Sibuk Urus Dua Anak, Rahne Putri: "Jangan Lupakan Mimpimu Sendiri Sebagai Individu"
"Kemudahaan yang aku dapatkan sudah sepantasnya bisa menjadi saluran berkat buat orang lain yang membutuhkan," - Rahne Putri.
“Kebanyakan dari teman-teman perempuan punya mimpi ingin melihat anak sukses. Tapi mereka justru lupa dengan mimpinya sendiri. Padahal, menurut aku, kita harus punya mimpi sebagai individu,”kata Rahne Putri.
Kalimat yang diucapkan Rahne Putri ini sangat ‘nancep’ di benak saya. Mengingatkan saya kembali, bahwa saya, mungkin perempuan lainnya yang menjalani peran sebagai ibu, istri, sering kali melupakan mimpinya. Atau mungkin, menguburnya? Bisa jadi.
Padahal, kita sebagai orang tua kerap kali mengingatkan anak-anak, untuk bisa memiliki mimpi. Setinggi-tingginya. Sementara, dengan mimpi sendiri malah abai. Lucu, ya.
Setidaknya, ngobrol dengan Rahne, memberikan saya banyak insight.
Mengenal Sosok Rahne Putri
Rahne Putri. Nama ini mungkin sudah cukup familiar bagi Parents yang sering wara wiri ‘main’ di sosial media.
Saya sendiri sudah cukup lama mengenal sosok ibu dua anak ini lewat ‘cuitannya’. Iya, selain dikenal sebagai digital content creator, Rahne Putri memang dikenal sebagai salah satu selebtweet.
Siapa sangka, setelah cukup lama menjadi salah satu follower sosial medianya, saya justru dipertemukan perempuan kelahiran Surabaya, 24 Maret 1986, lantaran kami sama-sama bekerja di Tickled Media.
Tak berbeda jauh dari gambaran yang bisa saya lihat di social media, Rahne Putri merupakan sosok perempuan yang hangat, yang kerap membagikan pengalaman hidupnya. Tak hanya kisah manis yang pernah lewati, namun juga pahit getir yang bisa dijadikan sebuah pelajaran bagi orang lain. Apa adanya.
Tak aneh rasanya, jika saya dan teman-teman di theAsianparent memutuskan bahwa perempuan yang pernah menelurkan buku berjudul Sadgenic menjadi #parentspiration.
Di tengah kesibukannya, Rahne pun bersedia meluang waktu untuk menjawab berberapa pertanyaan yang saya ajukan. Mulai dari kesibukannya menjalani berbagai peran di tengah pandemi, tentang bagaimana menjadi perempuan berdaya, pola asuh, dan pentingnya untuk menjadi individu yang utuh.
Berikut kutipan obrolan ringan sekaligus mendalam saya dengan Rahne Putri:
Hai Rahne, apa kabar? Sebagai pertanyaan pembuka, sekarang lagi sibuk apa saja, nih?
Hai, Mbak! Alhamdulillah sehat.
Sekarang sih, lagi fokus kerja. Bisa kerja itu bisa bikin aku waras meski saat ini dilakukannya di rumah saja. Ketika aku merasa aku bisa berdaya, bisa kerja, bisa produktif, ini bisa membuat aku lebih hidup.
Saat ini aku kerja di sebuah startup, produk yang fokus untuk ibu hamil dan menyusui, dan anak-anak, Mama’s Choice. Aku juga ibu dari dua orang anak, anak pertamaku laki-laki, usia 5 tahun, yang kedua anak peremuan usia 7 bulan. Ya, so far lagi sibuk ini aja, sih.
Artikel terkait: Seru dan haru, inilah event pertama komunitas Mama’s Choice VIP Club
Ngomongin soal perempuan berdaya, menurut Rahne, apa yang perlu dimiliki seorang perempuan agar bisa berdaya?
Berdaya, berarti perempuan perlu punya mimpi. Mimpi sebagai perempuan ya… bukan mimpi sebagai ibu. Kebanyakan dari teman-teman perempuan punya mimpi ingin melihat anak sukses.
Sama, aku pun juga ingin anak tumbuh sukses, tapi mimpi di sini lebih kepada yang benar-benar kita inginkan sebagai perempuan. Buatku sebagai perempuan kita perlu memupuk mimpi kita sebagai individu, terlepas dari peran kita.
Jangan takut untuk mimpi. Punya kekuatan untuk menjalankan apa yang kita takuti. Kadang perempuan itu banyak takutnya, takut wajar, tapi buat aku coba ubah ketakutan tersebut jadi perencanaan. Jangan lupa untuk percaya diri untuk melakukan, karena menurutku berdaya itu kan punya kekuatan, dimulai ketika kita mau ke mana, dan punya mimpi.
5 Kata yang bisa menggambarkan diri Rahne Putri?
Wah, jujur aku sulit menjawabnya mungkin lebih cocok kalau ditanyain sama yang dekat dengan aku aja, ya.
Ok, dari sekian banyak karakter yang Rahne miliki, apa yang paling disukai?
Aku takut GR, tapi aku sudah melakukan tes karakter, nah, dari sana aku tuh katanya punya jiwa sosial cukup tinggi, dan ini juga bisa jadi ‘bensin’ untuk aku menjalani hidup. Bahwa aku bisa bisa berdampak untuk orang lain. Bisa melakukan sesuatu untuk orang lain, aku suka banget kalau bisa melakukannya.
Yang kedua, aku ini kreatif, makanya aku tuh nggak bisa kalau diem. Aku harus bisa menumpahkannya. Aku juga termasuk orang yang pantang menyerah, apa yang aku mau maka akan aku kejar. Mungkin orang bilang ambisius. Tapi aku percaya, ini yang bikin aku bisa sampai sekarang, bahwa aku bisa memvisualisasikan ambisi aku sampai saat ini.
Apakah karakter tersebut terpengaruh dari pola asuh orang tua?
Aku percaya iya, keluarga adalah tiang utama pembentukan karakter, mereka adalah dasar utama, dan kedua adalah lingkungan. Kalau aku melihatnya, karakter aku memang nggak jauh dari orang tua, mereka orang yang mengajarkan aku kalau hidup itu harus tolong menolong.
Berbuat baik dulu pada orang lain, insyaallah bisa membukakan jalan untuk orang lain dan jalan kita pun akan lebih mudah. Aku sih sangat percaya dengan ini ya.
Aku melihat orang tuaku adalah orang yang baik, sangat peduli dengan orang lain, bahkan kadang suka mikir, ‘Kok nggak ada egois-egoisnya, ya?’ Padahal mereka butuh, kok, malah dikasih ke orang lain, hahahaa.
Tapi buat aku ini sangat inspiring, ketika banyak orang yang berlomba-lomba untuk bisa hidup yang terbaik untuk mereka, tapi orang tuaku ini masih mempedulikan orang lain. Mereka juga cukup modern dan sangat peduli pendidikan
Keluarga itu pernah mengalami turbulancing finansial, dulu sebenarnya pernah nggak tau aku bisa kuliah lagi apa nggak, tapi mereka selalu mengusahakan. Mereka juga nggak pernah memperlihatkan kesusahan itu, dan ketika pun lagi susah, aku nggak pernah merasa kalau miskin. Orang tua aku nggak pernah membuat jiwaku miskin.
Pola asuh orang tua banyak yang Rahne Putri ‘wariskan’ ke anak?
Setelah jadi orangtua tentu yang baik dari orang tua, aku ambil seperti sikap berjuang. Saat ini aku alhamdulillah diberikan kecukupan rezeki, jadi pasti ada keinginan biar anak lebih mudah hidupnya, ya, seperti jadi manja.
Tapi satu sisi aku juga ingat bagaimana orang tua membesarkan aku, bagaimana kita hidup itu harus punya daya juang untuk mendapatkan sesuatu.
Ne, mau dong, tips for Better work-life balance while working remotely?
It’s a such privilege kalau saat ini aku bisa dan memilih bekerja 4 hari dalam seminggu. Itu hal yang aku perjuangkan sejak aku bekerja, lebih tepatnya ini memang untuk kewarasanku. Dari sebelum pandemi, jadi dalam satu hari itu aku bisa me time dan saat akhir pekan bersama keluarga.
Tapi saat pandemi, kerjanya juga dari rumah, jadi yang aku usahakan ini adalah bagaimana nge-plot waktu. Kapan aku bekerja, quality time sama anak, apa saja yang perlu aku lakukan, ini aku coba untuk sinergikan.
Dan dari sana aku sadar sebenernya nggak perlu melakukan banyak hal dalam satu hari, asal fokus aja. Ada waktu untuk kerja, me time, meluangkan waktu bersama anak dan suami, pilih satu aja. Jangan lupa juga istirahat.
Untuk bisa melakukan hal ini juga aku latihnya cukup lama, dulu masih suka ngoyo. Pengen semuanya bisa dikerjakan dalam satu hari, tapi lama-lama akhirnya bisa mengerjakan satu hal. Bikin planning, mulai dari ngatur jadwal menu makanan satu minggu, mau belanja apa saja. Semua disusun dengan rapi.
Aku juga selalu menyertakan suami dalam segala hal perencanaan, misalnya kalau jadwal vaksin, aku kasih tahu juga ke suami. Jadi memang sedetail mungkin aku mencoba menurunkannya dalam jadwal harian.
Situasi pandemi sekarang ini, pernah bikin burn out nggak, sih, Ne? Gimana cara mengatasinya?
Wah, pernah banget! Aku ini kan Aries, ya, kalau yang percaya zodiak, Aries itu ambisius banget, dan menggebu-gebu, nah itulah aku, hahaha. Jadi kadang aku suka merasa bisa nih seharian bisa ngerjain ini itu. Tapi… aku lupa kalau fisik mungkin siap, tapi mental tidak.
Situasi pandemi ini kan tanpa sadar juga masuk ke alam bawah sadar, kita selalu khawatir besok gimana ya, nanti gimana ya? Nah, secara mental kan juga bikin capek, ya. Dan aku suka lupa bisa capek seperti itu.
Kalau sudah begini aku langsung ricek, apa nih yang bikin luber? Kenapa nih emosi aku jadi nggak kekontrol? Yang biasa aku lakukan, aku jadi rutin meditasi, journaling untuk bisa meluruskan apa yang ada di kepala aku.
Nah, kalau ngomongin waktu untuk diri sendiri, kalau me time Rahne Putri sukanya ngapain?
Kalau lagi capek, butuh me time, aku juga biasanya biasanya juga akan bilang ke suami, sih, bahwa aku aku lagi capek. Jadi aku sambat, sambat dengan sehat, dan aku percaya semua peran itu perlu libur. Peran sebagai ibu pekerja, saat jadi ibu, bahkan jadi istri.
Kalau dulu sebelum pandemi aku suka bilang ke suami dan aku bisa pergi. Kalau sekarang paling seharian di kamar sambil nonton, jadi aku libur berperan sebagai ibu. Dan aku juga bisa libur menjadi istri.
Jadi aku memanfaatkan aku waktu sebagai Rahne Putri, apa sih yang benar-benar Rahne Putri sukai, di luar aku menjadi ibu, di luar jadi istri dan karyawati? Nah, biasanya aku suka eksplorasi diri. Kadang jadi dandan, kadang nulis, kadan masak, kadang bikin konten tik tok.
Buatku ini ibarat jadi pintu doraemon, aku bisa menjadi Rahne Putri kembali. Dari sini aku jadi happy lagi dan bisa menjalani peran aku yang lainnya.
Artikel terkait: Bagaimana tandanya bila ibu sudah butuh “me time”? Ini penjelasan psikolog
Bagi Rahne Putri, versi menjadi ibu terbaik seperti apa, sih?
Menjadi ibu yang terbaik itu adalah, menjadi ibu yang terus mengusahakan untuk bisa lebih baik, paling tidak dari yang kemarin. Itu sudah lebih dari cukup buatku.
Kita bisa terus mengusahakan buat diri sendiri, buat anak, buat pasangan, ini sudah patut disyukuri. Ketika aku bisa memastikan kalau tangki cinta aku cukup, aku sebagai Rahne Putri sudah merasa mumpuni, baru deh aku bisa menjadi ibu yang baik.
Karena aku tidak perlu mencari validasi dari orang lain, tidak perlu mencari kelengkapan dari orang lain. Misalnya dengan bilang, kamu harus ‘Mendengarkan mama dong.’ Hal-hal ini yang sedang aku usahakan.
Paling tidak aku bisa menjadi seseorang yang lebih baik dari kemarin, dan terus berusaha mau memaafkan diri sendiri bisa mengambil hikmah, dan bisa selangkah lebih baik sama nggak judging ke orang lain.
Saat anak sudah besar, mau dilihat seperti ibu yang seperti apa?
Aku mau dilihat sebagai ibu yang keren! Bagi aku keren itu banyak dimensi, keren di gaya pengasuhan, keren gayanya, kerjaannya juga keren, aku juga ingin jadi ibu yang energik yang bisa nemenin anak-anak sampai dewasa, dan aku mau jadi ibu keren karena bisa menjadi inspirasi anak-anakku.
Saat ini, apa sih, yang paling Rahne syukuri dalam hidup?
Aduh kalau ditanya mengenai apa yang paling aku syukuri, kayanya banyak banget deh, bisa 100 halaman untuk ini saja, hahahaa. Tapi mungkin, sekarang aku mau titik beratin ke hal-hal yang kecil ya. Hal sederhana yang sebenarnya perlu banget kita syukuri, apalagi saat situasi pandemi seperti sekarang.
Aku merasa hal yang kecil itu kadang suka lupa kita syukuri, mulai dari kita bisa bernapas dengan lega, aku terlindungi di rumah bersama suami, anakku, dan orang tua yang sehat. Ini merupakan berkat yang nggak habisnya untuk disyukuri
Aku yakin di luar sana banyak banget yang sedang struggle dan mau merasakan apa yang aku rasakan. Bisa bernapas dengan mudah, bisa berkumpul dengan keluarga di rumah, dengan kondisi yang sehat, dan aku juga punya pekerjaan.
Malah sekarang akhirnya sering bikin aku mikir, ‘Ya allah aku ini sombong nggak ya? Soalnya sepertinya aku ini masih diberi kemudahan, untuk menjalani hari dengan baik. sementara di luar sana banyak sekali orang-orang yang sedang merasa kesulitan.
Hingga aku percaya bahwa banyak yang bisa kami salurkan kembali, kemudahan yang aku dapatkan sudah sepantasnya bisa menjadi saluran berkat buat orang lain yang membutuhkan.
Sehingga dari sini aku merasa, mari kita melakukan yang terbaik dari rumah kita, saling bantu untuk menjaga. Makanya kalau bisa aku di rumah terus. Tapi beneran deh, Mbak… setiap hembusan napas aku saat ini banyak sekali yang bisa ku syukuri. Jadi nggak perlu nunggu pencapaian besar untuk hal yang bisa aku syukuri.
***
Bagaimana, benarkan apa yang saya bilang, bahwa obrolan saya dengan Rahne Putri sangat insightful?
Baca Juga:
Kisah Inspiratif Valencia Mieke Randa, Berbagi Kebaikan hingga Dikaruniai Anak Spesial
Mendirikan Rumah Ramah Rubella, Grace Melia: "Terharu Bisa Mendekatkan Hubungan Orangtua dan Anak"
Sosok Inspiratif Ayang Cempaka, Illustrator Ternama Sekaligus Ibu dari Dua Anak