Penelitian: Stop Mengejan Saat Melahirkan, Mengurangi Risiko Robekan di Area Vagina
Sebuah penelitian yang terbit pada bulan Juli 2016 menyebut, bahwa menghentikan praktik mengejan saat melahirkan menurunkan tingkat robekan parah di area vagina. Beberapa rumah sakit mulai menerapkan kebijakan ini.
Selama ini, ibu selalu disuruh untuk mengejan saat melahirkan, agar bisa mendorong bayi keluar dari rahim. Praktik ini dilakukan hampir semua bidan dan dokter di rumah sakit.
Tapi tahukah Bunda, ternyata meminta ibu mengejan saat melahirkan bisa meningkatkan risiko terjadinya robekan di area perineum, yakni area di sekitar anus dan vagina.
Bahkan, tindakan dokter atau bidan yang menarik bayi keluar dari rahim ibu saat bahunya telah terlihat, juga turut memperbesar risiko ibu mengalami luka di area perineum saat melahirkan.
Mengejan saat melahirkan meningkatkan risiko robekan?
Mengacu pada laporan yang ditulis Mothering, kebiasaan menyuruh ibu mengejan saat melahirkan, membuat mereka menderita robekan parah di area perineum. Dan hal ini menimpa hampir 14.000 perempuan di tahun 2013-2014.
Sebuah studi yang terbit pada bulan Juli 2016 menyebut, jika petugas medis berhenti meminta ibu mengejan saat melahirkan. Maka tingkat kasus robekan parah di vagina menjadi berkurang.
Selama 12 bulan, para peneliti menerapkan metode ini. Dan kasus robekan di area perineum saat melahirkan, turun dari 7% hingga 1% saja.
Beberapa panduan saat melahirkan juga menyebut agar perempuan berbaring telentang, tapi peneliti dalam studi ini malah menganjurkan untuk mencoba posisi alternatif.
Baca: Mengenal 7 Posisi Melahirkan Normal
Kebiasaan menarik bayi keluar saat bahunya terlihat juga tidak dianjurkan, karena hal ini menambah tekanan pada area perineum. Menekan telapak tangan di area ini saat kepala bayi mulai terlihat juga menambah tekanan yang dialami vagina.
Peneliti menganjurkan, agar petugas medis membiarkan bayi keluar sendiri, dan hanya menopang berat badan bayi sampai tubuh bayi keluar seutuhnya dari rahim ibu.
Artikel Terkait: Video Gentle C-Section; Membiarkan Bayi Keluar Sendiri Dari Rahim
Lembaga kesehatan seperti The Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) dan the Royal College of Midwives telah menerapkan kebijakan ini. Karena hasilnya terbukti lebih baik dan lebih aman bagi ibu agar tidak mengejan saat melahirkan.
Jadi Bunda, mulai sekarang berkomunikasilah dengan dokter atau bidan Anda. Jika tidak ada komplikasi, Bunda tidak perlu mengejan saat melahirkan nanti, untuk mengurangi risiko robekan pada vagina.
Baca juga:
Cara Menghindari Episiotomi, Sayatan Antara Vagina dan Anus Saat Melahirkan
Proses persalinan merupakan salah satu hal yang akan dialami oleh seorang ibu yang akan memiliki buah hati. Proses tersebut juga menyakitkan saat dilakukan. Bahkan setelah melahirkan, terkadang seorang ibu juga harus menerima jahitan pada area tertentu pada bagian tubuhnya. Risiko kematian juga dapat menghantui orang orang yang sedang melakukan persalinan. Tahukah Anda bahwa mengejan saat melahirkan dapat menimbulkan dampak yang buruk?
Risiko Mengejang Ketika Melahirkan
Pada umumnya saat proses melahirkan, seorang ibu akan disuruh untuk mengejan agar si bayi keluar. Akan tetapi, hal tersebut tentu saja membuat terjadinya robekan pada bagian perineum. Perineum sendiri merupakan area di sekitar vagina dan anus seorang wanita. Bahkan tak jarang saat bahu bayi telah terlihat, seorang bidan akan berusaha menarik sang bayi keluar dari kandungan ibunya.
Kedua tindakan tersebut ternyata dapat menimbulkan efek yang buruk pada wanita. Risiko robekan di area vagina menjadi semakin besar. Tentu saja hal tersebut merupakan hal menyakitkan yang harus ditanggung oleh seorang ibu. Hal ini juga didasarkan pada sebuah laporan yang ditulis oleh Mothering . Laporan tersebut menyebutkan bahwa 14.000 perempuan pada tahun 2013 dan 2014 mengalami robekan parah di area perineum akibat mengejan saat melahirkan.
Tingkat kasus robeknya area vagina seorang ibu yang melahirkan juga akan berkurang saat para medis tidak meminta mereka mengejan. Hal ini dikemukakan oleh sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Juli pada tahun 2016. Selama satu tahun, para peneliti yang bersangkutan melakukan hal tersebut dan terbukti dapat mengurangi kasus tersebut dari 7% hingga ke 1% saja.
Membiarkan Bayi Keluar Sendiri Saat Proses Persalinan
Banyak hal yang bisa digunakan sebagai alternatif lainnya saat seorang ibu sedang melakukan proses persalinan. Juga diketahui bahwa menekan telapak tangan pada area tertentu pada wanita saat kepala bayi mulai muncul juga menyebabkan vagina menerima tekanan yang makin berat. Oleh karena itu, sebaiknya bayi yang ada dibiarkan hingga ia keluar sendiri dari rahim ibunya.
The Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) dan The Royal College of Midwives juga membiarkan agar sang bayi keluar secara alami dari dalam rahim ibunya. Karena hal tersebut memang terbukti lebih aman dan juga baik bagi seorang ibu yang hendak melahirkan anaknya. Misalnya adalah untuk mengurangi risiko terjadinya robekan pada vagina seorang wanita.
Penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa proses mengejan ketika melahirkan justru menyebabkan dampak negatif pada seorang wanita. Seperti misalnya adalah dapat menyebabkan daerah vagina menjadi robek. Tak hanya itu, menarik bayi yang baru terlihat juga menimbulkan dampak yang sama. Disarankan untuk membiarkan sang bayi keluar sendiri karena cenderung lebih aman dan baik bagi sang ibu dan juga anaknya.