Bius tak mempan saat cesar, Ibu ini alami proses melahirkan traumatis
Ibu asal Batam ini mengalami proses melahirkan traumatis setelah biusnya tak mempan. Bagaimana kisah lengkapnya? Simak penuturan langsung darinya.
Melahirkan memang jadi sebuah pertaruhan nyawa bagi ibu dan anaknya. Seorang ibu bernama Senja Nababan berbagi pengalaman melahirkan traumatis di status Facebooknya yang akhirnya jadi viral.
Peristiwa yang terjadi 4 tahun lalu rupanya masih sangat lekat di dalam ingatannya. Meskipun rasa sakit teramat sangat yang ia rasakan sudah lama berlalu, namun ia masih belum lupa penderitaan yang ia alami setelah melahirkan bayi kembarnya di rumah sakit.
Bayi kembar Zane Melsen Siregar dan Zake Melsen Siregar memang lahir dengan sehat lewat prosedur operasi cesar. Namun masalahnya adalah bius yang diberikan pada sang ibu tak mempan sama sekali.
Dengan niat berbagi cerita, ia menuturkan kisah melahirkan traumatis yang ditulisnya lewat akun Facebook bernama Naomi Nababan berikut:
Ia mengawali ceritanya dengan proses melahirkan cesar dengan bius epidural. Anehnya, begitu selesai melahirkan anak terakhirnya ini, ia merasa bahwa kakinya dapat digerakkan.
Berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, ia pikir mestinya tubuhnya masih mati rasa. Ia heran ketika bisa menggerakkan jari kakinya.
Sekalipun perawat mengatakan bahwa semua baik-baik saja, kenyataannya rasa sakit yang ia rasakan setelahnya sangat pedih.
Penderitaan teramat sangatnya mulai tak tertahankan. 5 menit, 10 menit, hingga 7 jam berselang, tak ada kemajuan sama sekali. Sekalipun dosis bius sudah ditambah oleh dokter anestesi.
Artikel terkait: Mitos salah seputar operasi cesar.
“Meskipun sudah di beri obat penghilang rasa sakit dari infus, penenang, morfin dan saya tidak tau apa yang di tempelkan di lengan saya, saya rasa saya mendengar sabu tempel dari suster nya, agak kurang jelas,” ujar istri dari Rimmeld Anthonius Siregar yang alami melahirkan traumatis.
Bius yang dimaksud adalah bius lokal yang memang penggunaannya ditempel. Setelah menggunakan bius itu, rasa sakitnya memang berkurang.
Ketika ia hendak buang air kecil untuk pertama kalinya, Senja langsung kaget. Ia mendapati bahwa di vaginanya terdapat kain kasa menggantung.
Senja baru pertama kali mengalami itu setelah melahirkan anak pertamanya, Naomi dan anak kedua Josua Melsen.
“Saya tidak melihat adanya kaitan antara kain kasa yang ditinggal atau tertinggal di rahim saya dengan obat bius yang langsung habis karena kan bius itu di suntikkan langsung ke tulang punggung/belakang saya. Sementara kasa di dalam rahim,” tutur ibu yang tinggal di wilayah Batam Center ini.
Pihak keluarganya pun sempat mempertanyakan hal tersebut. Namun ia tak mendapatkan penjelasan apa-apa.
Bahkan, ia pun tak mendapatkan permintaan maaf apapun dari rumah sakit terkait bius yang tak mempan serta kain kasa yang tertinggal di rahim. Padahal pengalaman melahirkan traumatis itu sangat menyakitkan.
“Tidak ada permintaan maaf dari pihak dokter atau RS, bahkan kami belum mendapatkan penjelasan mengapa bisa bius saya langsung habis secepat itu, dan mengenai kain kasa itu juga, mengapa kami tidak di informasikan sebelumnya,” kisahnya.
Ia melanjutkan, “saat tindakan itu di ambil pihak dokter tidak merasa melakukan kesalahan, sampai sempat ada adu argumen saat itu dengan adik saya, sampai dokternya bilang, ‘saya ini lebih paham masalah ini bu, bukan ibu!’.”
Senja mengaku bahwa tidak ada kompensasi biaya sama sekali dari rumah sakit. Saat prosedur cesar tersebut, ia juga sekaligus memasang KB steril.
“Bahkan kami yang harus membayar lebih karena kami juga baru tahu, ternyata anak kembar dihitung 2 kali melahirkan jika menggunakan asuransi Jamsostek.”
Penjelasan dokter soal kasa tertinggal di rahim
Atas apa yang dialami Senja, dokter Abd Halik Malik, MKM menjelaskan bahwa kain kasa itu bukanlah berada di rahim seperti yang dirasakan oleh Senja. Soal prosedur pun, apa yang dilakukan adalah prosedur standar yang memang tak perlu dijelaskan pada pasien.
“Pemasangan kain kasa itu fungsinya untuk menghentikan pendarahan yang terjadi setelah ibu melahirkan. Prosedur ini adalah hal yang lumrah. Letaknya pun di vagina, bukan di rahim,” ujar Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia cabang DKI Jakarta ini.
Ia menuturkan bahwa cara menghilangkannya memang hanya ditarik dari luar saja. Bahayanya pun tidak ada sama sekali karena justru kain kasa itu mengandung obat yang dapat mengeringkan luka.
Dokter Halik juga menjelaskan bahwa porsi bius setiap pasien berbeda-beda sehingga reaksi yang dirasakan oleh pasiennya pun akan beragam. Sehingga sebenarnya itu bukan termasuk kesalahan dokter.
Senja mengaku bahwa ASI-nya sempat susah keluar. Namun trauma melahirkan yang ia alami tak berlangsung lama karena ia segera fokus mengurusi anak kembarnya yang lucu.
Baca juga:
Manfaat dan Risiko Prosedur Anestesi Epidural saat Melahirkan