Inilah 4 jenis gangguan pendengaran pada anak dan cara mengobatinya!
Jenis gangguan pendengaran pada anak perlu orangtua ketahui untuk mencegah anak semakin parah. Berikut adalah 4 jenis gangguan pendengaran!
Saat ini, 466 juta orang di dunia mengalami gangguan pendengaran. 7 persen diantaranya adalah anak anak. Berikut ini kami akan berikan penjelasan lengkap mengenai masalah pendengaran yang bisa menimpa anak.
Jenis-jenis masalah pendengaran pada anak yang perlu Anda ketahui
Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher yang berpraktik di RS Pondok Indah, dr. Hably Warganegara, Sp. THT-KL, MARS menjelaskan beberapa jenis gangguan pendengaran pada anak berikut ini:
#1: Tuli Kongenital
Tuli konginetal yaitu tuli berat/sangat berat yang terjadi sejak lahir. Tuli konginetal disebabkan oleh faktor bawaan (riwayat hamil, riwayat lahir), dan didapat (infeksi).
Gejala tuli konginetal yaitu anak belum dapat bicara sesuai usia (delayed speech). Tuli konginetal dapat menyebabkan berbagai masalah seperti:
- Gangguan THT (25 % penyebab gangguan bicara pada anak )
- Ganggaun psikologi
- Gangguan sentral.
Untuk mengetahui apakah anak mengalami tuli konginetal, Bunda wajib curiga jika anak mengalami hal-hal berikut ini:
- 12 bulan belum dapat mengoceh atau menirukan bunyi
- 18 bulan tidak mampu menyebut 1 kata yang memiliki arti
- 24 bulan perbendaharaan kata kurang dari 24 kata
- 30 bulan belum dapat merangkai kata.
Pengobatan terhadap tuli konginetal:
- Pasang Alat Bantu Dengar (ABD)
- Implan koklea (operasi)
- Penanganan setelah pemakaian ABD/Implan Koklea (Habilitasi Pen Audio Verbal Therapy (AVT/terapi mendengan
- Memasukkan anak pada sekolah khusus, dan memberikan pemahaman pada masyarakat dan sekolah.
#2: Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB)
Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran atau tuli akibat terkena suara bising yang cukup keras dalam jangka lama. Gangguan GPAB terletak di telinga tengah.
Bising yang dapat menimbulkan gangguan bisa berasal dari bising industri pabrik, tempat bermain anak, penggunaan gadget, earphone, dan lainnya. Hably bahkan menyebutkan pada beberapa tempat bermain anak, kebisingan biasanya diatas 90 desibel.
“Di beberapa kota di Indonesia, tempat bermain anak memiliki tingkat kebisingan rata-rata di atas 90 dB, jadi orangtua bukannya menyenangkan anak, tapi justru membahayakan pendengaran anak,” ungkapnya.
#3: Otitis Media Akut (OMA)
OMA atau biasa disebut congek, yaitu infeksi akut telinga tengah oleh bakteri atau virus. Gejala OMA yaitu rasa penuh dan nyeri telinga. OMA biasanya diawali batuk pilek/ISPA.
OMA Sering disebabkan oleh batuk pilek. Faktor risiko OMA yaitu usia bayi & anak. Sering Pilek berulang (RINITIS ALERGI). Makanan minuman seperti sering makan fast food, Hipertrofi adenoid dan Imunitas rendah.
Pengobatan OMA yaitu harus kontrol ke dokter spesialis THT. Kontrol sampai dinyatakan gendang telinga telah menutup.
#4: Kotoran telinga
Kotoran telinga atau disebut juga serumen, diproduksi dari kelenjar sebasea dan kelenjar seruminosa. Serumen dapat keluar sendiri akibat migrasi epitel dan gerak rahang. Serumen berada di 1/3 bagian luar liang telinga, dan bisa terdorong kedalam.
Saat melakukan pemeriksaan pada banyak anak di beberapa daerah di seluruh Indonesia, dr. Hably menceritakan bahwa dirinya banyak menemui kasus anak anak yang mengalami penurunan pendengaran akibat penumpukan serumen.
Serumen memang tidak bisa dibersihkan sembarangan karena terdiri dari banyak jenis, yaitu:
- Gumpalan keras, yang terdorong ke dalam telinga
- Jenis kotoran kering, biasanya tidak bisa terambil tanpa cutton bud, dan berisiko terdorong ke dalam telinga
- Kotoran normal yaitu yang bisa keluar sendiri tanpa dibersihkan
- Jenis Kotoran keras, juga sulit dibersihkan dengan cutton bud dan bisa terdorong ke dalam
Di Indonesia sendiri, lebih banyak debu jadi masyarakatnya berisiko memiliki kotoran telinga yang lebih banyak. Dan 10 persen anak mengalami kotoran telinga yang tidak normal, dan mengalami gangguan pendengaran karena kotoran telinga ini.
Gangguan pendengaran ini dapat ditangani dengan cara menyempatkan diri membawa anak ke dokter THT untuk mengetahui jenis kotoran telinga anak. Jangan sampai kotoran telinga menumpuk dan menimbulkan gangguan pendengaran.
***
Semoga bermanfaat.
Referensi: Web MD
Baca juga:
Waspada Infeksi Telinga pada Bayi: Gejala, Cara Mengatasi, dan Mencegah