5 Ritual atau Tradisi Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia
Mulai dari peringatan satu bulan hingga tujuh bulan. Berikut 5 tradisi kehamilan di Indonesia.
Kehamilan adalah salah satu tonggak perjalanan hidup yang penting. Bagi pasangan suami istri dan keluarganya, kehamilan juga dianggap sebagai momen istimewa yang dinanti-nantikan sehingga diperlakukan istimewa pula. Di Indonesia, ada tradisi yang terkait dengan kehamilan yang dilakukan masyarakat. Apa saja ya tradisi kehamilan di Indonesia yang masih dilakukan sampai sekarang?
Ritual atau tradisi kehamilan itu bermacam-macam bentuknya tergantung budaya setempat. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kehadiran calon buah hati.
Selain itu, tradisi tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dalam merawat kehamilan dan menjaga ibu dan bayi agar terhindar dari mara bahaya.
Meskipun ada pula yang menganggap tradisi itu sebagai mitos belaka, tapi ada juga yang menjadikannya sebagai upacara adat yang percaya tidak percaya dilakukan saja. Apa saja tradisi tersebut?
Tradisi Kehamilan di Masyarakat Indonesia yang Masih Sering Dilakukan
1. Upacara tingkeban atau mitoni dalam adat Jawa
Orang Jawa memiliki tradisi kehamilan yang bernama tingkeban atau mitoni. Upacara ini dilakukan ketika usia kehamilan ibu menginjak tujuh bulan.
Biasanya berisi ritual yang serba-serbinya dilakukan dengan angka tujuh. Misalnya tumpengan yang berjumlah tujuh, ibu yang dimandikan tujuh guyuran dengan pendampingnya yang juga berjumlah tujuh. Bagi orang Jawa, angka tujuh adalah angka istimewa, makanya sering dijadikan sebagai jumlah keberuntungan.
Selain itu, pada saat upacara tingkeban keluarga akan berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Bagi yang beragama islam, ibu hamil akan membaca Al-Qur’an khususnya surah Maryam dan Yusuf.
Artikel terkait: Walimatul Haml, Inilah Doa untuk Syukuran Kehamilan Usia 4 Bulan
2. Mimbit arep yang dilakukan Suku Dayak
Mimbit arep hanyalah salah satu dari beberapa ritual yang mengiringi perjalanan kehamilan seorang perempuan Dayak. Ritual ini mengharuskan ibu hamil diikat pinggangnya dengan sebuah tali yang disebut dengan paling pangereng.
Mengutip Folks of Dayak, secara harfiah “mimbit arep” berarti “membawa diri”, dalam artiannya; membawa diri saja dalam berjalan atau bekerja. Timbulnya istilah ini disebabkan karena menurut kepercayaan dan adat istiadat orang dayak dari zaman nenek moyang, kalau wanita yang sedang hamil itu tidak boleh bekerja berat sebagaimana layaknya wanita yang sedang dalam keadaan normal atau tidak hamil.
3. Mappanre to-mangideng pada Suku Bugis
Menginjak usia satu bulan, ibu hamil dan keluarganya akan melakukan ritual mappanre to-mangideng. Dalam Bahasa Bugis, mappanre to-mangideng sendiri berarti menyuapi ibu hamil dengan makanan-makanan sehat, termasuk makanan kesukaan calon ibu.
Tujuan dilakukannya upacara ini tidak lain untuk menyenangkan ibu hamil sehingga jalan menuju dua bulan, tiga bulan sampai beberapa bulan selanjutnya lebih lapang dan tidak ngidam sesuatu yang sulit ataupun tidak menyehatkan. Untuk alasan inilah, di bulan pertama kehamilan ibu hamil langsung disuguhkan makanan yang ia senangi.
Selain itu, makna dari upacara ini adalah tolak bala atau menghindari hal-hal yang tak diinginkan termasuk roh-roh jahat, sehingga ibu dapat menjalani proses persalinan dengan lancar nantinya.
Artikel terkait: Usia Kehamilan Sudah Menginjak 7 Bulan? Jangan Lupa Bacakan Doa Ini
4. Mangirdak, tradisi tujuh bulanan pada Suku Batak
Serupa dengan Suku Jawa, Suku Batak juga memperingati 7 bulan kehamilan dengan ritual khusus yakni mangirdak. Upacara dilakukan di rumah keluarga pihak ibu hamil.
Biasanya ibu dari perempuan yang hamil yang bertugas memasak makanan favorit anaknya dengan ikan mas arsik sebagai makanan tradisional yang harus ada dalam acara tersebut. Perempuan yang hamil kemudian akan disuapi oleh ibunya dan didoakan segala yang baik dan bermanfaat untuk kehamilannya.
Pihak keluarga juga diundang dan para sesepuh dari keluarga akan memberikan wejangan kepada ibu hamil bagaimana merawat kandungannya, serta doa supaya ibu dan anak selamat ketika saat melahirkan tiba.
5. Suku Aceh punya tradisi mengirimkan makanan saat kehamilan
Bagi Suku Aceh, ritual kehamilan dilakukan saat menginjak bulan kelima dan ketujuh. Pada bulan kelima, keluarga dari pihak istri akan mengirimkan makanan serta kue-kue manis kepada keluarga suami. Dan hal yang sama akan dilakukan oleh pihak keluarga suami dengan mengirimkan lauk-pauk ke keluarga istri.
Barulah menginjak bulan ketujuh, kedua keluarga bertemu dengan ibu hamil dan pasangannya, kemudian dilangsungkan makan bersama. Tradisi kehamilan ini dilakukan untuk mempererat silaturahmi antar keluarga. Kehadiran calon buah hati pastinya akan membuat keluarga semakin erat.
Selain 5 tradisi kehamilan di atas, masih ada banyak lagi ritual atau upacara lainnya yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesia. Semua itu dilakukan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ibu hamil dan janin dalam kandungan. Kalau Bunda, pernah melakukan ritual apa?
Baca juga:
6 Doa untuk Ibu Hamil agar Kandungan Sehat dan Persalinan Lancar