"Istriku, maafkan aku yang telah menyia-nyiakanmu selama ini..."
Doa suami yang ditinggalkan istrinya ini begitu menyayat hati. Dia menyesal telah menyia-nyiakan istrinya selama ini. Iapun berdoa agar istrinya hidup kembali.
Seringkali, kita menyia-nyiakan orang yang berharga dalam hidup kita. Hingga akhirnya saat ia tiada, kita baru sadar betapa kita sangat membutuhkannya. Jeritan hati dan doa suami yang ditinggal mati istrinya berikut ini mengundang simpati banyak warganet.
Dalam sebuah akun Facebook, kisah ini dibagikan tentang seorang suami yang ditinggal mati istrinya, dan harus mengurus anak sendiri. Kesulitan hidup tanpa seorang istri, membuat dia menyesal atas perlakuannya pada sang istri selama ini. Doa suami ini memohon pada Tuhan untuk mengembalikan istrinya.
Kisah suami yang menyesal menyia-nyiakan istrinya selama ini
Di rumahku masih terlihat banyak orang usai istriku dimakamkan. Kepalaku masih pusing karena terlalu banyak menangis, memandangi jasad istriku dikuburkan. Juga melihat anak-anakku yang kehilangan ibu mereka. Lama aku terdiam memandangi gundukan tanah merah yang menimbun jasad istriku. Terbayang kembali semua kenangan semasa dia hidup. Bagaimana dia menghadapi perilaku kasarku, ketidakpedulianku, bahkan membiarkannya berjuang sendiri agar nafkah sedikit yang kuberikan cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Kupikir, proses pemakaman adalah yang hal paling sedih, namun ternyata itu tidak ada apa-apanya dibanding kehidupan yang kami jalani tanpa kehadiran istriku. Malam pertama sepeninggal istriku, rumah terasa kosong, para pelayat sudah pergi, anak-anak gelisah dan enggan tidur tanpa ibunya. Mereka tak berhenti menangis. Aku hanya bisa memeluk mereka, berusaha meredakan kesedihan mendalam di hati mereka.
Putriku yang berusia 5 tahun berkali-kali masuk ke kamarku, memanggil nama ibunya. Seakan ia lupa bahwa ibunya telah tiada, lalu ia akan keluar dari kamar dengan wajah kecewa.
Beratnya hidup tanpa istri harus kulalui sendiri
Malam itu sangat berat kami lalui, aku tak bisa memejamkan mata sama sekali. Anak-anak tidur dengan gelisah. Putra sulungku yang berusia 9 tahun ternyata menangis sambil melekatkan wajahnya di bantal, agar tangisannya tak terdengar. Sedangkan adiknya yang berusia 7 tahun tidur sambil sesekali mengigau memanggil ibunya.
Aku tak tahu apa yang bisa kulakukan, rumah kami terasa hampa tanpa kehadiran istriku.
Selama 3 hari, rumahku selalu dikunjungi kerabat dan keluarga yang membantu mengurus rumah dan memasak untuk kami. Ada pula tetangga yang datang dan membantuku menghiburku. Namun, di hari keempat realitas yang sebenarnya baru datang. Hari ketika anak-anak kembali ke sekolah. Kami semua bangun pagi, tapi kami seperti orang linglung, bingung harus melakukan apa. Biasanya ada istriku yang menyuruh mandi dan sholat, selesai mandi pakaian kami siap, dan sarapan pun terhidang. Kami semua berangkat dalam kondisi rapi dan perut kenyang. Tapi hari ini kami diam, seperti anak ayam kehilangan induknya. Karena di rumah tak ada yang bisa dimakan, akhirnya aku keluar membeli sarapan. Saat itu aku kaget mendapati uang Rp.50.000 habis untuk membeli sarapan kami berempat. Sedangkan biasanya uang segitu kuberikan pada istriku dan cukup untuk makan sampai malam, seringkali saat dia minta tambahan aku malah memarahinya.Rumah kami yang biasanya rapi terlihat berantakan, betapa selama ini aku selalu meremehkan kerja kerasnya.
Hari itu, anak-anak terlambat pergi ke sekolah. Dan aku masih linglung di tempat kerja. Sampai Guru TK tempat putriku sekolah menelepon, katanya anakku sendirian tidak ada yang menjemput. Akupun minta izin atasan untuk menjemput mereka. Kujemput putriku di TK, juga kakaknya yang kembali meneleponku minta dijemput. Aku kelabakan karena tak tahu jadwal sekolah mereka. Akupun tak bisa kembali ke kantor karena harus menjemput mereka satu per satu. Sesampainya di rumah, anak-anak mengeluh lapar. Biasanya mereka dibekali makan oleh istriku, dan putri bungsuku akan dijemput dan makan di rumah sebelum menjemput kakaknya setelah makan. Saat itu aku sadar, istriku memiliki pengaturan waktu yang hebat. Karena tak ada pilihan, aku pergi ke warung makan untuk membeli makan siang sekaligus makan malam. Di sana aku habiskan sekitar 200 ribu. Padahal ini baru sehari berlalu, bagaimana sebulan? Gajiku tak cukup jika pengeluaran setiap hari segitu. Malamnya, anak-anak kembali mengeluh mereka tidak bisa pergi mengaji karena tidak ada yang mengantar. Aku hanya bisa diam, merindukan istriku yang telah berpulang.Doa suami yang disadarkan setelah istrinya meninggal
Ya Allah, inilah caraMu menegurku. Hidupku kacau tanpa sosok istriku, keuangan terpuruk, anak-anak tidak terurus dengan baik, makanan kesukaanku tak pernah ada lagi. Rumah dan tanaman hias tak lagi terlihat indah dan nyaman, karena tak ada sentuhan tangan istriku. Andai aku bisa, aku ingin menebus semua kesalahan yang pernah kuperbuat pada istriku. Seandainya saja dia masih ada, aku pasti akan memperlakukannya dengan lebih baik, membantunya mengurus rumah dan anak-anak, menyayanginya sepenuh hati, tak lagi berkata kasar padanya. Aku tak pernah tahu betapa lelahnya dia mengurus rumah dan anak-anak setiap hari, tapi masih sering menerima bentakan dariku saat aku stres sepulang kerja. Saat dia minta tambahan uang belanja, aku selalu marah padanya. Padahal, saat kusunting menjadi istri, dia rela berpisah dari keluarga, dan hidup sederhana bersamaku. Kini aku merasakan, sehari saja tanpamu hidupku kacau balau. Aku menangis sejadi-jadinya dalam sholatku. Maafkan aku istriku, andai aku bisa menebus semua salahku padamu, aku rela menukarnya dengan nyawaku. Kehilanganmu sangatlah berat untukku dan anak-anak. Selama ini aku menutup mata atas semua urusan rumah tangga, hanya fokus kerja saja. Baru kutahu bahwa istriku juga telah bekerja keras setiap hari, memastikan kebutuhanku dan anak-anak tercukupi dengan nafkah seadanya yang kuberi.
Doa suami untuk istri yang telah tiada
Istriku, aku berdoa semoga lelahmu jadi ibadah, semoga semua hal yang kau lakukan untuk kami membawamu ke surga, semoga engkau bahagia di alam sana. Aku menangis tersedu membayangkan wajahmu yang tak pernah mengeluh lelah, tak pernah meminta hal yang tak bisa kupenuhi. Kau sabar dalam menghadapiku yang sering kasar, bahkan tak peduli pada keluarga kita. Kau adalah ibu yang luar biasa, kesedihan selalu menyelimuti wajah anak-anak setelah kau tiada. Mereka masih sering memanggil namamu, sambil menangis karena merindukanmu. Kini, kusadar betapa berartinya dirimu bagiku. Aku merasakan cinta yang menggebu ketika kau sudah tak lagi di sisiku. Istriku, sungguh maafkan aku. Yang menyadari cintaku padamu, ketika kau telah berbaring tenang di pusaramu.