Mengenal Kehamilan Superfetasi, Hamil Dua Janin tapi Bukan Kembar!
Meski sangat jarang terjadi, tapi Bunda patut mengetahui kondisi kehamilan superfetasi, yakni hamil dengan dua janin yang berbeda usia.
Setiap ibu pasti memiliki kondisi kehamilan yang berbeda-beda, tapi bagaimana jika seorang ibu yang sudah hamil, lalu mendadak ia hamil lagi? Mungkin Bunda bingung, tapi kondisi ini memang ada, yaitu kehamilan superfetasi.
Superfetasi adalah pembentukan janin di dalam rahim ketika janin lain sudah ada di dalam rahim lebih dulu, atau Bumil yang hamil lagi dalam waktu bersamaan. Artinya, ia akan mengandung dua janin yang beda usia.
Lalu, kedua janin yang dikandung juga bukan bayi kembar. Sebab, dikutip dari Hellosehat, kedua janin berasal dari sel telur dan pembuahan berbeda, umur kedua janin juga berbeda, biasanya terpaut beberapa hari atau beberapa minggu.
Artikel terkait : Aneh tapi Nyata, Sepasang Anak Kembar Memiliki 2 Ayah Berbeda
Bagaimana kondisi kehamilan superfetasi bisa terjadi?
Melansir dari situs Healthline, kehamilan terjadi ketika sel telur dibuahi oleh sperma. Sel telur yang dibuahi kemudian menanamkan dirinya di dalam rahim perempuan.
Agar terjadi superfetasi, sel telur lain yang berbeda perlu dibuahi dan kemudian ditanamkan secara terpisah di dalam rahim. Namun, kondisi ini sangat mustahil terjadi, karena setelah adanya pembuahan, hormon di tubuh seharusnya menghentikan proses ovulasi.
Akibatnya, sel telur juga tidak akan dihasilkan sampai sembilan bulan ke depan. Di sisi lain, hingga saat ini masih belum ada penelitian yang berhasil menjawab bagaimana ibu hamil bisa berovulasi ketika ia sedang hamil.
Menurut dokter kandungan dr. Jeffrey Kuller, yang dikutip dari situs WebMD, kondisi kehamilan superfertasi ini sangat langka terjadi. Begitu juga menurut laporan yang ada, kondisi kehamilan seperti ini jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Adakah gejala kehamilan superfetasi yang bisa dikenali?
Akibat superfetasi sangat jarang, tidak ada gejala khusus yang terkait dengan kondisi ini. Akan tetapi, superferasi dapat dicurigai ketika seorang dokter memerhatikan bahwa janin kembar tumbuh pada tingkat yang berbeda di dalam rahim.
Selama pemeriksaan USG, dokter akan melihat bahwa kedua janin memiliki ukuran yang berbeda. Kondisi ini biasa disebut ketidaksesuaian pertumbuhan.
Walau demikian, dokter mungkin tidak akan mendiagnosis langsung seorang ibu hamil dengan superfetasi setelah melihat bahwa ukuran janin kembar berbeda. Hal ini karena memang ada beberapa penjelasan yang lebih umum untuk gangguan pertumbuhan janin.
Salah satu contoh adalah ketika plasenta tidak mampu mendukung kedua janin secara memadai (insufisiensi plasenta). Penjelasan lain adalah ketika darah tidak terdistribusi secara merata antara si kembar (transfusi kembar ke kembar).
Adakah komplikasi yang terjadi pada kondisi kehamilan superfetasi?
Komplikasi superfetasi yang paling rawan terjadi adalah janin yang usianya lebih muda akan berisiko dilahirkan prematur. Hal itu karena janin memiliki tahap pertumbuhan yang berbeda dengan janin lainnya selama kehamilan.
Apabila lahir prematur, maka bayi akan berisiko lebih tinggi memiliki masalah medis, seperti:
- Kesulitan bernapas
- Berat lahir rendah
- Masalah pergerakan dan koordinasi
- Kesulitan makan
- Pendarahan di otak
- Neonatal respiratory distress syndrome (NRDS), gangguan pernapasan yang disebabkan oleh paru-paru yang kurang berkembang
Selain itu, perempuan yang mengandung lebih dari satu bayi akan berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi tertentu. Di antaranya adalah:
- Preeklampsia
- Diabetes gestasional
- Operasi caesar, waktu operasi caesar tergantung pada perbedaan perkembangan kedua janin
Adakah cara untuk mencegah kehamilan superfetasi terjadi?
Bunda dapat mengurangi peluang superfetasi dengan tidak melakukan hubungan seksual setelah hamil, atau menggunakan kondom saat bercinta. Namun, hal ini jangan dijadikan sesuatu yang terlalu dikhawatirkan, karena superfetasi sangat jarang terjadi, bahkan langka.
Oleh karena itu, sangat tidak mungkin bahwa Bunda akan hamil untuk kedua kalinya jika melakukan hubungan seks saat hamil. Lagi pula, dokter juga tidak melarang Bunda dan pasangan untuk melakukan hubungan badan saat hamil, asalkan kondisi kehamilannya aman.
Dari beberapa kasus potensi superfetasi yang dilaporkan dalam literatur medis, sebagian besar terjadi pada perempuan yang menjalani perawatan kesuburan.
Seorang perempuan harus diuji untuk memastikan dirinya tidak hamil sebelum menjalani perawatan, lalu ikuti semua rekomendasi dari dokter kesuburan jika menjalani IVF, termasuk tentang pantangan tertentu.
***
Demikian informasi tentang kondisi kehamilan superfetasi. Semoga informasi ini bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi Bunda.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita PermataSari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi