Vaksin COVID-19 untuk Lansia, Apakah Aman Diberikan?
Syarat apa saja yang harus dipenuhi agar lansia bisa mendapatkan vaksin COVID-19?
Amerika Serikat dan sebagian negara di Uni Eropa mulai memvaksinasi warganya yang berusia lanjut. Lantas, apakah vaksin COVID-19 untuk lansia aman diberikan?
Hasil studi menunjukkan bahwa individu berusia 65 tahun ke atas berkontribusi terhadap 9 persen populasi global. Di Indonesia, angkanya tidak jauh berbeda, yakni 9,78 persen. Meski demikian, kelompok ini menyumbangkan 30-40 persen dari total kasus COVID-19 dan 80 persen dari seluruh kasus kematian akibat COVID-19. Sayangnya, walau termasuk kelompok berisiko tinggi, lebih dari 50 persen uji klinis vaksin tidak mengikutsertakan kelompok lansia.
Dari beberapa vaksin yang telah memperoleh izin pakai darurat (EUA) di berbagai negara, baru vaksin buatan Pfizer-BioNTech dan Moderna yang mulai dipakai pada lansia. Secara resmi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menyatakan bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech aman bagi lansia.
Vaksin COVID-19 untuk Lansia
Pemerintah berencana mendatangkan kedua vaksin ini di akhir Februari atau awal Maret 2021 untuk diberikan kepada lansia Indonesia. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih khawatir, apakah keduanya betul-betul aman untuk lansia.
Berikut beberapa hal yang menjadi pertimbangan di masyarakat:
-
Vaksin Tergolong Baru
Sebagian dari Anda mungkin bertanya-tanya bahwa tidak ada cukup waktu untuk meneliti vaksin Covid-19 ini dan memutuskan untuk menunggu sebelum divaksinasi. Tetapi, pendekatan ini juga berisiko, sebab infeksi Covid-19 pada lansia bisa mematikan.
Ada beberapa alasan untuk yakin bahwa vaksin ini aman. Uji klinis vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna melibatkan cukup banyak lansia. Uji klinis vaksin buatan Pfizer-BioNTech melibatkan 44.000 orang, dan 7.500 (17 persen) di antaranya berusia 65 tahun ke atas. Sedangkan uji klinis Moderna melibatkan sekitar 30.000 orang dengan 7.000 (23 persen) di antaranya berusia 65 tahun ke atas. Reaksi atau efek samping terhadap vaksin ini dipantau secara ketat selama lebih dari dua bulan. Pemantauan pun masih berlangsung sampai saat ini.
Evaluasi uji klinis juga melibatkan pihak ketiga, yakni para pakar yang tidak ada hubungannya dengan produsen vaksin agar hasilnya tidak bias. Hasilnya disimpulkan bahwa kedua vaksin ini memang aman bagi lansia.
Untuk lebih meyakinkan, Amerika Serikat, Kanada, sebagian negara di Uni Eropa dan Asia sudah memulai program vaksinasi nasional menggunakan kedua vaksin ini, dengan prioritas tenaga kesehatan dan populasi lansia.
-
Risiko Efek Samping
Salah satu kekhawatiran utama jika vaksin COVID-19 untuk lansia tentu saja terkait dengan keamanan serta efek samping yang bisa muncul.
Dari beberapa uji klinis, efek samping yang timbul rata-rata bersifat ringan hingga sedang, seperti nyeri pada lengan, rasa lemas, dan sakit kepala. Bahkan, sebuah studi yang dimuat dalam jurnal New England Journal of Medicine melaporkan bahwa efek samping vaksin lebih sedikit dialami pada lansia ketimbang kelompok yang berusia lebih muda.
Pada kedua jenis vaksin, efek samping tersebut lebih banyak terjadi setelah menerima suntikan yang kedua. Hampir semua vaksin Covid-19 yang dikembangkan saat ini memang diberikan sebanyak dua kali atau dua dosis untuk memicu respon kekebalan tubuh yang optimal.
Efek samping yang paling ditakutkan sesungguhnya berhubungan dengan reaksi alergi berat, yaitu syok anafilaktik, yang bisa mengancam nyawa. Sejauh ini, terdapat 21 kasus anafilaksis dari 1.893.360 dosis pertama vaksin Pfizer-BioNTech (11.1 kasus per 1 juta dosis). Tujuh puluh satu persen dari kasus-kasus ini terjadi dalam waktu 15 menit setelah vaksinasi.
Kejadian ini tergolong jarang. Namun demikian, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mengeluarkan rekomendasi bahwa vaksin Covid-19 tidak boleh diberikan pada individu yang pernah mengalami reaksi alergi berat terhadap kandungan vaksin apapun di masa lalu.
-
Keamanan vaksin COVID-19 untuk lansia dengan kondisi medis tertentu sempat diragukan
Keamanan vaksin Covid-19 bagi lansia sempat diragukan dengan meninggalnya 33 lansia Norwegia usai mendapatkan vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech. Hasil investigasi menemukan bahwa semua lansia ini berusia 75 tahun ke atas dan memiliki penyakit penyerta yang serius. Sebagian besar lansia tersebut mengalami efek samping seperti mual dan muntah, demam, reaksi lokal pada tempat penyuntikkan, dan perburukan kondisi medis yang dialami.
Berkaitan dengan kasus ini, WHO menyatakan bahwa tidak ada bukti yang kuat bahwa vaksin Pfizer-BioNTech berkontribusi terhadap kematian lansia. Senada dengan WHO, Agensi Kedokteran Norwegia juga menyatakan bahwa penyakit Covid-19 lebih berbahaya bagi sebagian besar lansia ketimbang vaksinasi.
Jadi, Lansia Boleh Divaksin?
Jawabannya, tentu saja boleh. Asal memenuhi syarat dan tidak ada hal-hal yang membuat seorang lansia tidak boleh mendapatkan vaksin pada umumnya.
Sebelum menerima vaksin COVID-19, beritahukan bila Anda atau orang yang Anda sayangi memiliki alergi, demam atau kelainan pembekuan darah. Beritahukan pula bila sistem kekebalan cenderung lemah, seperti pada yang sedang menggunakan obat-obatan untuk kanker atau penyakit autoimun tertentu.
Sejatinya, lansia adalah orang-orang yang ingin dan perlu dilindungi. Hasil analisis risiko versus manfaat vaksin Covid-19 tetap menunjukkan bahwa manfaatnya tetap lebih besar bagi lansia. Dengan semakin banyaknya penggunaan vaksin, nantinya akan lebih banyak informasi terkait hal ini.
Bila belum yakin untuk memvaksinasi orang tua atau orang yang Anda sayangi, silakan berdiskusi dengan dokter Anda. Pastikan pula Anda mencari informasi dari media yang akurat dan terpercaya.