X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
  • Korea Update
  • Hidrasi Keluarga
  • Cari nama bayi
  • Perawatan Ibu dan Bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
    • Korea Update
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Aku Hamil
    • Tips Kehamilan
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Project Sidekicks
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Usia Sekolah
    • Praremaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Videos
    • Kata Pakar Parenting
    • Plesiran Ramah Anak
    • Pilihan Parents
    • Kisah Keluarga
    • Kesehatan
    • Kehamilan
    • Event
    • Tumbuh Kembang
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP

Mastitis - Penyebab, Gejala, Cara Mengobati dan Mencegah

Bacaan 8 menit
Mastitis - Penyebab, Gejala, Cara Mengobati dan MencegahMastitis - Penyebab, Gejala, Cara Mengobati dan Mencegah

Mastitis merupakan infeksi yang menyerang wanita menyusui ataupun menyapih anaknya. Bagaimana cara mencegahnya? Bacalah selengkapnya di sini.

Bagi seorang ibu baru, perjuangan pertama yang harus ia taklukan adalah menyusui. Bukan tanpa sebab, proses menyusui bayi tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, tak sedikit ibu menyusui alias busui yang kerap mengalami masalah saat menyusui bayinya. Salah satunya yaitu mastitis.

Mastitis adalah infeksi yang menyerang wanita yang sedang menyusui atau menyapih anaknya. Penyakit ini dapat menimbulkan pembengkakan dan peradangan di payudara. Infeksi ini tentu saja membuat aktivitas menyusui yang semula menyenangkan bagi bunda dan buah hati, berubah menjadi mimpi buruk yang selalu ingin dihindari.

Menurut data yang diperoleh dari WHO, sekitar 10% dari ibu menyusui mengalami mastitis. Mastitis biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan atau pada saat menyapih. 

Meski sering dikaitkan dengan ibu menyusui, ternyata mastitis memiliki 2 jenis yang tidak hanya dialami busui, yaitu mastitis laktasi dan mastitis periductal. Seperti namanya, mastitis laktasi juga disebut mastitis nifas merupakan jenis infeksi yang memengaruhi ibu menyusui. 

Sementara mastitis periductal bisa menyerang perempuan menopause dan pascamenopause, serta perokok. Infeksi payudara ini juga disebut ektasia saluran susu, kondisi ini terjadi ketika saluran susu menebal. Puting pada payudara yang terkena dapat membelok ke dalam (puting terbalik) dan mengeluarkan cairan seperti susu.

Artikel Terkait: Ibu dengan mastitis, boleh menyusui? Ini penjelasan dokter!

Table of Contents

  • Gejala-Gejala Mastitis
  • 5 Penyebab Mastitis yang Perlu Bunda Ketahui
  • Faktor Risiko Terjadinya Mastitis
  • Pencegahan Mastitis
  • Cara Diagnosis Mastitis
  • 7 Cara Mengobati Mastitis dengan Beberapa Langkah
  • Komplikasi dari Mastitis
  • Kapan Harus ke Dokter

Gejala-Gejala Mastitis

Gejalanya tampak berbeda-beda pada setiap ibu menyusui. Namun yang paling umum adalah:

  • Payudara terasa hangat dan nyeri bila disentuh.
  • Payudara terasa bengkak dan mengeras seperti benjolan.
  • Mengeluarkan cairan putih kekuningan seperti nanah.
  • Kulit kemerahan.
  • Tubuh terasa meriang demam lebih dari 38,3 derajat Celcius.

5 Penyebab Mastitis yang Perlu Bunda Ketahui

Mastitis ini disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam jaringan payudara sehingga menimbulkan payudara membengkak ataupun infeksi dalam skala yang bervariasi dari ringan hingga amat berat. Selain itu, ada penyebab lain:

1. Celah luka di daerah puting

Bakteri ini masuk melalui celah luka yang biasanya disebabkan oleh kuatnya daya hisap bayi pada permukaan areola (puting) kemudian berkembang biak dan menyebabkan infeksi. Infeksi ini bisa berupa luka bernanah yang ada di sekitar areola, bisa juga terjadi di dalam payudara.

2. Bersentuhan dengan benda yang mengandung bakteri

Payudara tersentuh oleh benda yang mengandung bakteri atau mulut bayi yang mengandung bakteri hingga masuk melalui saluran air susu dan berkembang biak di dalam payudara.

3. Pengulangan dari infeksi sebelumnya

Pernah mengalami mastitis pada periode menyusui sebelumnya? Penyakit ini bersifat mengulang, terlebih pada ibu menyusui yang pernah mengalaminya sebelumnya.

4. Anemia

Memiliki penyakit anemia dapat  menurunkan daya tahan tubuh  ibu menyusui dalam menghadapi bakteri.

5. Saluran ASI tersumbat

Pemberian ASI tidak maksimal sehingga terjadi pembengkakkan akibat saluran ASI tersumbat. Kondisi ini rentan terhadap serangan bakteri. 

Dengan kata lain, jika payudara tidak sepenuhnya kosong saat menyusui dan salah satu saluran ASI Anda bisa tersumbat, maka penyumbatan menyebabkan susu untuk kembali masuk ke dalam kelenjar dan menyebabkan infeksi.

Faktor Risiko Terjadinya Mastitis

Mastitis paling sering terjadi selama 6 sampai 12 minggu pertama menyusui. Namun tahukah, penyakit ini dapat dialami siapa saja, tak terkecuali perempuan yang tidak menyusui dan laki-laki. Adapun beberapa faktor risiko terjadinya penyakit ini yaitu:

  • Implan payudara.
  • Diabetes atau penyakit autoimun lainnya.
  • Eksim atau kondisi kulit serupa.
  • Goresan di kulit karena mencabut atau mencukur bulu dada.
  • Tindik puting.
  • Mengenakan bra yang ketat atau menekan payudara saat menggunakan sabuk pengaman atau membawa tas berat yang dapat membatasi aliran ASI.
  • Selalu menggunakan satu payudara untuk menyusui.
  • Produksi ASI yang terlalu banyak.
  • Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
  • Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
  • Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
  • Penggunaan krim pada puting.
  • Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit di antara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
  • Teknik perawatan yang tidak tepat.
  • Terlalu lelah atau stres.
  • Nutrisi buruk.
  • Merokok.

Pencegahan Mastitis

Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor risiko di atas. Adapun beberapa pencegahan terjadinya penyakit ini menurut berbagai ahli, yaitu:

  1. Ibu disarankan untuk memerah ASI menggunakan pompa ASI atau tangan setiap 3 – 4 jam sekali. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif.
  2. Susui bayi di satu sisi, biarkan payudara kosong, sebelum beralih ke payudara lainnya. Lalu, ganti posisi menyusui untuk mengosongkan seluruh area payudara.
  3. Gunakan jari untuk menghentikan isapan bayi pada puting susu jika ibu perlu berhenti menyusui.
  4. Jangan memakai bantalan menyusui (breast pad) atau bra ketat yang menjaga puting tetap lembab.
  5. Pastikan untuk mencuci tangan dengan baik dan mencuci alat pompa ASI dengan sabun dan air panas agar tidak menjadi sumber kontaminasi.

Cara Diagnosis Mastitis

Berdasarkan laman Mayo Clinic, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan menanyakan tanda dan gejala mastitis. Kultur ASI Anda dapat membantu dokter menentukan antibiotik terbaik untuk ibu menyusui, terutama jika perempuan memiliki infeksi parah.

Namun menurut laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu diperlukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu jika:

  • pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2 hari
  • terjadi secara berulang
  • terjadi di rumah sakit
  • penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur. Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.

Meski tidak meningkatkan risiko kanker payudara, namun, gejala mastitis mirip dengan gejala kanker payudara inflamasi. Jenis kanker payudara yang langka ini menyebabkan perubahan kulit payudara. Tanda mungkin termasuk lesung pipit dan ruam payudara yang memiliki tekstur kulit jeruk. Seperti halnya penyakit ini, satu atau kedua payudara bisa menjadi merah dan bengkak. Kanker payudara inflamasi biasanya tidak menyebabkan benjolan payudara. 

Dokter mungkin merekomendasikan mammogram, ultrasound, atau keduanya. Jika tanda dan gejala mastitis tetap ada bahkan setelah menghabiskan penggunaan antibiotik, ibu menyusui mungkin memerlukan biopsi untuk memastikan tidak menderita kanker payudara.

Artikel Terkait: Perbedaan Mastitis dan Kanker Payudara

7 Cara Mengobati Mastitis dengan Beberapa Langkah

Untuk membantu mengurangi dampak risiko mastitis pada ibu menyusui, langkah-langkah berikut bisa dilakukan, yaitu:

  1. Banyak beristirahat.
  2. Minum banyak cairan dapat membantu membantu memulihkan kondisi tubuh.
  3. Hindari memakai bra yang terlalu ketat atau terlalu longgar.
  4. Mengompres payudara yang bengkak dengan menggunakan kain hangat.
  5. Menggunakan kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.
  6. Berikanlah ASI hingga semua susu yang ada dalam payudara habis, sebab, susu yang tersisa dalam payudara dapat mengendap dan menyebabkan pembengkakan payudara.
  7. Pastikan posisi tubuh benar untuk menghindari risiko puting robek atau terbelah.

IDAI juga menyarankan untuk mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering pada tahap awal pengobatan. Selain itu, cara mengobati mastitis bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan, seperti analgesik dan antibiotik.

Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada penyakit ini, seperti pemberian ibuprofen. Namun ketahui, dosis pemberian ibuprofen yang baik untuk ibu menyusui. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis. Selain ibuprofen, analgesik lain yang dapat diberikan pada ibu menyusui adalah paracetamol.

Sementara, antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 sampai 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Sayangnya, hal ini meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina. Jika mastitis tidak hilang setelah minum antibiotik, segera konsultasikan dengan dokter di bidangnya.

Komplikasi dari Mastitis

Jika tidak diobati dengan benar, infeksi payudara seperti mastitis dapat menyebabkan kumpulan nanah (abses) berkembang di payudara. Abses biasanya membutuhkan drainase bedah. Untuk menghindari komplikasi ini, konsultasikan dengan dokter segera setelah mengalami tanda atau gejala mastitis.

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, penyedia layanan kesehatan mungkin akan melakukan operasi kecil atau menggunakan jarum kecil untuk mengalirkan nanah. Seringkali, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik IV. Abses payudara tidak akan hilang dengan kompres hangat.

Kapan Harus ke Dokter

Walau terkesan sepele, namun jangan anggap meremehkan mastitis. Ibu harus segera menghubungi dokter, jika beberapa hal ini terjadi, seperti:

  • Nyeri payudara.
  • Perubahan cara payudara terlihat atau terasa.
  • Benjolan yang baru ditemukan.
  • Keluarnya puting.
  • Memburuknya gejala penyakit ini setelah 24 jam antibiotik atau perawatan di rumah.

Itulah informasi lengkap mengenai mastitis. Sebaiknya, segera lakukan pengobatan jika mengalami beberapa gejala penyakit ini, atau segera menghubungi pelayanan kesehatan terdekat.

Cerita mitra kami
Ketahui Makanan yang Harus Dihindari Ibu Menyusui dan Menu Sehat untuk Tingkatkan Kualitas ASI
Ketahui Makanan yang Harus Dihindari Ibu Menyusui dan Menu Sehat untuk Tingkatkan Kualitas ASI
Breast Pump 101: Cara Memilih Pompa Elektrik Vs Pompa Manual untuk Bunda Menyusui
Breast Pump 101: Cara Memilih Pompa Elektrik Vs Pompa Manual untuk Bunda Menyusui
Tetap Bisa Menyusui Bayi Setelah Kembali Aktif Bekerja? Ini Solusinya
Tetap Bisa Menyusui Bayi Setelah Kembali Aktif Bekerja? Ini Solusinya
Akui Tak Mudah, Cherly Juno Ceritakan Pengalaman Menyusui Bayi Kedua
Akui Tak Mudah, Cherly Juno Ceritakan Pengalaman Menyusui Bayi Kedua

Artikel diperbaharui oleh Nikita Yulia

Mastitis
my.clevelandclinic.org/health/diseases/15613-mastitis

Mastitis: Pencegahan dan Penanganan
www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan

Mastitis
www.mayoclinic.org/diseases-conditions/mastitis/diagnosis-treatment/drc-20374834

Baca Juga:

Kenali Radang Kelenjar Susu, Gejala dan Cara Mengobatinya

Ibu dengan mastitis, boleh menyusui? Ini penjelasan dokter!

 

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

Liza P. Arjanto

Diulas oleh:

dr.Gita Permatasari

  • Halaman Depan
  • /
  • Menyusui
  • /
  • Mastitis - Penyebab, Gejala, Cara Mengobati dan Mencegah
Bagikan:
  • Ibu ini tunjukkan foto mastitis, bentuk perjuangannya dalam menyusui anak

    Ibu ini tunjukkan foto mastitis, bentuk perjuangannya dalam menyusui anak

  • 5 Penyebab mastitis yang wajib diwaspadai ibu menyusui, catat Bun!

    5 Penyebab mastitis yang wajib diwaspadai ibu menyusui, catat Bun!

  • Jadi Ayah Sambung, 7 Artis Ini Tak Pilih Kasih dengan Anak Tirinya

    Jadi Ayah Sambung, 7 Artis Ini Tak Pilih Kasih dengan Anak Tirinya

  • Kepala Bayi Sudah Terlihat, Ibu Ini Melahirkan di Mobil Dibantu Suami

    Kepala Bayi Sudah Terlihat, Ibu Ini Melahirkan di Mobil Dibantu Suami

app info
get app banner
  • Ibu ini tunjukkan foto mastitis, bentuk perjuangannya dalam menyusui anak

    Ibu ini tunjukkan foto mastitis, bentuk perjuangannya dalam menyusui anak

  • 5 Penyebab mastitis yang wajib diwaspadai ibu menyusui, catat Bun!

    5 Penyebab mastitis yang wajib diwaspadai ibu menyusui, catat Bun!

  • Jadi Ayah Sambung, 7 Artis Ini Tak Pilih Kasih dengan Anak Tirinya

    Jadi Ayah Sambung, 7 Artis Ini Tak Pilih Kasih dengan Anak Tirinya

  • Kepala Bayi Sudah Terlihat, Ibu Ini Melahirkan di Mobil Dibantu Suami

    Kepala Bayi Sudah Terlihat, Ibu Ini Melahirkan di Mobil Dibantu Suami

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2022. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.