"Syakila maafkan kami, nak..." Kisah perjuangan anak penderita penyakit Rubella
"Penyakit rubella itu menyerangnya beberapa syaraf penting, jantung, mata katarak, tuli dan kelumpuhan. Syakila 4 tahun itu baru bisa berjalan. Ternyata rubella itu jahat banget"
Pernah membayangkan berada di posisi orangtua yang mempunyai anak dengan penyakit rubella?
Virus yang bisa menyebabkan seorang anak menderita, sulit menikmati hidup seperti anak-anak lainnya, lantaran virus rubella ini sungguh jahat.
Saya sebelumnya pernah menyaksikan video Grace Melia yang mengisahkan betapa beratnya ia memiliki anak berkebutuhan khusus karena virus rubella. Saya pun ‘menemukan’ video serupa.
Video yang mengingatkan betapa pentingnya imunisasi diberikan untuk anak-anak. Video yang mengisahkan perjuangan seorang gadis mungil benama Syakila yang terserang virus rubella.
“Penyakit rubella itu menyerangnya beberapa syaraf penting, jantung, mata katarak, tuli dan kelumpuhan. Syakila 4 tahun itu baru bisa berjalan. Ternyata rubella itu jahat banget.”
“Waktu kehamilan Syakila saya kena virus rubella dari anak tetangga yang kena rubella. Marilah kita imunisasi anak kita, agar tidak ada lagi anak-anak yang terkena virus rubella. Karena jika satu anak tidak diimunisasi maka akan menjadi BOM untuk anak-anak lainnya, terutama bagi ibu hamil,” ujar ibu Syakila seperti yang saya kutip dalam video singkat.
Melihat, mendengar, terlebih lagi jika saat memang mengenal secara langsung anak-anak yang mengalami penyakit rubella sungguh menimbulkan berbagai macam perasaan.
Khawatir, sedih, kecewa, sekaligus marah. Iya marah, mengingat anak-anak yang menderita ini lantaran jadi korban keegoisan masyarakat yang tidak memberikan imunisasi pada anak-anaknya.
Meskipun tidak mengenal Syakila, ataupun kedua orangtuanya, sebagai orangtua saya cukup paham kalau membesarkan anak spesial seperti Syakila tentu tidak mudah. Tak hanya dari segi biaya, fisik dan perasaan pun pasti akan ikut terkuras.
Aaah… membayangkannya saja saya sudah merasa perih. Entah bagaimana kalau saya ada di posisi mereka. Menjadi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus lantaran terserang virus rubella. Padahal, kondisi ini bisa dicegah. Caranya, tentu saja lewat imunisasi MR.
Penyakit rubella mengancam generasi muda
Kemarin, saya sempat mengikuti kicauan Anjari Mars, pemilik akun twitter dengan nama @anjarisme ini kembali mengingatkan kita semua pentingnya Imunisasi MR. Mengingatkan bahwa imunisasi boleh diberikan pada anak-anak kita semua. Bahkan sebenarnya wajib.
Syakila, maafkan kami ya Nak 😭😢 #imunisasiMR #vaksinmr#vaksinMRBoleh #imunisasimenurutmui #imunisasimenurutislam #vaksinasi#imunisasi pic.twitter.com/jdBzQirjWQ
— ANJARI MARS (@anjarisme) September 19, 2018
Seperti yang dikatakan oleh Ketua MUI, K.H. Ma’ruf Amin, dalam artikel Detik News, “Apabila ada bahaya yang mengancam, penyakit atau menimbulkan semacam kecacatan yang berkelanjutan maka bukan hanya boleh, sebenarnya boleh bahkan wajib.”
Hal ini tentu saja tidak terlepas dengan kondisi yang gawat darurat, pertimbangan bahaya yang bisa ditimbulkan. Jika banyak anak-anak yang tidak diimuniasai MR, mau berapa banyak lagi anak-anak yang menjadi korban seperti Syakila, atau seperti Ubii anak perempuan dari Grace Melia, seorang blogger dan pendiri Rumah Ramah Rubella?
Bukankah kondisi ini bisa mengancam generasi berikutnya?
Kepada awak media, Kyai ini pun mengatakan, “Kalau generasi muda berikutnya mengalami kondisi seperti itu, saya bilang bangsa ini lemah, yang cacat, yang tidak memiliki palagi kompetisi untuk bisa bertahan hidup saja menupakan kesulitan. Karena itu sebetulnya bukan hanya boleh, tapi wajib”.
Faktanya, saat ini target cakupan imunisasi masih belum direalisasikan. Dikutip dari Jawa Pos, cakupan imunisasi MR di Indonesia yakni sebesar 95%, kini baru terealisasi kurang dari 40%.
Beberapa waktu lalu, bahkan masih ada provinsi yang menunda untuk memberikan imunisasi MR ini, yaitu Aceh. Keputusan ini pun berujung dengan risiko adanya ‘tsumani’ rubella. Banyak sekali anak-anak yang akhirnya menderita penyakit rubella.
Kabar baiknya, seperti yang dicuitkan @anjarisme , saat ini Aceh telah membolehkan pemberian vaksin MR.
Data Kemenkes tahun 2013-2017 mencatat, sebanyak 31.339 kasus rubella telah dilaporkan. Sementara, untuk kasus campak, sebanyak 27.834 kasus yang sudah tercatat. Apabila keputusan untuk tidak memberikan vaksin MR, angka ini tentu saja semakin tinggi.
Pernahkah Parents membayangkan jika saat sedang hamil, kemudian virus ini menyerang tubuh? Menyebabkan buah hati yang telah kita rindukan mengalami kecacatan yang harus diderita sepanjang hidupannya?
Saya sering. Dan saya selalu tidak sanggup untuk membayangkan jika kondisi ini saya alami. Betapa berat beban dan penderitaan para orangtua yang memiliki anak yang terinveksi virus rubella. Dan saya tidak ingin menjadi orang egois yang menularkannya.
Seperti yang dicuitkan @nikmabekti saat membalas cuitan @ajarisme, “Yok, jangan egois. Kalau mau bilang, ‘Kita hidup untuk akhirat’, dengan menghindari konsumsi zat haram, coba juga dipikirkan konsekuensi menghindari zat harap tersebut. Tapi justru mendzolimi saudara sendiri. Hablumninaallah, tapi jadi tidak hablumninnas, dong?”
Untuk mencegah anak-anak menderita akibat virus rubella, sudahkah Parents memberikan imunisasi untuk si kecil?