Anda mungkin sudah membaca pengalaman Anne Marianne dalam artikel Berhasil Punya Bayi Setelah 2 Kali Alami Blighted Ovum yang musti menunggu lama untuk mendapatkan kehadiran anak karena mengalami dua kali blighted ovum.
Blighted Ovum, Hamil Tapi “Tidak Hamil”

Menurut Miscarriage Association, blighted ovum atau anembryonic pregnancy sama-sama merujuk pada suatu keadaan di mana sel pembentuk janin berhenti berkembang. Namun pada saat yang sama kantung kehamilan, tempat di mana nantinya janin akan tinggal, terus berkembang.
Inilah yang menyebabkan seorang ibu hamil tak menyadari dirinya sedang mengalami blighted ovum karena perut tetap membesar sebagaimana ibu hamil pada umumnya dan tetap menunjukkan tanda-tanda kehamilan seperti mual, pusing dan morning sickness.
Blighted ovum biasanya terdeteksi pada usia kehamilan ke-8 hingga 13 minggu melalui proses USG, yaitu pada saat seorang ibu hamil mulai mengangankan kehadiran seorang bayi yang mungkin telah lama dinantikan.
Kenyataan bahwa ia mengalami blighted ovum bisa membuat sang ibu merasa terguncang, karena ia tidak punya pilihan lain selain menggugurkan kandungan ataupun mengalami keguguran dengan sendirinya.
Apa penyebabnya?
Mengenai penyebab blighted ovum, para ahli mengemukakan beberapa kemungkinan. Pertama, buruknya kualitas sperma dan sel telur, atau pembelahan sel yang kurang baik.
Tubuh ibu hamil dapat membaca ketidaknormalan ini sehingga ‘menghentikan’ proses kehamilan dan mengakibatkan janin tidak berkembang.
Kedua, infeksi TORCH (TOksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes). Virus, bakteri atau parasit penyebab infeksi TORCH bisa masuk ke dalam tubuh ibu hamil melalui daging yang tidak dimasak dengan sempurna atau tercemar feses kucing (toksoplasma), kontak dengan penderita (rubella), tranfusi darah atau hubungan seksual (CMV dan herpes), serta kurang menjaga kebersihan makanan.
Ketiga, ACA (anticardiolipin) yang berujung pada sindrom antiphospholipid atau pengentalan darah. Sindrom ACA mengakibatkan sistem imun atau sistem kekebalan tubuh mengira sel protein normal dalam darah sebagai ‘musuh’ dan membekukan/ mengentalkannya.
Jika seorang ibu hamil mengalami ACA, pembuluh darah yang mengarah ke janin mengalami pembekuan dan saluran makanan janin menjadi tersumbat. Akibatnya janin pun tidak bisa berkembang.
Blighted ovum biasanya akan terdeteksi ketika dilakukan pemeriksaan menggunakan USG (ultrasonografi) pada kehamilan trimester pertama.
Cara pencegahan blighted ovum

Sampai saat ini belum ada cara jitu untuk mencegah terjadinya blighted ovum. Namun Anda tak perlu berkecil hati karena ibu yang pernah mengalami blighted ovum masih memiliki peluang untuk hamil dan melahirkan secara normal.
Anda hanya perlu menunggu hingga 3 kali siklus menstruasi untuk berhubungan seks atau melakukan pembuahan. Jika Anda memiliki riwayat kesehatan yang berkaitan dengan TORCH ada baiknya Anda memeriksakan diri dahulu sebelum menikah agar bisa mendapatkan vaksinasi anti rubella.
Jagalah selalu kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum makan, mencuci bersih sayuran dan buah-buahan dan gunakan selalu sarung tangan jika Anda hendak membersihkan kandang atau kotoran kucing kesayangan Anda.
Selain itu ada saran agar para ibu yang tidak segera hamil tidak memandang sepele kondisi yang dialaminya dan memeriksakan kekentalan darahnya.
Jika kekentalan darah baru diketahui saat hamil, maka bumil harus rutin melakukan pengecekan kehamilan dua kali dalam seminggu hingga kandungan berusia 7 bulan. Pemeriksaan kadar ACA dengan tes laboratorium juga perlu dilakukan ibu hamil setidaknya satu kali setiap 6 minggu.
Sayangnya tidak ada cara untuk memperbaiki kualitas sperma maupun sel telur yang buruk, karena kualitas keduanya telah ditentukan sejak lahir. Memperbaiki pola hidup dan menjauhi stres adalah beberapa cara yang disarankan agar kualitas sperma atau sel telur Anda tidak semakin menurun.
Baca juga
Memasuki usia kandungan 3 bulan, ini perubahan yang dirasakan Shandy Aulia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.