Kanker leukimia pada anak bisa disembuhkan, perjuangan Natarini Setianingsih menjadi buktinya
Didiagonasis leukemia atau kanker darah pada usia 12 tahun, perempuan ini kini dinyatakan sudah sembuh total.
Sudahkah Parents mengetahui gejala awal penyakit leukimia pada anak?
Hal ini penting dilakukan untuk membantu proses penyembuhan anak yang telah didiagnosis kanker. Dibandingkan orang dewasa, anak-anak yang mengalami kanker memang cenderung lebih kuat, sehingga bisa menjalani terapi dan perawatan sehingga proses penyembuhannya lebih cepat.
Setidaknya, kisah perempuan satu ini menjadi salah satu bukti bahwa kanker leukimia pada anak memang bisa disembuhkan.
Berbeda dari anak remaja kebanyakan, Natarini Setianingsih (34 tahun) justru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan pengobatan di rumah sakit setelah dokter mendiagnosis dirinya terkena kanker pada usia 12 tahun.
Peristiwa ini memang sudah terjadi hampir 19 tahun silam, namun perempuan yang kerap di sapa Rini ini menandaskan bahwa ia masih ingat perjuangannya melawan penyakit kanker darah atau leukimia. Termasuk dengan kesigapan orangtuanya mencari tahu gejala awal penyakit leukimia.
Ditemui di Gedung Adhyatma, Kementerian Kesehatan RI, spesialis anak sekaligus konsultan onkologi dari rumah sakit kanker Dharmais, Jakarta, dr. Mururul Aisyi, Sp A(K) mengatakan bahwa gejala awal penyakit leukimia adalah kondisi anak yang sering kali terlihat pucat dan demam.
Selain itu, diagnosis leukimia bisa semakin menguat jika anak mengalami pendarahan di organ tubuhnya,
Kepada rekan jurnalis, perempuan yang bekerja di bagian publikasi jurnal ilmiah RS Kanker Dharmais ini menceritakan perjuangannya melawan leukima. Termasuk, bagaimana motivasi yang diberikan orangtuanya untuk terus semangat melewati proses pengobatan.
Meskipun proses yang dijalankan terasa begitu berat, perlu melakukan kemoterapi 6 kali dan radiasi 11 kali, selama 2 tahun, hingga kondisi fisiknya sempat memprihatinkan, kini Rini sudah bisa bernapas lega. Pasalnya, ia telah membuktikan bahwa penyakit kanker, khususnya leukimia sebenarnya bisa disembuhkan.
Berikut ini hasil wawancara theAsianparent Indonesia dengan Rini:
Masih ingat, bagaimana reaksi pertama Anda dan orangtua saat dokter mendiagnosis Anda mengalami penyakit leukimia?
Kaget, karena saya sebelumnya juga sudah tahu penyakit leukimia itu apa. Saat saya didiagnosis memang sangat khawatir. Mikirnya, bisa sembuh nggak ya? Ya, terbayang memang kematian. Kanker itu kan dianggap penyakit ganas, apalagi tahun itu memang masih jarang, belum lagi harus bolak balik ke Jakarta untuk pengobatan.
Ibu saya juga tidak termasuk orangtua yang cengeng. Begitu saya dinyatakan leukimia, beliau tegar. Terbawa perasaan memang sudah pasti, merasa sedih, dan drop, bahkan seperti kata orang-orang, saya dan orangtua sempat merasa dunia seakan runtuh. Tapi orangtua saya memang akhirnya harus bangkit kembali cari pengobatan untuk saya.
Dulu saling menguatkan. Ibu saya dengan nenek, bersama keluarga besar sering ikut saya ke rumah sakit, temenin saya, termasuk saat saya melakukan bor tulang sumsum. Mereka ada di samping saya. Ini yang bikin saya termotivasi. Saya ingin bersama keluarga, pulang ke rumah.
Bagaimana gejala awal penyakit leukimia yang Anda rasakan?
Jadi waktu itu, tahun 1996 saya baru masuk sekolah kelas 1 SMP. Awal masuk, kondisi saya ngedrop. Gejala awal penyakit leukimia yang saya rasakan, awalnya saya terlihat pucat, dan demam. Tapi setelah dikasih obat pereda demam, memang reda, tapi besoknya kambuh kembali. Begitu terus.
Akhirnya saya dibawa ke dokter, dibilangnya malah malaria. Dokter lain bilang saya kena liver karena saya juga terlihat pucat dan kuning. Terakhir, karena selama sebulan nggak sembuh-sembuh akhirnya dirujuk untuk datang ke spesialis darah, ketika itu HB saya 8. Saya pun dirujuk ke RSCM.
Selama masa pengobatan, apa yang dirasakan paling terasa berat?
Saya ini kan tinggal di Pandeglang, sementara berobat di Jakarta. Jadi waktu itu saya harus jalan jam 5 subuh untuk naik bis menuju RSCM. Saat komoterapi, efeknya itukan mual dan muntah, kalau sekarang diingat-diingat nggak kebayang, sih, bagaimana bisa saya menjalaninya saat itu.
Apa yang paling memotivasi Anda untuk bisa terus berjuang melawan kanker leukimia?
Keluarga. Mereka memang saling menguatkan. Ibu saya dengan nenek, bersama keluarga besar sering ikut saya ke rumah sakit, temenin saya. Mereka ada di samping saya. Ini yang bikin saya termotivasi. Saya ingin bersama keluarga, dan bisa pulang ke rumah.
Saat ini, dokter sudah menyatakan sembuh total?
Iya, karena sudah lebih dari 5 tahun. Pengobatan dari tahun 1996 sampai tahun 1999. Tapi memang setiap tahun saya tetap melakukan kontrol.
Bagaimana dengan pola hidup yang Anda lakukan saat ini?
Saya harus tetap olahraga meskipun memang nggak berat, sekadar senam, atau bersepeda. Saya pun sering minum jus sayuran, mengurangi gula dan garam. Ini membuat badan memang terasa jadi jauh lebih terasa enak.
Saat ini saya benar-benar menikmati hidup karena kanker survivor itu memang nggak boleh stres, jadi benar-benar menikmati hidup.
Ada pesan yang ingin Anda sampaikan khususnya pada orangtua?
Dulu saya terkena kanker ketika umur 12 tahun, jadi saat itu saya sudah bisa mengidentifikasi sakitnya seperti apa. Yang saya lihat, anak-anak yang masih kecil dan mengalami kanker leukimia, apalagi yang masih balita mereka hanya bisa menangis. Sampai orangtua juga bingung harus melakukan apa.
Tapi percaya saja bahwa kanker sebenarnya bisa disembuhkan. Saya belajar dari ibu saya, mereka memang cepat tanggap, mengetahui gejala awal penyakit leukimia.
Memang kuncinya itu di orangtua, harus tanggap dan tahu gejala awal penyakit leukimia. Jika anak sudah terdiagnosis kanker, semangat saja dulu. Tetap positif, karena ini bisa membantu pengobatan anak. Dengan begitu kemo dan radiasi jadi lancar. Proses ini memang nggak mudah, tapi pasti bisa dilalui.
Baca juga:
Anak 3 tahun menjadi penyintas kanker payudara termuda di dunia!