Testis anak tidak turun, apa saja risiko dan bagaimana pengobatannya?

undefined

Hati-hati kelainan testis pada anak ini bisa mengganggu kesehatannya.

Pernah mendengar tentang UDT testis? Sebuah kondisi di mana testis di luar skrotum. Kondisi kelainan pada testis ini juga bisa dialami anak.

Baru-baru ini, saya membaca sebuah pengalaman seorang ibu yang baru saja menemani buah hatinya melakukan tindakan operasi lantaran UDT testis.

Kondisi UDT testis ini dialami oleh Calvin. Sang Ibu, Felicia Denisa dalam akun Instagramnya menuliskan pengalaman yang baru ia rasakan dalam menemani proses penyembuhan pasca operasi karena mengalami UDT testis.

Perempuan senang menulis blog ini mengisahkan bahwa putranya didiagnosis mengalami kelainan testis ketika usianya berusia 1 tahun.

“Sewaktu Calvin berusia setahun lebih, saya berniat memberinya vaksin Japanese Enchephalitis. Sebelum divaksin, tentunya Calvin diperiksa dulu secara fisik oleh dokter yang akan memberinya vaksin. Nah, saat beliau memeriksa bagian skrotum (kantong zakar), tiba-tiba dia bilang, ‘Kok, ini testisnya belum turun ke kantongnya, ya?” tulisnya seperti yang saya kutip dari laman blog pribadinya.

Lebih lanjut, Felicia memaparkan bahwa dirinya bersama sang suami datang ke beberapa dokter untuk mencari second opinion. Nyatanya, semua dokter menyarankan agar anaknya mendapatkan penanganan yang tepat untuk menurunkan testis ke dalam skrotum.

Dikutip dari laman Tempo.co, dr.Tri Hening Rahayatri, Sp.B.,Sp.BA dari RS Premier Jatinegara menjelaskan bahwa Undescensus Testis atau UDT testis adalah suatu kelainan bawaan berupa testis yang berada tidak di skrotum (kantung kemaluan).

Ia memaparkan, saat janin berada di dalam perut ibu, bayi mengalami berbagai perkembangan termasuk testis. Organ ini awalnya berada di dalam perut janin, dan pada usia 28 minggu testis janin turun ke skrotum melalui suatu saluran yang menghubungkan rongga perut dengan skrotum.

Hal ini dipengaruhi beberapa hal, antara lain hormon janin, protein tertentu, dan otot. Bila terdapat gangguan pada proses turunnya testis, maka posisi testis tidak di dalam skrotum, namun posisinya bisa di tempat lain, misalnya di dalam perut atau daerah lipat paha.

Kondisi UDT testis pada anak tentu saja perlu penanganan tepat dan sesegara mungkin. Hal ini untuk mencegah segala risiko yang bisa ditimbulkan di kemudian hari.

Testis anak tidak turun, apa saja risiko dan bagaimana pengobatannya?

dr. Tri Hening juga menjelaskan, jika testis berada di luar skrotum maka akan terjadi perubahan dan kerusakan pada testis. Padahal, testis merupakan organ penting pagi pria. Hal ini karena testis menghasilkan hormon testosteron, suatu hormon yang sangat penting bagi pria.

Bila testis berada di tempat dengan suhu tinggi, maka perubahan yang akan terjadi adalah testis kehilangan sel-sel yang memproduksi hormon.

Dikatakan olehnya, pria dengan riwayat UDT bisa berisiko memiliki kesuburan yang lebih rendah dibanding pria normal. Sedangkan anak dengan UDT testis juga memiliki insiden hernia yang lebih tinggi.

Tak hanya itu, risiko lain yang bisa ditimbulkan bisa terjadi puntiran dari testis (torsio testis) yang menimbulkan nyeri hingga testis yang mati.

Terakhir, risiko paling berbahaya dan perlu dikhawatirkan dari UDT testis adalah terjadinya kanker testis sebesar 5-10 kali dibanding normal.

Sementara, dalam keterangan foto Instagram miliknya, Felicia memberikan keterangan bahwa menurut penelitian, kasus kelainan ini sering dialami 30% bayi laki-laki yang lahir prematur dan sekitar 5% bayi laki-laki yang lahir cukup bulan. Sementara, sang buah hati, Calvin lahir dengan berat badan normal dan cukup bulan.

“Sampai saat ini dokter belum tahu pasti penyebabnya. Ada yang bilang karena faktor hormon ataupun keturunan, tapi di keluarga saya ataupun suami, nggak ada yang pernah ngalamin ini. Gejalanya juga tidak ada. Kita bisa tahu dengan cara melihat dan meraba di bagian skrotum (kantong zakar) dan melakukan USG untuk hasil akurat,” tulis Felicia.

Untuk menyembuhkan kondisi ini ada dua solusi yang bisa dipilih, apa saja?

  • Terapi Hormon
    Tingkat keberhasilan suntik hormon ini hanya 50:50 dan tidak bisa dilakukan 1-2 kali aja.
  • Operasi
    Penurunan testis melalui bedah operasi dilakukan untuk menempatkan testis ke dalam skrotum.

Baca juga:

Ups, bayi ternyata bisa alami ereksi, apa penyebabnya?

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.