theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
  • COVID-19
  • Gizi & Stimulasi
  • Hidrasi Keluarga
  • Cek Alergi
  • Sukses ASI Eksklusif
  • Cari nama bayi
  • Kehamilan
    • Project Sidekicks
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Usia Sekolah
    • Praremaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kecantikan
    • Keuangan
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
  • Videos
    • Kata Pakar Parenting
    • Pilihan Parents
    • Plesiran Ramah Anak
    • Kisah Keluarga
    • Event
    • Kesehatan
    • Kehamilan
    • Tumbuh Kembang
  • Belanja

Penelitian: Risiko Melahirkan dengan Forceps atau Vakum Lebih Tinggi dari Cesar

Bacaan 3 menit
Bagikan:
•••
Penelitian: Risiko Melahirkan dengan Forceps atau Vakum Lebih Tinggi dari Cesar

Penelitian di Universitas Columbia mengungkapkan, bahwa melahirkan dengan forceps atau vakum memiliki risiko komplikasi 80% lebih tinggi dibanding persalinan cesar.

Proses persalinan normal dipercaya adalah jalan terbaik melahirkan bayi secara alami. Dalam keadaan mendesak, tak jarang alat bantupun digunakan dalam proses persalinan normal ini, seperti vacuum dan forceps. Namun, sebuah kajian terbaru mengungkap, persalinan cesar lebih minim risiko daripada melahirkan dengan forceps atau vakum.

Forceps adalah sebuah alat bantu melahirkan, yang berbentuk sepasang sendok besar dengan cara kerja mirip seperti tang. Alat ini berfungsi menjepit kepala bayi dan menariknya keluar dari jalan lahir.

Forceps dikembangkan oleh Sir Kedarnath Das, M.D, yang merupakan seorang OB/GYN di abad ke-19 hingga abad ke-20. Dia mendesain alat ini untuk digunakan pada wanita Indian yang memiliki pelvis lebih sempit.

Penelitian: Risiko Melahirkan dengan Forceps atau Vakum Lebih Tinggi dari Cesar

forceps yang didesain oleh Sir Kedarnath Das. Sumber: Wikipedia

Alat ini akan digunakan jika proses persalinan normal tidak kunjung mengalami kemajuan, atau ibu mengalami kelelahan sehingga tidak lagi sanggup mendorong. Sedangkan bayi sudah harus dikeluarkan. Biasanya dokter juga akan melakukan episiotomi, untuk memudahkan penggunaan alat ini.

Penelitian: Risiko Melahirkan dengan Forceps atau Vakum Lebih Tinggi dari Cesar

Ilustrasi penggunaan forceps. Sumber: Pregistry

Laman The Sun melaporkan, American College of Obstetriticians and Gynaecologists mendorong lebih banyak dokter untuk menggunakan forceps maupun vakum dalam proses persalinan. Pernyataan ini dikeluarkan pada tahun 2014 di Amerika.

Akan tetapi, para peneliti di Universitas Columbia menemukan fakta bahwa risiko komplikasi parah yang terjadi saat persalinan 80% lebih tinggi jika melahirkan dengan forceps atau vakum. Dibandingkan proses persalinan cesar.

Giulia Muraca, pemimpin dalam studi ini menyatakan, “Perlu dipahami bahwa, sama halnya dengan cesar, melahirkan dengan forceps dan vakum adalah prosedur invasif yang memiliki risiko masing-masing.”

“Risiko-risiko yang telah kita ketahui jumlanya, harus dikomunikasikan dengan para wanita yang memiliki kemungkinan mengalami prosedur invasif tersebut. Terutama jika risikonya berada di angka 1 banding 5,” tambahnya.

Untuk lebih memahami risiko yang ditimbulkan saat melahirkan dengan forceps. Tim peneliti melihat laporan medis dari 187,234 kelahiran di Kanada dalam periode 10 tahun. Yang mencakup persalinan normal, menggunakan vakum, forceps, serta cesar. Dengan usia kehamilan antara 37 hingga 41 minggu.

Para peneliti menemukan bahwa persalinan menggunakan forceps dan vakum, memiliki risiko trauma parah 5 hingga 10 kali lebih tinggi dari persalinan cesar. Dalam kasus persalinan dengan forceps, para ibu yang menderita robekan parah berjumlah 19%. 12% pada kasus persalinan dengan vakum, dan 20% pada persalinan yang menggunakan keduanya sekaligus.

Artikel Terkait: Pengakuan Seorang Ibu “Tidak Ada yang Normal Dalam Proses Persalinan Normal yang Kujalani”

Muraca mengatakan, “Para wanita yang harus menghadapi persalinan dengan menggunakan vakum atau forseps harus diberitahu sebelumnya. Sesuai standar informasi dan kesediaan yang berlaku pada proses persalinan normal.”

Muraca juga menambahkan bahwa pilihan ini harus diinformasikan pada para ibu hamil saat mereka sedang merencakan proses persalinan apa yang mereka inginkan.

“Pihak medis seharusnya berhati-hati dalam menyarankan pilihan menggunakan forceps atau vakum, dibandingkan cesar pada para ibu. Kecuali mereka benar-benar bisa mengidentifikasi siapa yang membutuhkan penggunaan alat tersebut,” ungkap Muraca yang merupakan peneliti post doktoral di Universitas Columbia.

Muraca menegaskan, tingginya penggunaan forceps, bisa meningkatkan jumlah kasus komplikasi paska kelahiran. Terutama trauma paska melahirkan, serta komplikasi seperti perdarahan yang parah, dan robekan di area vagina.

Meski demikian, Muraca tetap menekankan penggunaan forceps pada situasi tertentu. Dimana bayi mengalami stres dan alat tersebut berpotensi untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Karena penggunaan alat ini lebih cepat dibandingkan prosedur cesar.

Studi yang diterbitkan pada Canadian Medical Association Journal ini hanya berlaku jika kepala bayi masih berada setengah jalan di pelvis sang ibu. Bila kepala bayi telah turun lebih rendah di jalan lahir, maka forceps dan vacum harus digunakan.

Apakah Bunda juga pernah mengalami proses persalinan dibantu dengan alat ini?

Penelitian: Risiko Melahirkan dengan Forceps atau Vakum Lebih Tinggi dari Cesar

Baca juga:

3 Fakta Tentang Ibu Melahirkan Cesar yang Harus Diketahui Semua Orang

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

Penulis

Fitriyani

  • Halaman Depan
  • /
  • Melahirkan
  • /
  • Penelitian: Risiko Melahirkan dengan Forceps atau Vakum Lebih Tinggi dari Cesar
Bagikan:
•••
  • Video Melahirkan Dibantu Vakum dalam Proses Persalinan Normal

    Video Melahirkan Dibantu Vakum dalam Proses Persalinan Normal

  • Mencegah Kelahiran Prematur

    Mencegah Kelahiran Prematur

  • Tahap pembukaan 1-10 dalam proses melahirkan, ini yang terjadi pada tubuh ibu

    Tahap pembukaan 1-10 dalam proses melahirkan, ini yang terjadi pada tubuh ibu

  • “Tangan kiri bayiku terputus di dalam rahimku," sang ibu ungkapkan penyebabnya

    “Tangan kiri bayiku terputus di dalam rahimku," sang ibu ungkapkan penyebabnya

app info
get app banner
  • Video Melahirkan Dibantu Vakum dalam Proses Persalinan Normal

    Video Melahirkan Dibantu Vakum dalam Proses Persalinan Normal

  • Mencegah Kelahiran Prematur

    Mencegah Kelahiran Prematur

  • Tahap pembukaan 1-10 dalam proses melahirkan, ini yang terjadi pada tubuh ibu

    Tahap pembukaan 1-10 dalam proses melahirkan, ini yang terjadi pada tubuh ibu

  • “Tangan kiri bayiku terputus di dalam rahimku," sang ibu ungkapkan penyebabnya

    “Tangan kiri bayiku terputus di dalam rahimku," sang ibu ungkapkan penyebabnya

  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Sitemap
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami


  • Singapore
  • Thailand
  • Indonesia
  • Philippines
  • Malaysia
  • Sri Lanka
  • India
  • Vietnam
  • Australia
  • Japan
  • Nigeria
  • Kenya
Merek Mitra
Influencer Partner Brand LogoMama's Choice Partner Brand Logo
© Copyright theAsianparent 2021. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan
  • Komuniti
  • Kehamilan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Nutrisi

Unduh aplikasi kami

google play store
Appstore
  • Beriklan Dengan Kami
  • Tentang Kami
  • Tim Kami
  • Hubungi Kami
  • Syarat dan Ketentuan
  • Jadilah Kontributor Kami
Buka di aplikasi