Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

Saat hot flashes terjadi, kulit mungkin terlihat memerah, atau berkeringat di malam hari sehingga dapat menganggu tidur.

Hot flashes adalah sensasi hangat atau panas yang mendadak di tubuh bagian atas. Biasanya, kondisi ini paling intens muncul di area wajah, leher, dan dada.

Hot flashes sering dikaitkan dengan gejala atau masa transisi menopause, yaitu ketika periode menstruasi tidak teratur dan akhirnya berhenti. Namun demikian, kondisi medis lain juga bisa menyebabkannya.

Para ahli menduga, keluhan ini terjadi karena adanya penurunan kadar hormon estrogen yang memengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu.

Saat hot flashes terjadi, kulit mungkin terlihat memerah, atau berkeringat di malam hari sehingga dapat menganggu tidur. Berikut ini pembahasan lebih lanjut tentang hot flashes seperti dirangkum dari berbagai sumber.

Artikel terkait: 9 Cara Mempersiapkan Diri untuk Menghadapi Menopause

Hot Flashes: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasi

Bukan Hanya Menopause, Ini Penyebab Hot Flashes dan Cara Mengatasinya

Hot flashes paling sering disebabkan oleh perubahan kadar hormon sebelum, selama, dan setelah menopause. Tidak jelas persis bagaimana perubahan hormonal menyebabkan keluhan ini.

Namun, sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa hot flashes terjadi ketika penurunan kadar estrogen, menyebabkan termostat tubuh (hipotalamus) menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu tubuh.

Ketika hipotalamus menganggap tubuh terlalu hangat, ia memulai rangkaian proses hot flashes untuk mendinginkan tubuh.

Hot flashes dan keringat malam, jarang disebabkan oleh sesuatu selain menopause. Akan tetapi, ada juga penyebab potensial lain, yaitu efek samping pengobatan, masalah dengan tiroid, dan kanker.

Gejala Hot Flashes

Hot flashes bisa muncul secara tiba-tiba dengan durasi umumnya 30 detik hingga beberapa menit, tapi bisa juga lebih lama. Gejala yang muncul bisa terasa setiap hari atau beberapa hari dalam 1 minggu dan dapat berlangsung selama lebih dari 7 tahun.

Biasanya, hot flashes akan ditandai dengan keluhan dan gejala tertentu, seperti:

  • Sensasi panas atau hangat pada tubuh bagian atas, terutama pada dada, leher, atau wajah
  • Kulit memerah dan muncul bercak-bercak
  • Jantung berdegup dengan cepat (palpitasi)
  • Keluar keringat di bagian yang terasa hangat
  • Muncul perasaan cemas
  • Hot flashes bisa muncul di siang atau malam hari. Hot flashes yang terjadi saat tidur dikenal dengan sebutan night sweats atau keringat malam.

Artikel terkait: Penelitian: Tinggal Bersama Mertua Berisiko Merusak Kesehatan Wanita

Beberapa Faktor Risiko

Hot flashes

Tidak semua perempuan yang dalam masa transisi menopause mengalami hot flashes. Belum diketahui pula mengapa sebagian perempuan mengalaminya, dan sebagian lainnya tidak.

Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko hot flash, di antaranya:

  • Merokok. Perempuan yang merokok lebih mungkin untuk mendapatkan hot flash.
  • Kegemukan. Indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi dikaitkan dengan frekuensi hot flash yang lebih tinggi.
  • Genetik. Perempuan dari ras kulit hitam lebih banyak melaporkan mengalami hot flash selama menopause, daripada perempuan dari ras lain. Perempuan Asia dilaporkan jarang mengalami hot flash.

Penyebab Hot Flash yang Bukan karena Menopause

Mengutip dari Hello Sehat, menurut Beth Battaglino, RN, CEO dari HealthyWomen, sebuah LSM terkait kesehatan wanita, meskipun hot flash adalah gejala umum menopause, nyatanya kondisi ini bisa menyerang siapa saja, kapan saja, dan dengan berbagai penyebab yang berbeda. Hot flash bahkan juga bisa menyerang pria.

Berikut ini penyebab hot flashes yang bukan menopause.

1. Efek Samping Obat

Sensasi gerah dan keringatan tiba-tiba akibat hot flash bisa terjadi karena efek samping obat yang Anda konsumsi. Beberapa jenis obat yang menimbulkan efek samping hot flash adalah obat antidepresan, obat kemoterapi kanker payudara, dan obat penghilang rasa sakit.

Jika ini yang terjadi, jangan buru-buru menghentikan konsumsi obat, namun konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

Biasanya gejala hot flash akan perlahan surut seiring tubuh beradaptasi dengan efek obat. Pada kasus lainnya, dokter mungkin akan mengganti dosis atau jenis obatnya sehingga Anda tidak lagi merasakan hot flash.

2. Kelebihan Berat Badan

Penumpukan lemak dalam tubuh dapat memperlambat kerja metabolisme tubuh. Saat metabolisme tubuh Anda berjalan lambat, artinya tubuh lambat dalam membakar lemak.

Lemak adalah sumber energi yang dipakai tubuh untuk menghangatkan tubuh. Itu sebabnya orang yang memiliki banyak cadangan lemak akan lebih mudah merasa hangat atau kepanasan.

Untuk mengatasi hal ini, Anda perlu mengelola berat badan Anda dengan diet dan olahraga teratur. Sebuah penelitian dari University of California di San Francisco melaporkan bahwa risiko hot flash menurun drastis pada wanita yang kelebihan berat badan tapi rutin berolahraga dan diet sehat.

3. Masalah Kesehatan Tertentu

Ada beberapa masalah kesehatan yang bisa menyebabkan sensasi hot flashes, seperti hipertiroid dan tumor pankreas. Jika Anda mengalami hot flashes tanpa penyebab yang jelas, sebaiknya segera pergi ke dokter untuk mengetahui penyebab dan pengobatan pastinya.

4. Makanan dan Minuman Bisa Jadi Penyebab Hot Flashes

Makanan pedas, minuman berkafein, dan minuman alkohol bisa menyebabkan sensasi kegerahan dalam tubuh.

Berbagai makanan pedas merangsang ujung-ujung saraf lidah untuk mengaktifkan peningkatan suhu tubuh yang menimbulkan reaksi fisik, termasuk pelebaran pembuluh darah, berkeringat, menangis, dan kulit memerah.

Serangkaian gejala inilah yang menyebabkan Anda merasa kepanasan saat makan makanan pedas.

Bahkan pada beberapa orang, hot flash bisa terjadi sebagai reaksi alergi makanan dan minuman tertentu.

5. Suhu Kamar Tidur Terlalu Panas

Tidur dalam kondisi ruangan yang panas kering, misalnya karena pakai selimut terlalu tebal atau bahan baju tidur Anda tidak menyerap keringat, bisa menyebabkan kegerahan dan berkeringat di malam hari. Maka dari itu, Anda mungkin sering terbangun di tengah malam.

Solusinya, gunakan pakaian dengan bahan yang lebih tipis dan nyaman saat dipakai tidur dan jangan gunakan selimut untuk sementara waktu sampai Anda merasa suhu tubuh telah kembali normal.

Artikel terkait: Faktor Terjadinya Menopause pada Pria, Kasih Tahu Suami yuk Bun

6. Cemas dan Stres yang Berlebihan

Hot flashes

Rasa cemas, khawatir, maupun stres yang terlalu berlebihan dapat meningkatkan risiko Anda mengalami hot flash. Sebab saat Anda merasa cemas atau stres, biasanya hormon adrenalin tubuh akan meningkat yang akan menghasilkan sensasi hangat dari dalam tubuh tubuh.

Solusinya, segera atasi stres dengan berbagai kegiatan sederhana yang bisa mengembalikan mood Anda. Misalnya, berlatih teknik pernapasan dalam, mendengarkan musik, atau meditasi.

Cara Mengatasi Hot Flashes

Saat hot flash datang menyerang, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meredakan gejalanya, yaitu:

  • Jangan panik dan usahakan untuk tetap tenang. Tarik dan hembuskan napas secara perlahan. Ulangi beberapa kali sampai merasa lebih tenang dan rileks.
  • Kompres dingin area wajah, leher, atau dada yang terasa hangat.
  • Konsumsi minuman dingin.
  • Meskipun tidak bisa menghilangkan gejalanya secara permanen, cara-cara di atas setidaknya mampu meredakan rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh hot flash.

Artikel terkait: Kisah Gadis Mengalami ‘Menopause’ Sejak Kecil, Sebuah Kelainan yang Sangat Langka

Selain cara-cara tadi, beberapa hal berikut juga bisa dicoba untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat hot flash:

1. Menerapkan Pola Hidup Sehat

Mengubah pola hidup menjadi lebih sehat juga dapat membantu untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat hot flash. Upayakan untuk menjaga berat badan tetap ideal dengan berolahraga secara teratur dan mengonsumsi makanan sehat.

Selain itu, hindarilah merokok dan konsumsi minuman beralkohol. Batasi juga konsumsi teh, kopi, dan makanan pedas, ya.

2. Menjalani Terapi

Terapi penggantian hormon bisa menjadi solusi untuk meredakan gejala menopause pada perempuan, termasuk hot flash. Terapi ini dapat mencegah gejalanya muncul kembali dalam waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun atau kurang.

Selain itu, terapi lain juga bisa menjadi alternatif, seperti akupuntur. Sama halnya dengan terapi penggantian hormon, terapi ini juga diyakini efektif untuk meredakan gejala hot flashes.

Melakukan meditasi secara rutin, menggeluti hobi, atau melakukan kegiatan positif lainnya juga bisa membantu untuk tidak fokus pada keluhan hot flash.

 

Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.

***

Baca juga: 

Penting untuk Diketahui! 7 Efek Menopause pada Tubuh Perempuan

10 Keputusan Penting Yang Harus Dibuat Sebelum Melahirkan

Aneh Tapi Nyata, Ini Cerita Evan Lelaki Transgender yang Melahirkan Seorang Bayi

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.