Di masa tumbuh kembang si Kecil, asupan gula menjadi salah satu hal yang wajib diperhatikan Mams. Asupan gula harian anak sebaiknya tak boleh melebihi anjuran ahli supaya si Kecil terhindar dari berbagai risiko penyakit di kemudian hari.
Menurut IDAI, kasus diabetes pada anak di Indonesia di 2023 meningkat tajam sejak 2010 lalu. Angka kenaikannya mencapai 70 kali lipat, Mams. Oleh karena itu, pastikan si Kecil terhindar dari diabetes maupun penyakit berbahaya lain dengan memperhatikan konsumsi harian gula.
Lalu, berapa ya, batas asupan gula harian anak dan cara untuk mencegah konsumsi gula berlebihan? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Berapa Maksimal Asupan Gula per Hari untuk Anak?
Kebutuhan gula harian anak disesuaikan dengan usianya, Mams. Menurut American Heart Association (AHA), anak usia 0–2 tahun sebaiknya tidak boleh mengonsumsi gula tambahan sama sekali.
Para ahli menganjurkan agar di usia 2 tahun pertamanya, anak lebih banyak dikenalkan rasa dari makanan-makanan alami untuk menambah khazanah rasa.
Di sisi lain, anak-anak usia 2–18 tahun hanya boleh mengonsumsi kurang dari 25 gram gula dalam sehari. Jumlah asupan gula harian anak ini setara dengan 6 sendok teh.
Anak-anak juga tidak dianjurkan untuk mengonsumsi minuman manis dengan berat 8 ons tiap minggunya.
Kapan Anak-anak Boleh Mengonsumsi Gula?
Anak-anak boleh mengonsumsi gula saat usianya di atas 2 tahun, Mams. Itu pun jumlahnya tak boleh lebih dari 6 sendok teh per harinya.
Penelitian menunjukkan bahwa membatasi asupan gula selama kehamilan dan dua tahun pertama anak bisa mengurangi risiko anak tersebut mengalami diabetes tipe 2 di kemudian hari. Risikonya bisa menurun hingga 35%.
Selain risiko diabetes, membatasi asupan gula di periode tersebut bisa menurunkan risiko tekanan darah tinggi pun hingga 20%. Risiko obesitas dini pun bisa ditekan jika si Kecil tidak diperkenalkan dengan asupan gula di periode tersebut.
Apa Akibatnya Jika Anak Mengonsumsi Gula Terlalu Banyak?
Dr. Amy Reichelt, seorang peneliti di University of Adelaide mengungkapkan bahwa asupan gula memiliki dampak yang jauh lebih kompleks pada anak. Efeknya pun bisa bertahan lebih lama, terutama bila konsumsinya berlebihan di periode kritis perkembangan anak.
Penelitian yang dilakukan Reichelt mengungkapkan bahwa konsumsi gula berlebihan bisa berdampak buruk pada fungsi neuron hingga menyebabkan peningkatan peradangan di otak.
Peradangan ini yang bisa menimbulkan masalah pada otak anak-anak, Mams. Sebab si Kecil akan mengalami kesulitan belajar dan mengingat karenanya.
Tak hanya itu, Reichelt mengungkapkan bahwa peradangan di hipokampus juga bisa mencegah otak menerima sinyal kenyang dari usus.
Hal ini berdampak pada konsumsi makanan yang tidak sehat secara berlebihan, hingga peradangan semakin meningkat. Akibatnya, si Kecil kemungkinan bisa memiliki pola makan tidak sehat sepanjang hidupnya.
Di samping itu, American Heart Association (AHA) memiliki pedoman ketat terkait konsumsi gula karena berbagai dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Mulai dari risiko tinggi obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2, hingga penyakit jantung.
Terlalu banyak mengonsumsi makanan manis juga bisa mengurangi ruang di perut anak yang ukurannya masih kecil. Konsumsi gula juga bisa menyebabkan penumpukan lemak di dalam tubuh. Lemak ini yang nantinya bisa menyebabkan berbagai penyakit serius.
Gula juga bisa meningkatkan risiko kesehatan gigi dan mulut, seperti gigi berlubang dan karies. Hal ini juga bisa menyebabkan ketidaknyamanan hingga mengganggu aktivitas penting sehari-hari si Kecil, seperti proses makan hingga belajar.
Apa Ciri-ciri Anak Terlalu Banyak Mengonsumsi Gula?
Melansir WebMD, Ada beberapa tanda tubuh si Kecil memiliki kadar gula darah yang tinggi karena terlalu banyak mengonsumsi gula. Beberapa yang sebaiknya Mams waspadai antara lain:
- Beser atau sering buang air kecil karena kemungkinan tubuh mencoba mengeluarkan glukosa berlebih.
- Penurunan berat badan meskipun nafsu makannya besar, karena tubuh mulai memecah otot dan lemak untuk dijadikan energi.
- Merasa haus yang berlebihan karena sering buang air kecil akibat glukosa yang berlebih.
- Mengalami masalah penglihatan karena gula darah yang tinggi bisa menarik cairan dari mata dan mengganggu fungsi penglihatan
- Sering lelah dan rewel karena kekurangan energi akibat fungsi tubuh yang abnormal untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan
Bagaimana Cara Memastikan Anak Mengonsumsi Gula Tidak Berlebihan?
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah anak tidak mengonsumsi gula dalam jumlah berlebih, yaitu:
1. Mulai dari Mams Dulu
Anak menjadi peniru ulung orang tuanya, tak terkecuali dalam hal kebiasaan makan. Orang tua yang sudah terbiasa mengonsumsi makanan sehat pun akan menjadi contoh yang baik untuk anak-anak di rumah.
Di 1000 Hari Pertama Kehidupan, biasakan untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan lengkap.
Sejak si Kecil berada di dalam kandungan, kenalkan ia dengan berbagai jenis makanan alami dan bergizi yang ada di sekitar untuk mengenalkan berbagai rasa.
2. Pahami perbedaan gula alami dan gula tambahan
Gula alami adalah jenis gula yang secara alami terkandung dalam bahan makanan. Misalnya laktosa dalam susu dan fruktosa dalam buah. Gula yang perlu dibatasi adalah gula tambahan, yaitu gula yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk menambah kalori atau meningkatkan cita rasa.
Gula tambahan terdapat pada permen, es krim, kue-kue manis seperti donat, roti, biskuit, serta minuman kemasan seperti teh, jus buah, minuman bersoda, susu berperisa, dll. Gula inilah yang asupannya perlu dibatasi.
3. Baca label informasi nilai gizi pada kemasan
Hindari minuman kemasan yang umumnya tinggi gula. Mams perlu membiasakan diri untuk membaca label informasi nilai gizi dalam setiap kemasan. Perhatikan jumlah gula yang tercantum, apakah layak diberikan pada anak.
4. Mengenalkan Rasa Manis dari Buah-buatan
Dibandingkan memberikan minuman dan makanan kemasan dengan tambahan gula sintetis, Mams bisa membiasakan untuk memberikan buah-buatan yang rasanya manis.
Mams juga bisa membuat camilan sendiri di rumah dari bahan-bahan alami tersebut.
7. Memilih Susu Pertumbuhan Tanpa Gula Tambahan
Saat hendak memilih susu pertumbuhan, pastikan Mams memilih produk yang tepat tanpa gula tambahan agar manfaatnya maksimal.
S-26 Procal GOLD diformulasikan oleh Wyeth Nutrition Expert, kaya akan protein sebagai salah satu komponen esensial dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Mengandung DHA (19 mg/saji) untuk mendukung kematangan otak si Kecil.
Diperkaya dengan Sphingomyelin dan Fosfolipid yang memiliki peran penting untuk perkembangan otak seperti fungsi memori, meningkatkan konsentrasi, dan memperkuat daya ingat serta proses belajar. Selain itu, mengandung Omega 6 (1.094 mg/saji) dan Omega 3 (131 mg/saji).
Susu ini pun kaya zat besi yang menjadi komponen hemoglobin dalam sel darah untuk membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh. Terdapat kandungan vitamin A, C, E, Selenium, dan Zinc yang berkontribusi terhadap fungsi daya tahan tubuh.
Diperkaya 15 vitamin dan 9 mineral dengan serat pangan untuk kesehatan si Kecil. Jangan khawatir Mams, susu tidak mengandung gula tambahan atau 0 gram Sukrosa.
Mams itulah ulasan mengenai kebutuhan gula harian anak, risiko yang ditimbulkan, hingga cara mencegah gula berlebih. Semoga bermanfaat!
Baca Juga:
Benarkah Ada Kondisi Sugar Rush atau Anak Aktif karena Kelebihan Gula? Cek Faktanya!
Prediabetes pada Anak, Bisakah Dicegah dan Disembuhkan?
Beragam Jenis Gula dalam Makanan & Minuman Kemasan, Wajib Tahu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.