"Gara-gara suami kecanduan medsos, pernikahanku di ambang kehancuran..."
Suami sibuk dengan HP hingga tidak pernah menghabiskan waktu bersama keluarganya bisa menghancurkan pernikahan. Ini kisah ibu yang mengalaminya.
Suami sibuk dengan HP hingga tidak punya waktu untuk keluarga, tentunya sangat menyebalkan. Waktu berkualitas bersama keluarga jadi terganggu dan tidak menyenangkan karena suami sibuk dengan HP.
Bahkan, kebiasaan suami yang satu ini, berpotensi menghancurkan rumah tangga. Sebab, tidak hanya hubungan suami dan istri yang renggang, namun juga hubungan suami dengan anak.
Seorang ibu membagikan curahan hatinya tentang suami sibuk dengan HP, yang hampir menghancurkan pernikahannya. Dia berbagi kisahnya di laman Babble, namun dengan nama yang disamarkan.
Curahan hati istri yang kesal suami sibuk dengan HP
Aku benci cuaca dingin. Namun, saat ini tidak ada yang lebih dingin dari pernikahanku. Ada ruang kosong di hidupku, di tempat tidurku. Ruang yang sebelumnya diisi oleh pria yang kucintai, namun kini hanya ada kekosongan. Kehampaan. Aku bangun sendirian, pergi tidur seorang diri. Semua ini karena suami sibuk dengan HP. Dia sibuk main chat dan snap dan berselancar di beranda Facebook. Suamiku dan aku sudah melewati banyak hal selama 16 tahun terakhir. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya, di 3 negara bagian yang berbeda. Menghadapi penyakit kronis dan sakit mental, melawan kecanduan, dan bertahan dari pikiran untuk bunuh diri. Dan setelah melewati itu semua, kami melihat hubungan kami tumbuh dari cinta sepasang remaja, menjadi suami istri, kemudian menjadi orangtua. Tapi sekarang, aku tidak tahu apakah kami bisa sukses melewatinya. Aku tidak yakin kami cukup kuat untuk itu. Karena suamiku punya masalah, masalah ponsel. Dia tidak hanya terobsesi dengan benda kecil itu, namun dia sudah kecanduan terhadap ponsel.
Suamiku terobsesi dengan HP dan sosial media
Hal pertama yang ia lihat saat bangun pagi adalah HP, bukan istri atau anaknya. Yang berbaring di sampingnya. Hal ini terjadi setiap hari. Dia menghabiskan waktu di sore hari dengan scrolling di Facebook dan bukan mengobrol dengan keluarganya. Atau bermain bersama anak kami. Di malam hari, dia menonton video-video konyol di media sosial selama berjam-jam. Dia mengacuhkan aku dan malah menghabiskan semua waktunya dengan bermain ponsel. Tapi, kebiasaan buruk suamiku tidak berhenti di situ. Dia selalu bicara di telepon sepanjang hari ketika sedang bekerja, bahkan ketika kami sedang di mobil. Dia menghabiskan waktu berjam-jam membaca status terbaru di Facebook dengan teman-temannya, daripada bicara langsung dengan mereka. Ataupun bertemu dan nongkrong bareng mereka. Dan bukan hanya aku yang menerima akibat dari kebiasaan buruknya ini. Namun putri kami juga harus berusaha keras untuk mendapat perhatian ayahnya. “Ayah, letakkan ponselmu!” putriku yang berusia 4 tahun seringkali mengatakan ini. Namun, suamiku tetap saja acuh tak acuh.
Artikel terkait: 5 Sebab Facebook Bisa Menghancurkan Pernikahan Anda, dan Solusinya
Sayangnya, suamiku tidak melihat hal ini sebagai masalah. Dia pikir aku terlalu emosional dan gampang marah, juga bersikap berlebihan. Dia pikir, aku seharusnya tidak merasa kesal atas kebiasaannya menggunakan ponsel, tapi obsesinya terhadap HP membuatku marah dan dongkol. Hal ini menyebabkan pertengakaran dan perselisihan di antara kami, dan hal yang paling menyakitkan adalah perasaan diabaikan oleh suami sendiri. Percayalah, ini lebih menyakitkan daripada yang kau duga. Bahkan aku merasa suamiku selingkuh dengan ponselnya.
Suami terobsesi dengan ponsel menimpa banyak pasangan
Berdasarkan survey yang dilakukan Only You Forever, 8% pengguna internet yang berada dalam hubungan pernikahan, selalu mengalami argumen dengan pasangannya tentang waktu yang mereka habiskan untuk bermain media sosial.
Bahkan, Daily Infographic juga menyebut bahwa rata-rata orang memeriksa ponselnya 11o kali sehari. Dan 61% dari mereka tidur dengan meletakkan ponsel di bawah bantal, atau di samping ranjang.
Seorang penulis bernama Tristan Harrist menyatakan, obsesi pada ponsel hingga membuat orang tidak bisa melepaskan diri dari benda tersebut dipicu oleh satu hal: Khawatir ketinggalan sesuatu yang penting.
Jika seseorang meyakini bahwa salah satu ruang obrolan di ponsel memiliki informasi yang penting, pesan dari teman, atau bahkan peluang untuk selingkuh. Maka orang akan sulit melepaskan diri dari ponselnya, karena cemas sesuatu yang penting akan terlewat olehnya.
Bahkan eksistensi diri begitu penting hingga semua hal harus dipamerkan di media sosial. Seolah hidup Anda tidak akan bermakna, jika tidak membaginya di media sosial. Namun terlalu eksis di dunia maya membuat kita terpisah jauh dengan orang-orang di dunia nyata.
Kehadiran seseorang di samping kita tidak lagi terasa nyata karena dia sibuk berselancar di dunia maya. Dan mengacuhkan kehadiran kita yang di dekatnya.
Hingga muncul istilah, ‘media sosial mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat’. Oleh sebab itu, bila Bunda juga mengalami apa yang dirasakan oleh ibu di atas, jangan ragu untuk berkata jujur pada suami. Katakan padanya bahwa kesibukannya dengan ponsel menjauhkan dia secara emosional dengan keluarga.
Perdebatan pastinya takkan terelakkan, namun setidaknya Bunda berusaha menyadarkan suami bahwa perilakunya salah. Sadarkan suami bahwa yang terpenting adalah menikmati momen bersama keluarga, bukan membaca informasi terbaru di dunia maya.
Anak dan pasangan seharusnya menjadi yang utama dalam hidup Anda berdua, bukan ponsel dan internet. Bila perlu untuk bekerja, abaikanlah panggilan kerja di luar jam kerja, agar Anda bisa menikmati waktu berkualitas bersama keluarga.