalah dengan jelas

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Misal : Ingin membeli tablet

b. Menghimpun informasi

Misal: Mencari informasi tentang spesifikasi tablet, harga, tempat membeli

c. Memisahkan fakta dan opini yang relevan

Misal : Harga iPad mahal, tapi benda lain seperti ponsel bukanlah hal yang mereka inginkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Opininya: tetap membeli tablet

d. Mencari jalan keluar yang paling praktis atau yang bisa dilakukan

Seperti yang dilakukan oleh Rofa dan Bani, yaitu menabung dan menjual sebagian mainan mereka.

e. Mengevaluasi efektivitas jalan keluar

Parents, apabila pemecahan masalah berhasil, maka cara ini akan terus diulang hingga mereka remaja. Ketika kemampuan berpikir mereka semakin berkembang, maka kemampuan anak usia sekolah ini akan diulang dengan cara lebih teliti dan penuh perhitungan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nah, Parents, semoga informasi di atas bermanfaat untuk mendampingi tumbuh kembang putra-putri Anda.

Referensi :

Nyebur Ke Dunia Anak, Liza Permasih & Endah Kurniadarmi, Penerbit Kaba Media Internusa, Bandung, 2015.

Nyebur Ke Dunia Anak, buku parenting untuk memahami anak usia sekolah.

 

Mengapa Anak Perlu Skill Memecahkan Masalah

Anak-anak menghadapi berbagai masalah setiap hari, mulai dari kesulitan akademik hingga masalah di bidang olahraga. Namun, beberapa dari mereka memiliki formula untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Daripada menggunakan energi mereka untuk menyelesaikan masalah, anak-anak cenderung lebih memilih untuk menghindari masalah tersebut. Itulah sebabnya mengapa banyak anak-anak tertinggal di sekolah atau berjuang untuk mempertahankan persahabatan.

Dikutip dari Very well Family, anak-anak yang tidak memiliki keterampilan memecahkan masalah bertindak tanpa mengenali pilihan mereka. Seorang anak mungkin memukul rekan yang menyelanya di antrean karena dia tidak yakin apa lagi yang harus dilakukan, selain memukul.

Atau, dia mungkin keluar dari kelas ketika dia diejek karena dia tidak bisa memikirkan cara lain untuk menghentikannya. Pilihan impulsif itu bisa menciptakan masalah yang lebih besar dalam jangka panjang.

Anak-anak yang merasa kewalahan atau putus asa seringkali tidak akan berusaha mengatasi masalah. Tetapi, ketika Anda memberi mereka formula yang jelas untuk memecahkan masalah, mereka akan merasa lebih percaya diri dengan kemampuan mereka untuk mencoba memecahkan masalah.

  1. Identifikasi masalahnya. Bantu anak Anda menyatakan masalahnya, seperti, “Anda tidak memiliki teman bermain saat istirahat,” atau “Anda tidak yakin apakah Anda harus mengikuti kelas matematika tambahan.”
  2. Buat solusi. Brainstorming cara yang mungkin untuk menyelesaikan masalah. Tekankan bahwa semua solusi tidak harus selalu ide yang bagus. Kuncinya adalah membantunya melihat bahwa dengan sedikit kreativitas, ia dapat menemukan banyak solusi potensial yang berbeda.
  3. Identifikasi pro dan kontra dari setiap solusi. Bantu anak Anda mengidentifikasi kemungkinan konsekuensi positif dan negatif untuk setiap solusi potensial yang ia buat.
  4. Pilih sebuah solusi. Setelah anak Anda mengevaluasi kemungkinan hasil positif dan negatif, dorong dia untuk mengambil solusi. Katakan padanya untuk mencoba solusi dan lihat apa yang terjadi.

Jangan lupa ajarkan anak problem solving sejak kecil, ya Parents.