Sudahkah Saya Menjadi Ibu Yang Baik?
Menjadi ibu yang baik, apakah ini tujuan hidup atau justru beban hidup kita? Seorang ibu mengungkapkan 'uneg-uneg'-nya kepada kita semua.
Menjadi ibu yang baik adalah harapan kita dan semua anggota keluarga kepada diri kita. Namun, harapan itu kadang kala menjadi bumerang dan berubah menjadi sebuah beban. Ketika pekerjaan rumah tangga tak kunjung habis, Anda sedang lelah dan anak-anak terus membuat ulah.
Kisah yang dituturkan seorang ibu bernama Rachel kepada theAsianParent berikut akan membuat Anda sadar bahwa Anda tidak sendiri.
Menjadi ibu yang baik tak semudah membalik telapak tangan
Pernah nggak sih kita para ibu, merasa sedih saat membuka kotak bekal anak sepulangnya ia dari sekolah? Sangat sedih, karena ia tak memakan satupun makanan yang dengan susah susah payah Anda siapkan di pagi buta?
Ia ternyata juga lupa menutup tempat minumnya dengan rapat, sehingga tas dan seluruh isinya basah kuyup.
Lantai rumah terasa lengket karena tumpahan susu, dan penuh pasukan semut yang mengelilingi remah-remah biskuit atau sisa makanan di lantai.
Anak-anak asyik bermain air di kamar mandi saat Anda sedang berbicara di telepon dan air berceceran di mana-mana.
Lalu mereka dengan entengnya melemparkan pakaian basah itu ke tumpukan baju kotor yang menggunung.
Lalu Anda pun terpancing emosi, marah dan akhirnya menyesal, serta bertanya dalam hati, apakah saya bisa menjadi ibu yang baik bagi mereka?
Dalam hal berpacu dengan waktu, saya sudah membiasakan anak untuk tidur di jam 9 malam karena si kakak harus berangkat ke sekolah di jam 7.30 pagi. Namun si Kakak baru akan bangun setelah tujuh kali saya bangunkan. Dan saya hanya punya waktu lima menit untuk membantunya mandi, sikat gigi, berpakaian dan makan pagi.
Itulah ‘medan perang’ yang mungkin juga dihadapi setiap hari oleh kaum ibu lainnya.
Ketika anak sakit
Saya rutin memberikan vitamin kepada anak-anak agar mereka tidak mudah sakit, dan saya juga tahu kalau pemberian vitamin yang berlebihan tidak baik. Semua itu saya lakukan agar segala jenis penyakit menjauh dari mereka.
Jam tidur saya yang sudah singkat ini akan menjadi lebih berkurang jika mereka terus merengek dan terjaga sepanjang malam. Di saat sakit mereka juga akan semakin sulit makan dan saya musti membuang lebih banyak lagi makanan yang tidak mereka habiskan.
Saya pun menyalahkan diri saya sendiri jika si kakak atau adik mendadak sakit. Saya merasa gagal menjadi ibu yang baik karena bagi saya menjaga kesehatan anak adalah kewajiban utama seorang ibu.
Dan saya kira anak menjadi sakit karena keteledoran saya dalam memberikan makanan, atau karena saya kurang mengawasi apa yang sudah mereka lakukan sepanjang hari.
Tapi rasa bersalah kadang tidak hanya menghantui ketika mereka sakit. Kadang timbul juga rasa bersalah karena kita tak pernah mengajak anak jalan-jalan ke tempat wisata keren, rasa bersalah tidak bisa membelikan mainan atau pakaian yang bagus-bagus, rasa bersalah karena terlambat menjemput anak pulang sekolah, dan yang utama adalah rasa bersalah karena tidak bisa menjadi ibu yang baik.
Lalu bagaimana dengan masalah keuangan dan pengeluaran rumah tangga? Hmmm .. dengan kondisi kenaikan harga BBM dan kenaikan harga segala jenis barang seperti saat ini, saya pikir kita akan mengeluhkan hal yang sama.
You’ll never walk alone
Betul Bun, Anda tidak akan berjalan sendirian. Ada banyak mama dan ibu yang mengalami hal yang sama, atau bahkan situasi yang lebih sulit di luar sana. Berbicara dengan sesama ibu adalah cara terbaik untuk memahami strategi apa yang harus dipakai untuk melewati fase ini dengan sukses.
Anda bisa melakukannya dengan bersosialisasi bersama tetangga sekitar rumah, atau bergabung dan berdiskusi dalam grup orangtua yang sekarang ini banyak bermunculan di sosmed. Berbagi dukungan dan saran akan membuat fase motherhood Anda menjadi lebih indah untuk dijalani, bahkan di saat-saat terberat sekalipun.
Sering berinteraksi bersama sesama ibu akan membuat Anda mengerti bahwa keberhasilan atau kegagalan kita menjadi ibu yang baik mungkin tak akan pernah kita ketahui hingga akhir hayat. Karena penilaian itu akan diberikan oleh orang lain setelah mengenal attitude dan perilaku anak-anak kita.
Menjadi ibu yang baik memang penting, tapi menjadikan anak kita sebagai anak dan orang dewasa yang baik itu jauh lebih penting. Bukan begitu, Bun?